Santri Militan Jokowi Gelar Aksi Peduli Gempa Lombok
A
A
A
JAKARTA - Giliran Santri Militan Jokowi (Samijo) wilayah Banten menggelar aksi peduli gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka mengumpulkan dana kemanusiaan sejak Rabu 8 Agustus 2018 dan rencananya sampai dengan Jumat (10/8/2018).
Demikian dikemukakan Koordinator Samijo Banten, Ibnu Baliran saat dikonfirmasi.
"Setidaknya ada puluhan santri dari tiga pondok pesantren dikerahkan," kata Ibnu.
Dia mengatakan, santri-santri tersebut berasal dari Pondok Pesantren Al Khaf, Tarbiyatul Aulad, dan Miftahul Ulum yang ada di Kabupaten dan Kota Serang.
Sampai saat ini aksi penggalangan dana telah dilakukan di empat titik, yakni Kramat Watu dan Ciruas di Kabupaten Serang, sedangkan di wilayah Kota Serang titik penggalangan difokuskan di kawasan Cipocok dan Kepandean.
"Ini sebagai wujud solidaritas dan empati terhadap korban gempa Lombok," tegasnya.
Aksi penggalangan dana yang bersifat taktis ini menurut Ibnu, merupakan bagian dari program sosial Samijo, di mana jika ada bencana alam maka relawan Samijo akan diturunkan untuk ikut membantu.
Selain itu, Samijo Banten juga memiliki program sosial gerakan peduli kebersihan. Sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya, relawan Samijo melakukan aksi bersih-bersih masjid.
Sekadar diketahui, kawasan Lombok dan sekitarnya dalam sepekan ini diguncang gempa dengan kekuatan 6,4 skala richter (SR), dan tak lama berselang gempa tertinggi 7 (SR).
Gempa di Lombok agak berbeda dengan biasanya lantaran gempa susulan yang biasanya lebih rendah dibandingkan gempa pertama. Justru terjadi sebaliknya, gempa susulan lebih besar ketimbang gempa awal.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui pernyataan resminya menyebutkan, gempa 7 SR yang kedua di Kabupaten Lombok kategori gempa utama (mainshock), sedangkan sebelumnya 6,4 SR justru gempa awalan (foreshock).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dampak gempa bumi 7,0 SR yang mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat dan Bali, hingga Jumat (10/8/2018) siang (H+5) tercatat 321 orang meninggal dunia.
Korban korban tersebut tersebar di Kabupaten Lombok Utara 273 orang, Lombok Barat 26 orang, Lombok Timur 11, Kota Mataram 7, Lombok Tengah 2, dan Kota Denpasar 2 orang. "Sebanyak 321 orang meninggal tersebut semuanya sudah diverifikasi," kata Sutopo dalam keterangan tertulis yamg dikirimkan ke SINDOnews Jumat (10/8/2018).
"Adanya laporan-laporan tambahan jumlah korban meninggal dunia masih dilakukan verifikasi. Artinya jumlah korban meninggal dunia lebih dari 321 orang. Namun masih memerlukan verifikasi," tambah Sutopo.
Demikian dikemukakan Koordinator Samijo Banten, Ibnu Baliran saat dikonfirmasi.
"Setidaknya ada puluhan santri dari tiga pondok pesantren dikerahkan," kata Ibnu.
Dia mengatakan, santri-santri tersebut berasal dari Pondok Pesantren Al Khaf, Tarbiyatul Aulad, dan Miftahul Ulum yang ada di Kabupaten dan Kota Serang.
Sampai saat ini aksi penggalangan dana telah dilakukan di empat titik, yakni Kramat Watu dan Ciruas di Kabupaten Serang, sedangkan di wilayah Kota Serang titik penggalangan difokuskan di kawasan Cipocok dan Kepandean.
"Ini sebagai wujud solidaritas dan empati terhadap korban gempa Lombok," tegasnya.
Aksi penggalangan dana yang bersifat taktis ini menurut Ibnu, merupakan bagian dari program sosial Samijo, di mana jika ada bencana alam maka relawan Samijo akan diturunkan untuk ikut membantu.
Selain itu, Samijo Banten juga memiliki program sosial gerakan peduli kebersihan. Sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya, relawan Samijo melakukan aksi bersih-bersih masjid.
Sekadar diketahui, kawasan Lombok dan sekitarnya dalam sepekan ini diguncang gempa dengan kekuatan 6,4 skala richter (SR), dan tak lama berselang gempa tertinggi 7 (SR).
Gempa di Lombok agak berbeda dengan biasanya lantaran gempa susulan yang biasanya lebih rendah dibandingkan gempa pertama. Justru terjadi sebaliknya, gempa susulan lebih besar ketimbang gempa awal.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui pernyataan resminya menyebutkan, gempa 7 SR yang kedua di Kabupaten Lombok kategori gempa utama (mainshock), sedangkan sebelumnya 6,4 SR justru gempa awalan (foreshock).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dampak gempa bumi 7,0 SR yang mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat dan Bali, hingga Jumat (10/8/2018) siang (H+5) tercatat 321 orang meninggal dunia.
Korban korban tersebut tersebar di Kabupaten Lombok Utara 273 orang, Lombok Barat 26 orang, Lombok Timur 11, Kota Mataram 7, Lombok Tengah 2, dan Kota Denpasar 2 orang. "Sebanyak 321 orang meninggal tersebut semuanya sudah diverifikasi," kata Sutopo dalam keterangan tertulis yamg dikirimkan ke SINDOnews Jumat (10/8/2018).
"Adanya laporan-laporan tambahan jumlah korban meninggal dunia masih dilakukan verifikasi. Artinya jumlah korban meninggal dunia lebih dari 321 orang. Namun masih memerlukan verifikasi," tambah Sutopo.
(maf)