Diplomasi Budaya dan Gelora Juang RI

Minggu, 05 Agustus 2018 - 09:22 WIB
Diplomasi Budaya dan...
Diplomasi Budaya dan Gelora Juang RI
A A A
Dunia Jejak diplomasi budaya Indonesia di dunia internasional dan semangat juang para pahlawan pada masa lalu, tercermin di Pameran Seni Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia, yang berlangsung di Galeri Nasional, Jakarta, pada 3-31 Agustus.

Pameran yang dibuka Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani ini memajang koleksi dari lima Istana Kepresidenan, yakni Istana Kepresidenan Jakarta, Istana Bo gor, Istana Tampaksiring, Istana Yogyakarta, dan Istana Kepresidenan Cipanas.

Dalam pameran bertajuk “Indonesia Se mangat Dunia” itu, sebanyak 45 karya berupa lukisan, patung dan seni kriya dari 34 seniman Indonesia dan mancanegara dipamerkan. “Ini (Pameran Seni Koleksi Istana Kepresidenan) wujud nyata apresiasi pemerintah terhadap karya para seniman, sekaligus untuk menjadi sumber inspirasi anak bangsa.

Dengan kegiatan ini, masyarakat semakin sadar bahwa seni menjadi identitas bangsa. Kegiatan ini juga menjadi salah satu rangkaian acara menyambut Asian Games 2018. Dan, kita berharap agenda ini mampu menggaet seluruh peserta dan wisatawan saat Asian Games yang mencapai 16.000 orang,” kata Puan dalam sambutannya saat pembukaan acara, Jumat (3/8).

Amir Sidharta bersama Watie Moerany selaku kurator pada pameran ini mengatakan, dalam mempersiapkan pameran tersebut para kurator dan tim riset meneliti informasi latar belakang sejarah setiap karya yang dipamerkan dengan mencari berbagai materi arsip yang ada pada keluarga para perupa, di museum-museum, perpustakaan, hingga media massa di Indonesia dan di berbagai negara.

Di antara karya seni koleksi istana yang dipamerkan kali ini, ada patung Sang Penombak karya Roberto Juan Capurro yang diberikan oleh Presiden Argentina Dr Arturo Frondizi kepada Presiden Soekarno, sebagai upaya mempererat hubungan kedua negara.

Sebelumnya, Presiden Soekarno berkunjung ke Argentina pada 1959 dan melihat patung Sang Penombak di Museum Seni La Boca dan menyatakan kekagumannya pada karya itu. Mengetahui hal tersebut, Presiden Argentina Dr Arturo Frondizi menawar kan sebuah edisi patung itu sebagai kenangan atas kunjungan Soekarno.

Presiden Soe karno pun dengan senang hati menerima tawaran tersebut. Selanjutnya, lukisan Berburu Banteng yang menjadi salah satu dari beberapa lukisan tentang perburuan karya Raden Saleh Syarif Bustaman.

Karya ini menjadi suatu contoh dari diplomasi budaya antara Indonesia dan Belanda karena lukisan Berburu Banteng II dibuat sebagai hadiah kenangkenangan Raden Saleh kepada Raja Willem III sebelum sang pelukis pulang ke Jawa pada 1851.

Bersama lukisan Raden Saleh yang berjudul Perkelahian dengan Singa , lukisan tersebut dihadiahkan Ratu Belanda Juliana kepada pemerintah Indonesia hampir 120 tahun kemudian, ketika Presiden Soeharto berkunjung ke Belanda pada 1970. Berikutnya persahabatan antarbangsa juga tersirat dalam pembuatan koleksi kristal eksklusif yang dinamakan Asian Artists in Crystal.

Pada pertengahan 1950-an perusahaan kaca Steuben melibatkan perupa dari 16 negara Asia termasuk Indonesia, dalam program kerja sama budaya menciptakan koleksi kristal eksklusif yang dinamakan Asian Artists in Crystal.

Di antara 36 kristal dalam program tersebut, terdapat tiga karya perupa Indonesia, yaitu Bima dan Ular karya Basoeki Abdullah, Tarian Pura karya Agus Djaya, dan Ngaben karya Made Djata. Koleksi tiga kristal Indonesia itu diserahkan oleh Duta Besar Amerika untuk Republik Indonesia Howard Jones kepada Presiden Soekarno di Istana Cipanas pada 1 Agustus 1959, ketika Presiden Soekarno memperkenalkan kabinetnya kepada korps diplomatik.

Selanjutnya, pada 1960-1961, saat Presiden Soekarno berkunjung ke Hungaria memesan belasan patung, termasuk patung Pemanah. Dalam pemahaman Soekarno, patung tersebut merupakan lambang kesatriaan bangsa Timur dan Selatan. Patung-patung itu kemudian dibawa ke Indonesia dan menghiasi ha la man depan Istana Negara yang menghadap Jalan Veteran, Jakarta.

Tak hanya itu, salah satu edisi dari prototipe patung Pejuang Soviet dihadiahkan Angkatan Bersenjata Uni Soviet kepada Presiden Soekarno, pada 11 September 1956. Karya seni itu mengusung semangat kemerdekaan dan kemanusiaan.

Patung itu menggambarkan seorang pejuang Soviet yang berdiri dengan pedang di atas Swastika yang telah hancur, sambil menggendong seorang anak Jerman di lengan kirinya. Sejak 2016, Pameran Karya Seni Koleksi Istana Kepresidenan digelar setiap Agustus sebagai rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan, setidaknya ada tiga ikon seni yang menurut dia akan menarik perhatian pengunjung dalam pameran ini. Pertama, lukisan karya maes tro lukis Indonesia Raden Saleh Sjarif Bustaman, berjudul Perkelahian dengan Singa, yang diselesaikan pada 1880.

Karya seni yang kedua adalah lukisan Memanah karya Henk Ngantung. Lukisan ini menjadi saksi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terjadi di depan beranda rumah Bung Karno, karena memang sudah ada di kediaman Bung Karno sebelum 17 Agustus 1945.

Karya seni ketiga yang menarik perhatian adalah Patung Pemanah karya pematung Hungaria, Zsigmond Kisfaludi Strobl. Biasanya patung ini menghiasi halaman depan Istana Negara yang meng hadap Jalan Veteran, Jakarta. “Membawa patung ini sampai ke Galeri Nasional merupakan perjuangan yang luar biasa,” tutur Pratikno saat jumpa pers di Kantor Kemensetneg, Jakarta, Selasa (31/7).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, untuk memeriahkan pameran, sejumlah kegiatan pendukung telah disiapkan Kemendikbud yang menaungi Galeri Nasional Indonesia.

Kegiatan tersebut antara lain Lomba Lukis Kolektif Pelajar dari 34 Provinsi dan Lokakarya “Menjadi Apresiator Seni Terhebat” untuk pelajar di DKI Jakarta. Mendikbud menuturkan, pameran karya seni serupa juga akan diselenggarakan di daerah-daerah.

“Diharapkan akan memunculkan para maestro di daerah yang kualitas karya seninya tidak kalah dengan maestro seni yang kita kenal selama ini. Kita ingin mencoba memeratakan tradisi apresiasi karya lukis tokoh-tokoh seni kita,” ujar Muhadjir.

Pameran Karya Seni Koleksi Istana Kepresidenan juga bertujuan mengajak masyarakat menikmati karya para seniman masa lalu yang mengandung nilai-nilai luhur serta semangat perjuangan. Pameran ini merupakan kerja sama antara Kemendikbud, Kemensetneg, Kementerian Pariwisata, Badan Ekonomi Kreatif, dan Mandiri Art.

Selama pameran berlangsung, ditargetkan sekitar 40.000 hingga 50.000 pengunjung akan datang. Untuk mencapainya, panitia pameran melakukan berbagai promosi melalui media sosial, bahkan melalui iklan di LED display di Changi Singapura.

“Apalagi ini berbarengan dengan Asian Games 2018 dan pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan ini dapat pula menjadi ajang pariwisata. Ini kesempatan bagi kita untuk memanfaatkan acara kebudayaan atau culture event. Dengan begitu negara kita akan semakin dikenal wisatawan dari berbagai belahan dunia,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0725 seconds (0.1#10.140)