PPIH Siap Layani Fase Kedua Jamaah Haji di Madinah
A
A
A
JEDDAH - Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyatakan telah siap melayani fase kedua keberadaan jamaah Indonesia di Madinah yang akan dimulai pada Jumat 31 Agustus 2018.
Sejumlah kendala-kendala yang sempat ditemukan pada fase pertama diklaim telah diantisipasi agar tak terulang pada fase kedua nanti.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Dirjen PHU Kementerian Agama, Sri Ilhami Lubis mengatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai kordinasi dengan pihak-pihak swasta dan Kerajaan Arab Saudi soal sejumlah kendala pada fase awal kedatangan jamaah haji Indonesia sepanjang Juli lalu.
"Kendala yang kita alami pada gelombang pertama justru sesudah kita antisipasi agar tidak terjadi pada gelombang kedua," kata Sri di Jeddah, Rabu (29/8/2018).
Sekira 114 ribu jamaah Indonesia didatangkan pada gelombang kedua di Jeddah sejak 30 Juli lalu dan langsung ditempatkan di Makkah. Jamaah gelombang kedua ini akan diberangkatkan bertahap ke Madinah mulai besok, untuk tinggal selama delapan hari agar bisa memenuhi Arbain atau salat wajib 40 waktu berturut-turut di Masjid Nabawi.
Sebelumnya, sekira 87 ribu jamaah lebih dulu ditempatkan di Madinah pada awal masa kedatangan lalu ke Makkah pada puncak haji dan saat ini sudah mulai dipulangkan ke Tanah Air melalui Jeddah.
Di antara salah satu kendala pada masa awal penempatan adalah katering konsumsi yang sempat tak boleh masuk ke hotel-hotel bintang lima di Madinah. Saat itu, pihak penyediaan makanan terkendala karena hotel-hotel bintang lima yang ditempati sebagian jamaah Indonesia tak memfasilitasi penghangat makanan yang dibutuhkan penyedia katering.
Menurut Sri, saat ini telah tercapai kesepakatan antara kedua pihak sehingga persoalan tersebut dapat tertangani. Kendala kedua yang sempat terjadi adalah soal keterlambatan makanan.
Sri mengatakan, pada gelombang pertama makan malam dibagikan kepada jamaah selepas maghrib. Hal tersebut bermasalah karena sebagian jamaah menghabiskan waktu maghrib dan isya di Masjidil Haram sehingga ketika kembali di hotel makanan sudah dingin dan mendekati waktu tak layak makan.
"Pada gelombang kedua nanti makanan dibagikan sebelum maghrib sehingga bisa dikonsumsi sebelum jamaah ke Masjid Nabawi," kata dia.
Selanjutnya adalah persoalan satu rombongan yang kadang terbagi dalam dua pemondokan di Madinah. Untuk mengatasi hal ini, jamaah nantinya akan diberi pengarahan di maktab-maktab di Makkah terlebih dulu sebelum diberangkatkan ke Madinah.
Selain itu, Daker Madinah PPIH Arab Saudi juga akan membentuk satuan buru sergap (buser) khusus untuk menyesuaikan koper jamaah dengan lokasi tinggal mereka jika harus terpisah rombongan.
Tim ini akan bergerak menggeser koper-koper milik jamaah yang kemungkinan tiba tak pada hotel tempat mereka tinggal. "Dan yang penting rombongan yang terpisah hotel itu tak berjauhan," ujarnya.
Sri meyakini, petugas-petugas PPIH Arab Saudi sudah lebih siap melayani jamaah pada fase kedua penempatan jamaah ini. Dia berpesan agar para jamaah yang akan bertolak dari Makkah ke Madinah membawa barang seperlunya saja agar tak menimbulkan kerepotan pada saat keberangkatan ke Madinah dan penempatan.
Sejumlah kendala-kendala yang sempat ditemukan pada fase pertama diklaim telah diantisipasi agar tak terulang pada fase kedua nanti.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Dirjen PHU Kementerian Agama, Sri Ilhami Lubis mengatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai kordinasi dengan pihak-pihak swasta dan Kerajaan Arab Saudi soal sejumlah kendala pada fase awal kedatangan jamaah haji Indonesia sepanjang Juli lalu.
"Kendala yang kita alami pada gelombang pertama justru sesudah kita antisipasi agar tidak terjadi pada gelombang kedua," kata Sri di Jeddah, Rabu (29/8/2018).
Sekira 114 ribu jamaah Indonesia didatangkan pada gelombang kedua di Jeddah sejak 30 Juli lalu dan langsung ditempatkan di Makkah. Jamaah gelombang kedua ini akan diberangkatkan bertahap ke Madinah mulai besok, untuk tinggal selama delapan hari agar bisa memenuhi Arbain atau salat wajib 40 waktu berturut-turut di Masjid Nabawi.
Sebelumnya, sekira 87 ribu jamaah lebih dulu ditempatkan di Madinah pada awal masa kedatangan lalu ke Makkah pada puncak haji dan saat ini sudah mulai dipulangkan ke Tanah Air melalui Jeddah.
Di antara salah satu kendala pada masa awal penempatan adalah katering konsumsi yang sempat tak boleh masuk ke hotel-hotel bintang lima di Madinah. Saat itu, pihak penyediaan makanan terkendala karena hotel-hotel bintang lima yang ditempati sebagian jamaah Indonesia tak memfasilitasi penghangat makanan yang dibutuhkan penyedia katering.
Menurut Sri, saat ini telah tercapai kesepakatan antara kedua pihak sehingga persoalan tersebut dapat tertangani. Kendala kedua yang sempat terjadi adalah soal keterlambatan makanan.
Sri mengatakan, pada gelombang pertama makan malam dibagikan kepada jamaah selepas maghrib. Hal tersebut bermasalah karena sebagian jamaah menghabiskan waktu maghrib dan isya di Masjidil Haram sehingga ketika kembali di hotel makanan sudah dingin dan mendekati waktu tak layak makan.
"Pada gelombang kedua nanti makanan dibagikan sebelum maghrib sehingga bisa dikonsumsi sebelum jamaah ke Masjid Nabawi," kata dia.
Selanjutnya adalah persoalan satu rombongan yang kadang terbagi dalam dua pemondokan di Madinah. Untuk mengatasi hal ini, jamaah nantinya akan diberi pengarahan di maktab-maktab di Makkah terlebih dulu sebelum diberangkatkan ke Madinah.
Selain itu, Daker Madinah PPIH Arab Saudi juga akan membentuk satuan buru sergap (buser) khusus untuk menyesuaikan koper jamaah dengan lokasi tinggal mereka jika harus terpisah rombongan.
Tim ini akan bergerak menggeser koper-koper milik jamaah yang kemungkinan tiba tak pada hotel tempat mereka tinggal. "Dan yang penting rombongan yang terpisah hotel itu tak berjauhan," ujarnya.
Sri meyakini, petugas-petugas PPIH Arab Saudi sudah lebih siap melayani jamaah pada fase kedua penempatan jamaah ini. Dia berpesan agar para jamaah yang akan bertolak dari Makkah ke Madinah membawa barang seperlunya saja agar tak menimbulkan kerepotan pada saat keberangkatan ke Madinah dan penempatan.
(maf)