Menteri Siti: Kementerian LHK Serius Tangani Kematian Gajah

Rabu, 13 Juni 2018 - 21:31 WIB
Menteri Siti: Kementerian...
Menteri Siti: Kementerian LHK Serius Tangani Kematian Gajah
A A A
JAKARTA - Kematian gajah bernama "Bunta" yang diduga diracun orang tak beradab, pada Sabtu 9 Juni 2018 lalu, akan diselidiki dan ditangani secara serius oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

Apalagi ini hewan yang dilindungi dan peristiwanya di sekitar Conservation of Respond Unit (CRU) di Desa Bunin, Kecamatan Serbajadi, Aceh Timur.

"Kita akan segera memanggil pihak CRU Serbajadi, Aceh Timur, Aceh. Ini terkait dengan kematian gajah benama Bunta yang mati dibunuh di tempat konservasi tersebut," tegas Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, kata Siti di sela meninjau pengelolaan sampah saat mudik di Tol Cikampek, Rabu (13/6/2018).

Dikatakan Siti Nurbaya, tempat konservasi tersebut mendapatkan bantuan dana dari pihak swasta. "Secara keseluruhan di Aceh itu kan memang tempat satwanya di sana ada pusat tempat konservasi gajah sebanyak 7 CRU. Jadi unit ini untuk mengatasi mitigasi konflik di Aceh timur, Utara dan Pidi, Aceh jaya, Aceh barat, Aceh Selatan, biayanya oleh USAID, oleh Astra juga. Jadi biayanya dari mitra," katanya.

Mengenai perkembangan penanganan gajah "Bunta", Menteri Siti menjelaskan, Kementerian LHK bersama tim Inafis dan Identifikasi Polres Aceh Timur serta tim dokter hewan BKSDA Aceh, melakukan nekropsi dan olah tempat kejadian perkara atau TKP dengan hasil sebagai berikut.

Pertama, pengambilan sampel jantung, limpa, usus dan ginjal untuk uji laboratorium. Lalu, kedua pengambilan sisa patahan gading sebelah kiri sepanjang 46 cm (sisanya hilang) berat belum ditimbang dan gading sebelah kanan sepanjang 148 cm berat belum ditimbang sebagai berat badan.

Ketiga, kata Siti, diagnosa sementara tim medis BKSDA Aceh adalah toxicosis, berdasarkan kerusakan dan perubahan organ-organ usus mengalami pendarahan, jantung nekrosis, dan hiperemi, pembengkakan (oedema) dan sianosis pada paru, oedema (pembengkakan) hati, cairan dirongga dada sangat keruh dan adanya buah kuini di dalam usuus serta ditemukan buah tersebut didekat bangkai satwa ditemukan.

"Selanjutnya, sampel (limpa, usus, jantung dan ginjal) yangg diambil pada Rabu (13/6) akan kita kirim ke Puslabfor Cabang Medan , melalui penyidik Polres Atim," kata Siti sambil menambahakn kasus kematian gajah ini baru pertama kali terjadi di Aceh Timur.
Gajah Terlatih

Menteri Siti Nurbaya juga mengungkapkan soal pengelolaan gajah terlatih di Provinsi Aceh. Sampai saat ini gajah terlatih di seluruh Aceh berjumlah 33 ekor dan 2 anak gajah, baik yang lahir maupun yang dievakuasi bulan lalu (sebelum kematian Bunta).

Gajah terlatih tersebut tersebar di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sare dan 7 Conservation Respon Unit (CRU : Unit untuk melakukan mitigasi konflik gajah) yang tersebar di Aceh Timur, Aceh Utara, Bener Meriah, Pidie, Aceh Jaya, Aceh Barat dan Aceh Selatan.

Dikemukakan Siti Nurbaya, CRU dimpin oleh satu orang leader, dan di dalamnya ada mahout dan asisten mahout. Leader bertanggung jawab langsung kepada Kepala Seksi Wilayah dan berkoordinasi secara teknis dengan Kepala Pusat Konservasi Gajah atau PKG. Total dari hasil survei KLHK di awal 2017, jumlah gajah di Aceh 539 ekor.

Sebelumnya, Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf menggelar sayembara berhadiah sebesar Rp100 juta bagi yang dapat memberikan informasi pelaku pembunuh gajah Bunta. Total hadiah yang bakal diterima pemberi informasi bisa Rp135.000.000, dari Irwandi Rp100 juta dan Rp35 juta dari kumpulan beberapa lembaga lingkungan dan perorang.

Selain itu, sejumlah lembaga lingkungan seperti Forum Konservasi Leuser (FKL), Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), Wildlife Conservation Society (WSC), Orangutan Information Centre (OIC), Yayasan Ekosistem Lestari, mengecam pembunuhan gajah “Bunta” dan memberikan apresiasi kepada pemberi informasi pelaku pembunuhan. Sedangkan warung kopi Leuser Cafe menggratiskan minum kopi seumur hidup bagi mereka yang menemukan identitas pelaku pembunuhan gajah tersebut.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7940 seconds (0.1#10.140)