Asa Lestarikan Sasando dan Keinginan Bertemu Jokowi
A
A
A
JAKARTA - "Titip salam buat Pak Joko," ucap Jeremias Ouguts Pah, 79, maestro alat musik Sasando saat disambangi KORAN SINDO di kediamannya, 14 Agustus 2018.
Permintaan Jeremias tidak berlebihan. Terlebih, hampir setiap tamu penting yang ke Kupang, bisa dipastikan singgah ke kediaman pria asal pulau Rote ini.Bahkan, wisatawan dan tamu-tamu dari mancanegara saja menyempatkan singgah ke rumah Jeremias yag terletak di Jalan Timor Raya, Kilometer 22 Desa Oebelo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dia berharap Presiden Indonesia itu singgah di rumahnya. Beberapa kali ke Kupang, lanjut dia, Jokowi belum mampir ke tempatnya. Termasuk saat mantan Wali Kota Solo itu waktu meresmikan bendungan Raknamo.
Jeremias sempat merasa kecewa ketika Jokowi tidak mampir ke rumahnya. "Apalagi waktu itu sudah dijadwalkan. Bapak juga sudah dikasih tahu dan disuruh bersiap-siap untuk menyambut kadatangan Pak Jokowi," kata Djipran Pah, putra kelima Jeremias.
Tidak bisa dibantah, Jeremias salah satu tokoh sekaligus orangtua yang sosoknya begitu penting dan berpengaruh di Tanah Timor. Belum lengkap rasanya ke Tanah Timor jika tak berkunjung ke kediaman Jeremias.
Bahkan, sebagai penghormatan sering kali Jeremias diundang ke acara-acara besar, baik di dalam maupun luar negeri, termasuk acara resmi kenegaraan. Itu semua hanya untuk menyaksikan kepiawaan Jeremias memainkan Sasando.Sejak era Presiden Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono, Jeremias juga kerap diundang ke Istana.
Pun ketika kunjungan Presiden Obama ke Indonesia, medio 2013 lalu, sang istri Michael Obama juga berkesempatan menyaksikan langsung kehebatan permainan Sasando Djipran Pah, putra kelima Jeremias.
"Waktu itu acara private bersama ibu Michael Obama di Istana Negara. Sebelum tampil, sasando yang saya bawa diperiksa sangat ketat oleh pengawal-pengawalnya dan Paspampres. Kan sasandonya ada kabel-kabelnya, mungkin dikira bom," ujar Djipran.Memang Jeremias kini semakin ringkih. Usia yang menua dan pascaoperasi sakit kantung kemih yang dijalaninya akhir Juli 2018 lalu memaksanya untuk banyak beristrirahat. Saat KORAN SINDO menyinggahinya pun, pria asal pulau Rote ini jalannya masih tertatih-tatih. Nada bicaranya pun begitu lemah dan tidak begitu jelas terdengar.
"Bapak kondisinya begini karena baru selesai operasi. Ini juga pertama kalinya bapak bangun dari tempat tidur. Itu karena bapak dengar ada wartawan dari Jakarta ingin ketemu, jadinya dia paksakan untuk menemui," tutur Djipran yang setia menemani Jeremias di rumah sekaligus galeri dan bengkel pembuatan Sasando melayani tamu yang tak putus berkunjung.
Yang menjadi luar biasa, meski sakit dan berusia lanjut Jeremias masih sangat piawai memainkan Sasando. Bahkan, begitu diminta memainkan alat musik tradisional tersebut, dengan lincahnya jari jemari Jeremias memetik senar-senar Sasando.
Bo Lelebo/Tanah Timor Lelebo/Bae Sonde Bae/Tanah Timor Lebe Bae...
Senandung yang dinyanyikan Jeremias itu seolah sebagai penegas dirinya, bahwa semangatnya mencintai dan melestarikan alat musik Sasando tak pernah pupus.Tak hanya lagu-lagu daerah Tanah Timor, dengan penuh penjiwaan Jeremias bersama Djipran Pah (yang juga mengiringi memainkan Sasando), menyanyikan lagu-lagu nasional seperti Indonesia Pusaka, Nyiur Melambai, Ibu Pertiwi dan lain-lain. Sesekali Jeremias mengikuti irama Sasando sambil berdiri dan menggerak-gerakkan tangannya seperti orang menari.
“Saya ingin musik sasando tetap lestari di kalangan generasi muda di Tanah Timor,” demikian impian Jeremias yang selalu mengenakan pakaian adat serta tak ketinggalan tiilangga.
Di rumah sekaligus studio, bengkel dan galeri Sasando miliknya ini, banyak penghargaan yang diraih Jeremias ditempel di dinding teras depan rumah.Di rumah yang terbuat dari batang nipah dan bambu serta berlantai semen itulah sebuah ruang pamer sasando, berikut tiilangga (topi dari daun lontar), gong, gendang kecil dari tempurung, serta tenun ikat khas Rote Ndao tersaji dan menyambut tamu yang datang.
Jeremias mempelajari sasando sejak usia lima tahun. Dia belajar memainkan sasando dari sang ayah, Ougust Pah. Ketika itu Ougust Pah ditunjuk Raja Rote untuk memainkan alat musik apa saja untuk menghibur tamu di kerajaan. Setelah sang ayah meninggal pada 1972, Jeremias menggantikan peran ayahnya sebagai penerus dan pengembang sasando.
Pada tahun 1985, Jeremias memutuskan pindah dan menetap di Desa Oebelo, Kabupaten Kupang. Di tempat ini, dia mulai mengembangkan dan memperkenalkan sasando kepada kalangan luas. Agar sasando tak punah ditelan masa, Jeremias mengajari anak kelimanya, Djitron Pah.
“Kalau orang luar saja menghargai alat musik tradisional ini, seharusnya orang muda di Tanah Timor lebih mencintainya. Saya berharap anak saya bisa melanjutkan impian saya agar musik Sasando tetap lestari sepanjang massa,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Permintaan Jeremias tidak berlebihan. Terlebih, hampir setiap tamu penting yang ke Kupang, bisa dipastikan singgah ke kediaman pria asal pulau Rote ini.Bahkan, wisatawan dan tamu-tamu dari mancanegara saja menyempatkan singgah ke rumah Jeremias yag terletak di Jalan Timor Raya, Kilometer 22 Desa Oebelo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dia berharap Presiden Indonesia itu singgah di rumahnya. Beberapa kali ke Kupang, lanjut dia, Jokowi belum mampir ke tempatnya. Termasuk saat mantan Wali Kota Solo itu waktu meresmikan bendungan Raknamo.
Jeremias sempat merasa kecewa ketika Jokowi tidak mampir ke rumahnya. "Apalagi waktu itu sudah dijadwalkan. Bapak juga sudah dikasih tahu dan disuruh bersiap-siap untuk menyambut kadatangan Pak Jokowi," kata Djipran Pah, putra kelima Jeremias.
Tidak bisa dibantah, Jeremias salah satu tokoh sekaligus orangtua yang sosoknya begitu penting dan berpengaruh di Tanah Timor. Belum lengkap rasanya ke Tanah Timor jika tak berkunjung ke kediaman Jeremias.
Bahkan, sebagai penghormatan sering kali Jeremias diundang ke acara-acara besar, baik di dalam maupun luar negeri, termasuk acara resmi kenegaraan. Itu semua hanya untuk menyaksikan kepiawaan Jeremias memainkan Sasando.Sejak era Presiden Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono, Jeremias juga kerap diundang ke Istana.
Pun ketika kunjungan Presiden Obama ke Indonesia, medio 2013 lalu, sang istri Michael Obama juga berkesempatan menyaksikan langsung kehebatan permainan Sasando Djipran Pah, putra kelima Jeremias.
"Waktu itu acara private bersama ibu Michael Obama di Istana Negara. Sebelum tampil, sasando yang saya bawa diperiksa sangat ketat oleh pengawal-pengawalnya dan Paspampres. Kan sasandonya ada kabel-kabelnya, mungkin dikira bom," ujar Djipran.Memang Jeremias kini semakin ringkih. Usia yang menua dan pascaoperasi sakit kantung kemih yang dijalaninya akhir Juli 2018 lalu memaksanya untuk banyak beristrirahat. Saat KORAN SINDO menyinggahinya pun, pria asal pulau Rote ini jalannya masih tertatih-tatih. Nada bicaranya pun begitu lemah dan tidak begitu jelas terdengar.
"Bapak kondisinya begini karena baru selesai operasi. Ini juga pertama kalinya bapak bangun dari tempat tidur. Itu karena bapak dengar ada wartawan dari Jakarta ingin ketemu, jadinya dia paksakan untuk menemui," tutur Djipran yang setia menemani Jeremias di rumah sekaligus galeri dan bengkel pembuatan Sasando melayani tamu yang tak putus berkunjung.
Yang menjadi luar biasa, meski sakit dan berusia lanjut Jeremias masih sangat piawai memainkan Sasando. Bahkan, begitu diminta memainkan alat musik tradisional tersebut, dengan lincahnya jari jemari Jeremias memetik senar-senar Sasando.
Bo Lelebo/Tanah Timor Lelebo/Bae Sonde Bae/Tanah Timor Lebe Bae...
Senandung yang dinyanyikan Jeremias itu seolah sebagai penegas dirinya, bahwa semangatnya mencintai dan melestarikan alat musik Sasando tak pernah pupus.Tak hanya lagu-lagu daerah Tanah Timor, dengan penuh penjiwaan Jeremias bersama Djipran Pah (yang juga mengiringi memainkan Sasando), menyanyikan lagu-lagu nasional seperti Indonesia Pusaka, Nyiur Melambai, Ibu Pertiwi dan lain-lain. Sesekali Jeremias mengikuti irama Sasando sambil berdiri dan menggerak-gerakkan tangannya seperti orang menari.
“Saya ingin musik sasando tetap lestari di kalangan generasi muda di Tanah Timor,” demikian impian Jeremias yang selalu mengenakan pakaian adat serta tak ketinggalan tiilangga.
Di rumah sekaligus studio, bengkel dan galeri Sasando miliknya ini, banyak penghargaan yang diraih Jeremias ditempel di dinding teras depan rumah.Di rumah yang terbuat dari batang nipah dan bambu serta berlantai semen itulah sebuah ruang pamer sasando, berikut tiilangga (topi dari daun lontar), gong, gendang kecil dari tempurung, serta tenun ikat khas Rote Ndao tersaji dan menyambut tamu yang datang.
Jeremias mempelajari sasando sejak usia lima tahun. Dia belajar memainkan sasando dari sang ayah, Ougust Pah. Ketika itu Ougust Pah ditunjuk Raja Rote untuk memainkan alat musik apa saja untuk menghibur tamu di kerajaan. Setelah sang ayah meninggal pada 1972, Jeremias menggantikan peran ayahnya sebagai penerus dan pengembang sasando.
Pada tahun 1985, Jeremias memutuskan pindah dan menetap di Desa Oebelo, Kabupaten Kupang. Di tempat ini, dia mulai mengembangkan dan memperkenalkan sasando kepada kalangan luas. Agar sasando tak punah ditelan masa, Jeremias mengajari anak kelimanya, Djitron Pah.
“Kalau orang luar saja menghargai alat musik tradisional ini, seharusnya orang muda di Tanah Timor lebih mencintainya. Saya berharap anak saya bisa melanjutkan impian saya agar musik Sasando tetap lestari sepanjang massa,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
(dam)