Muhammadiyah Ajak Satukan Isu Kebangsaan

Kamis, 05 Juli 2018 - 11:23 WIB
Muhammadiyah Ajak Satukan...
Muhammadiyah Ajak Satukan Isu Kebangsaan
A A A
JAKARTA - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu dalam mengusung isu kebangsaan dan berbagi hal yang menjadi pandangan aktual. “Ketika bangsa ini dibangun oleh isu nasional Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur, melindungi segenap bangsa Indonesia dan mencerdaskan, maka hal mendasar hal yang harus didialogkan adalah ragam pandangan masalah aktual,” ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat acara silaturahim Idul Fitri di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, kemarin.

Haedar mencontohkan kesenjangan sosial, radikalisme, dan berbagai hal yang hadir dalam kehidupan demokrasi. “Dengan jiwa besar masing-masing, bangsa ini akan punya energi postif luar biasa dari keragaman pandangan. Keragaman padangan tidak menjadi kita beda,” jelasnya.

Silaturahmi kemarin dihadiri sejumlah tokoh, di antaranya Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Umum PP 'Aisyiyah Siti Noordjanah Djohantini, Ketua Umum PPP M Romahurmuziy, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, mantan Ketua PP Muhammadiyah Amien Rais, mantan Mendikbud Abdul Malik Fajar, mantan Kapolri Badrodin Haiti, mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung, serta para duta besar.

Selain itu, lanjut Haedar, orientasi keagamaan dan nilai kebudayaan yang ikut dalam kehidupan kebangsaan kita perlu menjadi perhatian khusus. “Kami berdialog bagaimana nilai keagamaan itu hidup dan membentuk Indonesia,” katanya. Lebih lanjut dikatakan, orientasi yang hidup dalam UU, bangsa Indonesia selain punya Pancasila juga punya penduduk yang beragama mayoritas muslim. Karena itu dialog itu harus terus dilakukan agar jangan sampai ada pandangan yang menyebabkan ancaman terhadap keutuhan NKRI.

Berkaitan dengan memahami nilai Pancasila, Muhammadiyah telah menyepakati dan memiliki pandangan bahwa Pancasila merupakan darul ahdi wasyahadah, di mana yang penting adalah satu pihak menyerap nilai agama yang hidup dan paham bingkai keindonesiaan.

“Muhammadiyah mengajak bagaimana kita berkiprah untuk mencerdaskan, kita bertanggung jawab terhadap masa depan Indonesia,” ujarnya.

Dalam memajukan itu semua, Muhammadiyah melibatkan kekuatan politik untuk berperan sebagaimana mestinya juga diperlukan. Sehingga akan ada sinergi kolektif yang tepat. ‘’Indonesia ke depan akan mendapat mozaik yang indah untuk Indonesia Jaya dan berkemajuan,” tegas Haedar.

Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan halalbihalal yang kemarin digelar Muhammadiyah merupakan tradisi khas bangsa Indonesia. “Ini perlu dilestarikan. Kegiatan silaturahmi seperti halalbihalal perlu diperbanyak apalagi di tahun politik menjelang Pemilu Presiden 2019. Silaturahmi antarparpol perlu dilakukan,” jelasnya.

Zulkifli juga menyebut kemarin NU telah melakukan halalbihalal, hari ini Muhammadiyah. Selanjutnya dia mengharap agar lembaga negara yang lain dan partai politik melakukan hal yang sama. “Jadi kalau di tahun politik banyak silaturahmi, itu berarti bagus,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam sambutannya menyinggung beberapa hal termasuk pengembangan entrepreneurship atau wirausaha keumatan. “Kalau lihat kemajuan kita, sebenarnya luar biasa dalam keislaman. Sosial banyak berubah, saya menghitung-hitung dari dakwah yang gegap gempita, itu (paling banyak) ada di media. Salah satu yang belum berkembang betul adalah entrepreneurship umat," katanya.

Karena itu, JK mengajak semua pihak menggerakkan umat agar berwirausaha. Peran Muhammadiyah dan NU dalam menggerakkan umat sangat penting. Hal itu terlihat dari beberapa kesamaan yang dimiliki Muhammadiyah dan NU. “Memang punya kesamaan dan perbedaan juga. Kalau NU besar karena kementerian. Jadi pesantren itu banyak pesantren NU tetapi yang punya beda-beda kiai. Tetapi kalau Muhammadiyah holding company, kalau NU sama dengan franchise kayak Mc Donald's,” jelasnya.

Wapres pun meminta kepada NU dan Muhammadiyah agar selalu menjaga suasana aman. Walaupun kata JK berbeda koalisi tetap mendorong agar spirit bangsa wirausaha tetap berkembang. “Kita harus menjaga suasana ini. Walaupun kita membikin koalisi kita harus mendorong spirit bangsa salah satunya spirit wirausaha. Di mana saya bicara di Muhammadiyah dari semua sektor tingkat satu kita tidak punya mayoritas, cuma satu tentang ekonomi. Dan itu hanya bisa dengan semangat,” ungkap JK.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan pengalamannya memimpin Jakarta. Dia juga menyinggung Muhammadiyah harus memimpin untuk kebangkitan umat Islam Indonesia. Kemudian Anies pun membahas lambang Muhammadiyah yang berlogo matahari.

Anies berharap logo matahari itu bisa membangkitkan umat Islam di seluruh dunia. (Binti Mufarida)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1998 seconds (0.1#10.140)