Tingkatkan Perekonomian Desa, Kemendes PDTT Genjot BUMDes
A
A
A
BANTUL - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) terus fokus dalam pembangunan ekonomi di desa. Salah satunya dengan program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Kabiro Humas Kemendes PDTT Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyebut banyak BUMDes yang mati suri. Untuk itu Kemendes PDTT terus berusaha meningkatkan kapasitas pengelola dan aparatur desa. “Kami terus melakukan peningkatan kapasitas pengelola dan aparatur desa dengan menerbitkan modul pelatihan aplikatif,” terangnya saat meresmikan Festival Desa Dlingo (Dlingo Fest) di Bantul, Yogyakarta, Minggu (30/7/2018).
Peningkatan kapasitas itu dilakukan dengan membentuk Akademi Desa 4.0 bersama dengan 14 universitas di Indonesia termasuk UGM. Akademi Desa ini menjadi senjata Kemendes PDTT membentuk pamong desa yang lebih berkarakter membangun.
Ditargetkan Akademi Desa 4.0 ini akan menghasilkan tentang modul-modul pembuatan dan pengelolahan BUMDes yang aplikatif. Nantinya modul ini akan menjadi buku wajib bagi pendamping desa dan bisa diunduh secara online. “Melalui akademi ini kita akan rumuskan pembuatan BUMDes itu seperti apa, jenis usahanya apa, siapa saja anggotanya, dan apa yang akan dikerjakan secara nyata di lapangan,” lanjutnya.
“Prioritas Kemendes mendorong pertumbuhan BUMDes ini juga sesuai dengan visi dan misi Presiden Jokowi. Yakni sesudah pembangunan infrastruktur akan membangun sumber daya manusianya,” tambahnya.
Selain Akedemi Desa, Kemendes PDTT juga menggelar berbagai festival desa. Seperti yang dilakukan di Desa Dlingo, Bantul, Kemendes PDTT menggelar Festival Desa Dlingo. “Festival semacam ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan di sejumlah desa di Indonesia yang dinilai baik dalam pemanfaatan dana desa. Tujuannya memberikan motivasi masyarakat agar peduli dan berperan aktif termasuk dalam hal pengawasan serta pemanfaatan dana desa,” terangnya.
Bonivasius menambahkan Desa Dlingo masuk sebagai 10 besar desa terbaik pengelolaan Dana Desa untuk infrastruktur serta peningkatan ekonomi masyarakat. Dlingo saat ini memiliki sejumlah BUMDes seperti DesaMart serta yang baru saja diresmikan saat berlangusngnya Festival Dlingo adalah unit usaha kuliner berupa Resto Bale Ketebu. “Resto ini ide yang baik. Pengelola bisa menambahkan spot selfie dan arena treking di kebun tebu. Bisa juga ditambahkan kendaraan ATV untuk menarik pengujung,” terangnya.
Festival Desa Dlingo sendiri dimeriahkan dengan berbagai atraksi budaya, bazar dan eksplorasi potensi desa. Selain itu dilaksanakan juga workshop tentang pengembangan BUMDes dan Pemanfaatan Sosial Media untuk mengawal serta mempromosikan hasil pemanfaatan Dana Desa.
Khusus untuk sesi pemanfaatan sosial media menghadirkan dua narasumber yakni praktisi sosmed Rond Billius Waesley dan praktisi digital media Chamad Hojin. Para peserta workshop juga akan mengikuti lomba Instagram dan Vlog Contest dengan total hadiah Rp10 juta.
Tahun 2018, pemerintah menganggarkan dana desa sebesar Rp60 triliun. Jumlah desa yang menerima dana desa mencapai 74.910. Sampai 2017 lalu, lewat program dana desa telah direalisasikan jalan desa 123.848 km, jembatan 791.258 km, pasar desa 6.576 unit dan BUMDes 26.750 unit kegiatan serta banyak lagi pencapaian pembangunan.
Pegiat BUMDes Desa Dlingo, Bahrun Wardoyo menyebut BUMDes merupakan salah satu alat untuk mengembangkan ekonomi desa. Dengan mengeliatnya ekonomi desa akan berdampak pada lapangan pekerjaan di desa, masyarakat desa tak perlu lagi berbondong-bondong ke kota. “Dengan BUMDes lapangan kerja bisa tercipta. Jangan malu menjadi ora desa. Desa memiliki potensi yang luar biasa,” terangnya.
Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebut Desa Dlingo merupakan salah satu desa dengan akuntabilitas kerja terbaik di Bantul. Ada beberapa indikator yang dinilai untuk akuntabilitas kinerja pemerintahan desa. Mulai dari perencanaan yang sejalan dengan RPJMDes yang sudah diputuskan, penganggaran, kemudian pelaksanaan sesuai dengan perencanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta evaluasi. "Dan Dlingo masuk di dalamnya. Apalagi sampai ke pusat dan diakui pusat ini kebanggaan bagi Bantul," ujarnya.
Kabiro Humas Kemendes PDTT Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyebut banyak BUMDes yang mati suri. Untuk itu Kemendes PDTT terus berusaha meningkatkan kapasitas pengelola dan aparatur desa. “Kami terus melakukan peningkatan kapasitas pengelola dan aparatur desa dengan menerbitkan modul pelatihan aplikatif,” terangnya saat meresmikan Festival Desa Dlingo (Dlingo Fest) di Bantul, Yogyakarta, Minggu (30/7/2018).
Peningkatan kapasitas itu dilakukan dengan membentuk Akademi Desa 4.0 bersama dengan 14 universitas di Indonesia termasuk UGM. Akademi Desa ini menjadi senjata Kemendes PDTT membentuk pamong desa yang lebih berkarakter membangun.
Ditargetkan Akademi Desa 4.0 ini akan menghasilkan tentang modul-modul pembuatan dan pengelolahan BUMDes yang aplikatif. Nantinya modul ini akan menjadi buku wajib bagi pendamping desa dan bisa diunduh secara online. “Melalui akademi ini kita akan rumuskan pembuatan BUMDes itu seperti apa, jenis usahanya apa, siapa saja anggotanya, dan apa yang akan dikerjakan secara nyata di lapangan,” lanjutnya.
“Prioritas Kemendes mendorong pertumbuhan BUMDes ini juga sesuai dengan visi dan misi Presiden Jokowi. Yakni sesudah pembangunan infrastruktur akan membangun sumber daya manusianya,” tambahnya.
Selain Akedemi Desa, Kemendes PDTT juga menggelar berbagai festival desa. Seperti yang dilakukan di Desa Dlingo, Bantul, Kemendes PDTT menggelar Festival Desa Dlingo. “Festival semacam ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan di sejumlah desa di Indonesia yang dinilai baik dalam pemanfaatan dana desa. Tujuannya memberikan motivasi masyarakat agar peduli dan berperan aktif termasuk dalam hal pengawasan serta pemanfaatan dana desa,” terangnya.
Bonivasius menambahkan Desa Dlingo masuk sebagai 10 besar desa terbaik pengelolaan Dana Desa untuk infrastruktur serta peningkatan ekonomi masyarakat. Dlingo saat ini memiliki sejumlah BUMDes seperti DesaMart serta yang baru saja diresmikan saat berlangusngnya Festival Dlingo adalah unit usaha kuliner berupa Resto Bale Ketebu. “Resto ini ide yang baik. Pengelola bisa menambahkan spot selfie dan arena treking di kebun tebu. Bisa juga ditambahkan kendaraan ATV untuk menarik pengujung,” terangnya.
Festival Desa Dlingo sendiri dimeriahkan dengan berbagai atraksi budaya, bazar dan eksplorasi potensi desa. Selain itu dilaksanakan juga workshop tentang pengembangan BUMDes dan Pemanfaatan Sosial Media untuk mengawal serta mempromosikan hasil pemanfaatan Dana Desa.
Khusus untuk sesi pemanfaatan sosial media menghadirkan dua narasumber yakni praktisi sosmed Rond Billius Waesley dan praktisi digital media Chamad Hojin. Para peserta workshop juga akan mengikuti lomba Instagram dan Vlog Contest dengan total hadiah Rp10 juta.
Tahun 2018, pemerintah menganggarkan dana desa sebesar Rp60 triliun. Jumlah desa yang menerima dana desa mencapai 74.910. Sampai 2017 lalu, lewat program dana desa telah direalisasikan jalan desa 123.848 km, jembatan 791.258 km, pasar desa 6.576 unit dan BUMDes 26.750 unit kegiatan serta banyak lagi pencapaian pembangunan.
Pegiat BUMDes Desa Dlingo, Bahrun Wardoyo menyebut BUMDes merupakan salah satu alat untuk mengembangkan ekonomi desa. Dengan mengeliatnya ekonomi desa akan berdampak pada lapangan pekerjaan di desa, masyarakat desa tak perlu lagi berbondong-bondong ke kota. “Dengan BUMDes lapangan kerja bisa tercipta. Jangan malu menjadi ora desa. Desa memiliki potensi yang luar biasa,” terangnya.
Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebut Desa Dlingo merupakan salah satu desa dengan akuntabilitas kerja terbaik di Bantul. Ada beberapa indikator yang dinilai untuk akuntabilitas kinerja pemerintahan desa. Mulai dari perencanaan yang sejalan dengan RPJMDes yang sudah diputuskan, penganggaran, kemudian pelaksanaan sesuai dengan perencanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta evaluasi. "Dan Dlingo masuk di dalamnya. Apalagi sampai ke pusat dan diakui pusat ini kebanggaan bagi Bantul," ujarnya.
(poe)