Berbagi Kebahagiaan kepada Sesama lewat Tanaman Hidroponik

Minggu, 29 Juli 2018 - 14:07 WIB
Berbagi Kebahagiaan...
Berbagi Kebahagiaan kepada Sesama lewat Tanaman Hidroponik
A A A
Bercocok tanam kini lebih menyenangkan; tanpa cangkul, bertemu cacing, atau kepanasan karena kerap dilakukan di bawah terik matahari. Ya, melalui metode hidroponik atau menanam dengan media air, siapa pun kini bisa menjadi petani. Adalah Ronny Tanumihardja, founderSmart Hydroponic, yang be la kang an rajin menyosialisasikan metode hidroponik kepada masyarakat.

Ronny menebar rasa bahagia dengan mengajak orang lain melihat proses tum buhnya tanaman berupa sayuran, buah, juga tanaman hias. Impian besar Ronny ialah terwujudnya kemandirian pangan di Indonesia. Bila satu rumah memiliki satu tanaman hidroponik, berarti satu keluarga sudah bisa memenuhi kebutuhan sayur mereka.

Tentu mereka tidak perlu khawatir jika harga sayuran tiba-tiba melonjak karena musim hujan atau harga cabai yang meroket. Hanya, misi terdekatnya adalah menjadikan hidroponik sebagai sarana pengisi waktu yang membahagiakan dan ilmu yang dapat dikembangkan menjadi bisnis, terutama oleh mereka yang nyaris putus masa depan, seperti mantan pencandu narkoba dan narapidana.

Ronny memang memiliki gerakan untuk mengajak siapa pun berbagi dengan mereka yang pernah terjerumus narkoba. Kebahagiaan seperti apa yang ingin dibagikan lelaki 54 tahun ini melalui hidroponik? Lalu, apa saja manfaat dan kemudahan bertani melalui hidroponik? Inilah perbincangan KORAN SINDO dengan lelaki yang berprofesi sebagai arsitek itu.

Apa manfaat yang didapat jika kita bercocok tanam dengan cara hidroponik?

Hidroponik itu menggabungkan hobi dan benefit, sangat menyenangkan dan bermanfaat. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hidroponik juga bisa menambah penghasilan. Bisa dibayangkan, yang suka pedas kalau ingin makan tinggal petik cabai tanpa harus ke warung. Sangat memudahkan.

Kemandirian atau ketahanan pangan bisa dicapai dari bertani dengan hidroponik. Masyarakat dapat man diri, dimulai dari rumah tangga dengan menyediakan kebutuhan makanannya sendiri. Dalam skala luas, jika hidroponik sudah dilakukan menyebar oleh masyarakat, Indonesia tidak akan ketergantungan pada impor.

Memang sangat disayangkan kalau Indonesia yang konon memiliki tanah subur dan wilayah yang luas harus mengimpor kebutuhan buah atau sayurannya. Pasar tradisional saja sudah jual buah impor. Hal ini terjadi karena pemerintah masih kurang serius memperhatikan pertanian.

Serius untuk tahu perkembangan pertanian sudah sejauh apa agar hasil pertanian kita tidak kalah dengan negara lain yang sudah menerapkan berbagai macam teknologi pertanian dan bertani secara pintar. Selain itu, hidroponik memung kinkan semua jenis sayuran dan buah ditanam di semua daerah.

Buah stroberi yang biasa kita petik di agrowisata Lem bang dapat dengan mudah kita tanam di rumah. Sela da dan kol yang biasa hanya tumbuh di daerah Puncak juga dapat ditanam secara hidroponik di perkotaan.

Jika punya tanaman sendiri, sayuran atau buah yang kita konsumsi akan lebih segar dan sehat. Memanen jika memang benar-benar sudah matang tentu rasanya akan jauh lebih enak.

Apa saja kemudahan hidroponik?

Tidak sulit, hanya diperlukan passion besar dalam bertani dan ketekunan. Tidak harus setiap hari dicek, minimal dua hari sekali diperiksa atau diberi nutrisi. Kendala hama masih menjadi permasalahan setiap pertanian. Hama di hidroponik juga ada, tetapi berbeda cara penanganannya karena ingin dikonsumsi sendiri atau dijual sebagai hasil pertanian organik tanpa zat kimia berbahaya.

Kami juga pu nya pestisida atau insektisida nabati, terbuat dari ekstrak daun mint, cabai, atau lavender yang difor mulasikan guna menyelesaikan hama dengan cara bijak.

Bagaimana minat terhadap hidroponik di Indonesia saat ini?

Di Indonesia, trennya mulai baik seiring berkembangnya media sosial. Sebab, para petani modern tidak lupa untuk mengabadikan momen bertanam mereka dan dibagikan ke jejaring sosial, sehingga pancaran keseruan dan kebahagiaan dari bertani hidroponik menular. Tanaman juga dapat menjadi obat penghilang stres bagi masyarakat urban.

Aktivitas menyemai hingga memanen tentu menjadi kepuasan tersendiri di luar rutinitas yang padat. Saya berharap di Indonesia ada gerakan pemasyarakatan dari para petinggi. Sebab, sangat sulit jika hanya mengandalkan kesadaran masyarakat.

Latar belakang Anda sebagai arsitek, apakah memang ada keterkaitan dan bagaimana Anda bisa menjalankan dua profesi tersebut?

Arsitektur itu sebuah bidang yang sangat menarik, bisa di padupadankan dengan banyak hal atau bidang lain. Salah satunya unsur yang dimasukkan kedesain, yaitu lanskap, berhubungan dengan tanaman. Kalau diarsitektur lanskap, tanaman hias dapat menunjang bangunan agar menjadi lebih cantik, sangat relevan pertanian dengan arsitektur.

Di zaman sekarang, tanah semakin sempit, mengapa tidak mencoba mengubah tanaman hias menjadi tanaman konsumsi? Saya jadi punya dua pintu.

Pertama, kalau ada orang mau didesain rumahnya atau renovasi, saya bisa tawarkan dirumahnya ada hidroponik. Bisa di rooftop, halaman, atau beberapa spot rumah yang terkena sinar matahari.

Kedua,dari pelanggan hidroponik yang ketika saya survei rumahnya tidak memungkinkan untuk bisa menjalankan hidroponik. Saya tawarkan rumah mereka untuk direnovasi sedikit agar syarat-syarat untuk menanam secara hidroponik terpenuhi, seperti ada sinar matahari

Bagaimana awal mula Anda giat menggeluti hidroponik?

Pada 1995, dengan teman sesama profesi arsitek, kami ingin membangun sebuah awareness.Gaung hidroponik masih belum ada. Kami membuat komunitas Green Design Community. Para perancang bangunan punya peran untuk ikut menjaga atau merusak lingkungan.

Kalau kita bangun rumah setiap satu tarikan garis saja bisa memengaruhi. Jika saat kita membangun ada pohon, keputusan mau ditebang atau tidak, diperlukan survei ke lokasi pembangunan dan mengamati sekitar, apakah dimungkinkan untuk tidak menebang pohon? Gerakan ini terus berlanjut hingga kami mengadakan seminar hidroponik.

Dari situ, saya tertarik dan merasa informasi ini penting. Saya mulai mencari tahu lebih mendalam, belajar dan mempraktikkannya. Saya belajar sampai ke Jepang, melihat bagaimana teknologi dapat membantu pertanian. Akhirnya, sampai sekarang saya geluti.

Anda juga membuat program sosial melalui hidroponik ini. Bagaimana Anda memulainya dan apa saja kegiatannya?

Sejak tiga tahun lalu, saya mengampanyekan hidroponik bukan hanya gerakan bertani, melainkan juga menyebutnya sebagai berbagi kebahagiaan. Jadi, saya bahagia bila melihat tanaman saya tumbuh. Alangkah berbahagia lagi jika saya mengajarkan orang dan melihat kebahagiaan yang sama seperti yang saya rasakan.

Membagikan kebahagiaan ini dalam bentuk CSR, sasarannya orang yang punya masalah sosial. Kami beberapa kali ke lembaga pemasyarakatan memberikan bekal kepada para napi setelah keluar dari penjara. Para pasien narkoba juga sering kami datangi. Begitu pun dengan ibu-ibu pedesaan yang butuh penghasilan tambahan.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1128 seconds (0.1#10.140)