The Indonesian Institute Nilai PSI Miliki Seleksi Kader yang Bagus

Rabu, 01 Agustus 2018 - 13:46 WIB
The Indonesian Institute...
The Indonesian Institute Nilai PSI Miliki Seleksi Kader yang Bagus
A A A
JAKARTA - The Indonesian Institute menilai saat partai politik dan parlemen merupakan dua institusi terbawah dalam hal kepercayaan publik. Peneliti The Indonesian Institute, Fadel Basrianto mengatakan, ini terjadi karena parpol tidak adanya seleksi kader-kadernya.

“Dalam negara demokrasi parpol ini pilar demokrasi, tugasnya merekrut kader. Dalam masa-masa pemilu seperti ini, setelah rekrutmen harusnya ada filter,” kata Fadel dalam diskusi “Menyambut Partai Tanpa Koruptor: Jangan Kendor!” di Jakarta, Senin 30 Juli 2018.

Menurutnya saat ini yang sudah melakukan filter adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Mereka melakukan seleksi melalui tokoh-tokoh yang kapabel untuk mencari kader masuk ke DPR. “Partai politik lain, partai politik besar yang sudah establish perlu merasa terpukul oleh PSI yang kecil, namun sudah melakukan perannya sebagai partai politik,” ujarnya.

Fadel memuji apa yang dilakukan PSI sebagai fenomena masyakarat mencari cara penegakan perpolitikan di Indonesia karena jengah dengan kelakuan para politisi.

Lebih lanjut, Fadel menceritakan di Yunani dulu orang-orang yang boleh menduduki jabatan-jabatan penting politik adalah filsuf. Karena merupakan orang-orang yang dianggap telah selesai dengan dirinya dan memiliki kapabilitas memikirkan publik secara serius.

Sementara saat ini, masyarakat Indonesia justru dihadapkan pada partai-partai yang mengajukan calon-calon anggota dewan yang terbukti pernah korupsi. Bagi pemilih, rekam jejak para koruptur ini tidak meyakinkan.

“Tidak mengherankan juga masyarakat akan distrust terhadap parpol. Implikasinya juga akan ada distrust juga terhadap parlemen,” katanya.

Fadel mengkhawatirkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap parpol dapat menimbulkan ketidakpercayaan kepada demokrasi yang berjalan. Fadel menyatakan para caleg seharusnya berdiri sebagai calon perwakilan publik. Namun, yang terjadi partai seolah-olah memiliki mereka. Saat di parlemen pun, tradisi ini berlanjut. Anggota dewan lebih sering berbicara atas nama partai, bukan atas nama publik.

Maka jika masih meloloskan mantan koruptor, publik akan semakin jengah, semakin tidak percaya pada parpol, dan semakin tidak percaya pada parlemen. “Implikasi seriusnya nya adalah publik tidak percaya pada demokrasi,” tandasnya.
(poe)
Berita Terkait
Penjelasan Antonius...
Penjelasan Antonius Yogo Prabowo terkait Partainnya di Pemilu 2024
Kampanye Pemilu, Kaesang...
Kampanye Pemilu, Kaesang Minta Doa dan Restu dari Para Pendeta
Pemilu 2024 Diharapkan...
Pemilu 2024 Diharapkan Jadi Momentum Kolaborasi Membangun Negeri
Pemilu 2024, Kaesang...
Pemilu 2024, Kaesang Optimistis Partainya Lolos ke DPR
Jelang Pemilu 2024 Kaesang...
Jelang Pemilu 2024 Kaesang Bikin Posko Pemenangan, Ini Penjelasannya
Respons PSI terkait...
Respons PSI terkait Wacana Hak Angket Pilpres 2024
Berita Terkini
Zaenal Mustofa Mundur...
Zaenal Mustofa Mundur dari Tim Pengacara Penggugat Ijazah Jokowi usai Jadi Tersangka
18 menit yang lalu
Penampakan 2 Kapal Pesiar...
Penampakan 2 Kapal Pesiar Milik Ariyanto Bakri yang Disita Kejagung
42 menit yang lalu
Prabowo Utus Jokowi...
Prabowo Utus Jokowi Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Ma'ruf Amin: Hak Presiden
45 menit yang lalu
Rekaman Percakapan Agustiani...
Rekaman Percakapan Agustiani Tio dan Saeful Bahri Diputar, Singgung Perintah Ibu dan Garansi Saya
1 jam yang lalu
Penggugat Jokowi Terkait...
Penggugat Jokowi Terkait Mobil Esemka Siap Berdamai, Asal...
1 jam yang lalu
Kejagung Serahkan Dokumen...
Kejagung Serahkan Dokumen Kasus Direktur JakTV ke Dewan Pers
2 jam yang lalu
Infografis
Daftar Jenderal Israel...
Daftar Jenderal Israel yang Tewas sejak Perang Meletus
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved