Perubahan Kondisi Lahan Ancam Kesehatan Manusia

Kamis, 02 Agustus 2018 - 13:27 WIB
Perubahan Kondisi Lahan Ancam Kesehatan Manusia
Perubahan Kondisi Lahan Ancam Kesehatan Manusia
A A A
JAKARTA - Kompleksitas permasalahan yang diakibatkan perubahan penggunaan lahan hutan menjadi nonhutan atau deforestasi memang memerlukan pendekatan dan kerja sama multisektor untuk menemukan solusi yang menyeluruh dan efektif.

Disadari atau tidak, deforestasi tidak hanya mengubah nasib tanaman ataupun binatang yang hidup di atasnya, tapi juga berdampak luas pada lingkungan sekitarnya dan manusia dalam segi kesehatan maupun ekonomi.

Menurut Prof Agus Suwandono, OH Technical Officer INDOHUN, riset terkait deforestasi dan dampaknya terhadap kesehatan sangat penting untuk dilakukan. Di Indonesia, sangat sering dilakukan pembukaan hutan tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

"Dalam pembukaan hutan, yang pertama perlu diperhatikan adalah pemanfaatan hasil analisis dampak lingkungan secara maksimal. Yang kedua, perlu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat," ujar Prof Agus dalam siaran pers, Kamis (2/8/2018).

Agus menyampaikan, saat ini persyaratan dilakukannya analisis dampak lingkungan untuk pembukaan hutan sudah banyak dipenuhi, namun follow-up pelaksanaan hasilnya masih kurang dilakukan dengan konsekuen.

"Kasus seperti ini sudah banyak terjadi pada kasus pembukaan lahan baru untuk keperluan pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Berangkat dari masalah deforestasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun tentu diperlukan pendekatan dan kerja sama multisektor untuk menemukan solusi yang menyeluruh dan efektif," katanya.

Sementara untuk mencapai tujuan tersebut, kata Agus, studi lebih lanjut sangat diperlukan. Hal itu bukan untuk melarang manusia memanfaatkan lahan untuk industri ataupun kepentingan ekonomi lainnya, namun untuk memberikan alternatif penggunaan lahan secara maksimal dengan dampak negatif minimal terhadap biodiversitas yang ada di dalamnya sehingga keseimbangan alam bisa tetap terjaga.

"Sebagai salah satu bentuk pendekatan dan kerjasama multisektor, pada tahun 2018 ini telah dijalin kerjasama antara INDOHUN (Indonesia One Health University Network), University of Minnesota, dan Eco Health Alliance (EHA) untuk melakukan riset yang diberi nama Disease Emergence and Economics Evaluation of Altered Landscapes (DEAL)," ungkapnya.

"Melalui pendekatan ilmiah dari berbagai disiplin ilmu, riset ini bertujuan untuk meringankan dampak negatif akibat perubahan lahan yang mungkin terjadi pada rakyat Indonesia baik dari segi kesehatan maupun ekonomi," tambahnya.

Kata Agus, tak hanya melakukan studi mengenai perubahan penggunaan lahan dan dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi, riset DEAL juga berupaya menginformasikan hasil studinya kepada masyarakat untuk meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap alam Indonesia.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, studi mengenai perubahan lahan saat ini lebih banyak ditekankan kepada untung ruginya dalam segi ekonomi dan lingkungan, namun pendekatan ilmiahnya terhadap kesehatan masyarakat masih kurang diperhatikan.

"Pembangunan yang baik dimulai dari sumber daya manusia yang sehat, sehingga perlu adanya mitigasi ancaman pembangunan kepada kesehatan masyarakat. Perubahan penggunaan lahan memiliki dampak terhadap kesehatan, selain terkait perubahan lingkungan vektor penyebar penyakit zoonotik di alam," ungkapnya.

"Juga dapat memicu berbagai permasalahan kesehatan lain, seperti gangguan pernapasan akibat asap hasil pembakaran lahan yang juga berdampak lintas negara. Perlu adanya studi lebih lanjut mengenai hubungan perubahan penggunaan lahan dengan kesehatan dengan mengintegrasikannya dengan berbagai disiplin ilmu," tambah Wiku Adisasmito.

Prof Wiku yang juga Adjunct Professor di Department of Infectious Disease and Global Health, Cummings School of Veterinary Medicine,Tufts University, Boston, USA ini menjelaskan, dari sisi kesehatan, perubahan penggunaan lahan berkontribusi terhadap munculnya penyakit zoonotik di masyarakat.

"Penyakit zoonotik merupakan penyakit yang berasal dari hewan. 60% penyakit menular pada manusia berasal dari hewan, termasuk SARS, ebola, malaria dan AIDS. Hampir separuh dari kasus zoonotik yang terjadi diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan (faktor antropogenik)," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8687 seconds (0.1#10.140)
pixels