Mencintai Bangsa dan Negara Dinilai Bagian dari Iman
A
A
A
JAKARTA - Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) menggelar pengajian kebangsaan bertepatan dengan hari lahir Pancasila 1 Juni. Sebuah pesan penting terselip dalam acara ini, mencintai kebangsaan merupakan bagian dari iman kita.
"Yang paling penting, mencintai kebangsaan itu bagian dari Iman. Sama pentingnya dengan hal yang lain," ujar Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan Utut Adianto di DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (1/6/2018).
Acara yang sudah digelar lima kali ini memang terasa lebih spesial. Dilaksanakan bertepatan dengan bulan suci Ramadan dan tepat di hari lahirnya Pancasila. Panitia mengundang anak-anak Yatim Piatu dari sejumlah pondok pesantren serta ibu-ibu pengajian di sekitaran Jakarta Selatan.
Utut berharap acara ini bisa terus berlangsung. Dan sekaligus jadi bukti komitmen PDIP tentang kepedulian terhadap warga yang kondisi perekonomiannya tidak baik.
"Bulan Ramadhan inikan bulan Istimewa. Tentu kita tidak mengharapkan apa-apa, yang penting rida," lanjut pria yang kini duduk sebagai Wakil Ketua DPR ini.
Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan yang jadi pembicara menjelaskan tentang Pancasila sebagai buah hasil pemikiran panjang Soekarno. Bagi Shohibul Faroji Azmatkhan, Pancasila dirancang berdasarkan intisari dari nilai-nilai yang terkandung dalam kelima Kitab yang digunakan oleh 5 Agama di Indonesia.
Shohibul Faroji Azmatkhan menegaskan, Pancasila tidak perlu lagi diperdebatkan apalagi jika sampai dilawan. Justru karena Pancasila, umat Islam sudah sepantasnya bersyukur.
"Jadi kalau misalnya ada umat Islam yang ingin melawan Pancasila itu, perlu belajar lagi, perlu mendalami lagi Islam," kata Shohibul Faroji Azmatkhan.
Dia juga berharap toleransi di kehidupan majemuk ini menjadi harga mati yang wajib dilakukan. Umat Islam khususnya wajib menjaga toleransi tanpa boleh memaksakan kehendak.
"Bagi umat Islam, toleransi itu wajib, karena ada dalil Surah Al-Kafirun, bagi kamu agama kamu, bagi aku agamaku. Jadi hukumnya wajib," jelasnya.
"Di butir-butir Pancasila itu ada. Itu harus digalakan lagi, karena selaras dengan Rasulullah, untuk menyempurnakan Akhlak. Menyempurnakan akhlak itu diformulasi pak Karno ke dalam Pancasila. Jadi, Pancasila itu adalah nilai-nilai akhlak yang mulia," tutupnya.
"Yang paling penting, mencintai kebangsaan itu bagian dari Iman. Sama pentingnya dengan hal yang lain," ujar Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan Utut Adianto di DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (1/6/2018).
Acara yang sudah digelar lima kali ini memang terasa lebih spesial. Dilaksanakan bertepatan dengan bulan suci Ramadan dan tepat di hari lahirnya Pancasila. Panitia mengundang anak-anak Yatim Piatu dari sejumlah pondok pesantren serta ibu-ibu pengajian di sekitaran Jakarta Selatan.
Utut berharap acara ini bisa terus berlangsung. Dan sekaligus jadi bukti komitmen PDIP tentang kepedulian terhadap warga yang kondisi perekonomiannya tidak baik.
"Bulan Ramadhan inikan bulan Istimewa. Tentu kita tidak mengharapkan apa-apa, yang penting rida," lanjut pria yang kini duduk sebagai Wakil Ketua DPR ini.
Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan yang jadi pembicara menjelaskan tentang Pancasila sebagai buah hasil pemikiran panjang Soekarno. Bagi Shohibul Faroji Azmatkhan, Pancasila dirancang berdasarkan intisari dari nilai-nilai yang terkandung dalam kelima Kitab yang digunakan oleh 5 Agama di Indonesia.
Shohibul Faroji Azmatkhan menegaskan, Pancasila tidak perlu lagi diperdebatkan apalagi jika sampai dilawan. Justru karena Pancasila, umat Islam sudah sepantasnya bersyukur.
"Jadi kalau misalnya ada umat Islam yang ingin melawan Pancasila itu, perlu belajar lagi, perlu mendalami lagi Islam," kata Shohibul Faroji Azmatkhan.
Dia juga berharap toleransi di kehidupan majemuk ini menjadi harga mati yang wajib dilakukan. Umat Islam khususnya wajib menjaga toleransi tanpa boleh memaksakan kehendak.
"Bagi umat Islam, toleransi itu wajib, karena ada dalil Surah Al-Kafirun, bagi kamu agama kamu, bagi aku agamaku. Jadi hukumnya wajib," jelasnya.
"Di butir-butir Pancasila itu ada. Itu harus digalakan lagi, karena selaras dengan Rasulullah, untuk menyempurnakan Akhlak. Menyempurnakan akhlak itu diformulasi pak Karno ke dalam Pancasila. Jadi, Pancasila itu adalah nilai-nilai akhlak yang mulia," tutupnya.
(maf)