Hari Lahir Pancasila Momen Kikis Gerakan Radikal dan Terorisme

Jum'at, 01 Juni 2018 - 13:40 WIB
Hari Lahir Pancasila Momen Kikis Gerakan Radikal dan Terorisme
Hari Lahir Pancasila Momen Kikis Gerakan Radikal dan Terorisme
A A A
JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Ahmad sahroni berharap Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni menjadi pengingat pentingnya persatuan dan menghargai kebinekaan.

Momentum Hari Kelahiran Pancasila diharapkan Sahroni mampu mengikis gerakan radikal termasuk terorisme.

Dia mengingatkan, dengan Pancasila sebagai dasar negara, pendiri negara telah mempersatukan Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan bahasa serta kebudayaan menjadi satu bangsa. Sayangnya hingga beberapa tahun terakhir, upaya menghancurkan persatuan masih terus tampak di Tanah Pertiwi.

“Terkait Hari Kelahiran Pancasila, saat ini saya pribadi menganggap yang sedang marak sekarang tentang radikalisme mungkin sudah keluar dari ranah semestinya. Padahal dasar kita bernegara dari Pancasila dan UUD,” kata Sahroni.

Sahroni mengungkapkan, meski penanggulangan terorisme terus dilakukan oleh penegak hukum dibantu TNI, namun semakin bibit terorisme belum hilang. Bahkan aksi terorisme yang dilakukan beberapa waktu lalu melibatkan anak-anak.

“Radikalisme model baru ini melibatkan anak. Doktrinnya luar biasa, melalui media sosial, misalnya mengajarkan anak bukan lagi bercita-cita jadi presiden, dokter atau pengusaha besar. Ini kultur yang harus diperbaiki dari atas ke bawah. Sedih melihat Indonesia dengan kultur luar biasa dibandingkan negara lain di dunia harusnya lebih adem dan terjalin silaturahmi yang hebat,” tutur Sahroni.

Politikus Partai Nasdem ini mengingatkan, jaringan teroris terus melakukan upaya pengkaderan. Tidak hanya telah menjangkau lingkungan akademis seperti kampus ataupun unversitas, jaringan ini bahkan telah berani menanamkan paham radikal ke aparat penegak hukum.

“Isu lain tentang universitas sudah masuk pagam radikal. Jangankan universitas, dari kepolisian pun sudah masuk. Lambat laun akan menjadi sel baru, perlahan didoktrin dan memakai sarana medsos. Bisa jadi 10 tahun ke depan ada orang-orang baru (teroris-red) yang tidak kita pikirkan,” pesan Sahroni.

Dia meyakini setelah disahkannya Undang-Undang Antiterorisme, upaya pemberantasan terorisme semakin baik, salah satunya dengan pelibatan TNI.

Sahroni meminta pemberantasan terorisme tak terus dikaitkan dengan pelanggaran HAM karena tindakan dilakukan para pelaku justru membuat Indonesia terkungkung dalam kesedihan.

Pria yang besar di kawasan Tanjung Priok Jakarta Utara ini menekankan pentingnya menjaga keharmonisan, khususnya atas berbagai perbedaan yang ada di Indonesia. Khususnya di tahun politik dan menjelang pemilihan presiden dan legislatif yang dilakukan secara serentak, Polri selaku penegak hukum dan TNI harus mampu mendeteksi upaya munculnya kegaduhan dan memecah belah persatuan.

“Polri dibantu TNI harus mewaspadai upaya munculnya konflik sosial dan gerakan radikal di berbagai daerah yang akan memecah persatuan, khususnya jelang pilpres dan pileg serentak,” tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5186 seconds (0.1#10.140)