PDIP Sebut Hoaks dan Fitnah Bentuk Divide et Impera Gaya Baru
A
A
A
JAKARTA - Wasekjen DPP PDIP, Ahmad Basarah menganggap Gedung Stovia atau yang sekarang disebut Museum Kebangkitan Nasional menjadi bukti para dokter pribumi yang memiliki kesadaran mengorganisir dirinya keluar dari cengkaraman politik adu domba yang dilakukan penjajah Belanda.
"Oleh karena itu 1908 tepatnya tanggal 20 Mei dijadikan sebagai fase kebangkitan nasional," ujar Basarah saat memberikan kurikulum politik kepada para caleg artis yang maju dari PDIP di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Menurutnya, Gedung Stovia menjadi saksi ketika Dr Sutomo menginisiasi berdirinya Budi Utomo yang kemudian menjadi tonggak perjuangan para tokoh pergerakan saat itu untuk melawan penjajah.
Basarah mengatakan, Budi Utomo kemudian diikuti oleh pembentukan bebarapa organisasi seperti Syarekat Dagang Islam, Muhammadiyah, NU, Jong Silebes, Jong Java, Jong Ambon dan pembentukan PNI yang didirikan oleh Soekarno.
"Satu tahun kemudian, lahirlah sumpah pemuda bangsa Indonesia pada waktu itu tgl 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah lahirnya Indonesia sebagai sebuah bangsa," jelasnya.
Wakil Ketua MPR ini menjelaskan pelajaran yang bisa dipetik dari tokoh pergerakan nasional dalam konteks saat ini adalah persatuan nasional sebagai kata kunci. Ia berharap, politik Indonesia hari ini harus mencontoh para tokoh pergerakan yang menentang keras politik pecah belah.
"Maka situasi menjelang pileg dan pilpres, politik adu domba, hoaks, fitnah dan sebagainya bagi saya reproduksi Divide et Impera gaya baru. Yang intinya adalah mengadu domba," tandasnya.
"Oleh karena itu 1908 tepatnya tanggal 20 Mei dijadikan sebagai fase kebangkitan nasional," ujar Basarah saat memberikan kurikulum politik kepada para caleg artis yang maju dari PDIP di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Menurutnya, Gedung Stovia menjadi saksi ketika Dr Sutomo menginisiasi berdirinya Budi Utomo yang kemudian menjadi tonggak perjuangan para tokoh pergerakan saat itu untuk melawan penjajah.
Basarah mengatakan, Budi Utomo kemudian diikuti oleh pembentukan bebarapa organisasi seperti Syarekat Dagang Islam, Muhammadiyah, NU, Jong Silebes, Jong Java, Jong Ambon dan pembentukan PNI yang didirikan oleh Soekarno.
"Satu tahun kemudian, lahirlah sumpah pemuda bangsa Indonesia pada waktu itu tgl 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah lahirnya Indonesia sebagai sebuah bangsa," jelasnya.
Wakil Ketua MPR ini menjelaskan pelajaran yang bisa dipetik dari tokoh pergerakan nasional dalam konteks saat ini adalah persatuan nasional sebagai kata kunci. Ia berharap, politik Indonesia hari ini harus mencontoh para tokoh pergerakan yang menentang keras politik pecah belah.
"Maka situasi menjelang pileg dan pilpres, politik adu domba, hoaks, fitnah dan sebagainya bagi saya reproduksi Divide et Impera gaya baru. Yang intinya adalah mengadu domba," tandasnya.
(kri)