JIMM Siap Cetak Kader Muda Inovatif
A
A
A
MALANG - Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) berupaya menghimpun para kader intelektual Muhammadyah untuk mendorong intelektualitas yang inovatif.
Upaya ini dilakukan dengan menggandeng Pusat Studi Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang (PSIF UMM).
Salah satu bentuk mencetak kader intelektual yang inovatif ini diwujudkan JIMM dan PSIF UMM, dengan menggelar Tadarus Pemikiran Nasional bertemakan Rebranding Muhammadiyah: Dialetika Otentisitas dan Perubahan dalam Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah di RSS UMM.
Rektor UMM Fauzan menilai kegiatan intelektual seperti ini sangat penting bagi Muhammadiyah, karena dalam internal persyarikatan selalu muncul perdebatan tentang hal-hal yang bersifat ideologi, baik berkaitan dengan pemikiran maupun gerakan.
“Muhammadiyah membutuhkan kegiatan intelektual seperti ini. Sebaiknya acara seperti ini sering-sering diadakan, jangan hanya ketika Ramadhan,” katanya, Rabu 23 Mei 2018.
Salah satu pembicara utama, Sudarnorto Abdul Hakim dari Majelis Dikti PP Muhammadiyah menyampaikan, dalam mengawal masa depan, Muhammadiyah, khususnya para pemudanya harus menyiapkan berbagai bekal.
Meski demikian, nilai-nilai kemurnian lembaga harus terus dipegang.“Otentik atau authenticity merupakan bagian penting yang dimiliki organisasi Muhammadiyah. Otentik secara harfiah berarti orisinal, keaslian, dan kemurnian,” sampainya.
Sudarnorto mengatakan, hal berikutnya yang perlu menjadi fokus adalah bagaimana Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dapat memberikan kontribusi inovatif terutama dalam menghadapi problem-problem atau tantangan-tantangan besar yang menerpa masyarakat.
“Baik itu menerpa umat, bangsa bahkan masyarakat internasional,”tegasnya.
Sudarnorto menggaris bawahi bahwa saat ini banyak organisasi atau gerakan Islam yang minimalis dan sekadar mencukupkan diri untuk survive sehingga hanya menggelar acara rutin-rutin saja. Kebanyakan diantara mereka, tidak memiliki hal-hal baru yang bisa dikontribusikan ke masyarakat.
“Bahkan kita pernah mencatat juga banyak organisasi-organisasi kemasyarakatan bahkan politik tiba-tiba bangkrut dan tidak lagi muncul lagi,”pungkasnya.
Tercatat 218 peserta mengikuti acara ini dan 32 di antaranya akan mempresentasikan makalah. Mereka berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua hingga Sulawesi. Sementara itu, topik-topik yang diangkat antara lain, Era Baru Gerakan Muhammadiyah: Peluang dan Tantangan, Muhammadiyah dan Internasionalisasi Pemikiran Islam, Gerakan Perdamaian dan Kontra-Radikalisme, serta Aktualisasi Jihad Digital Muhammadiyah di Era Kekinian.
Upaya ini dilakukan dengan menggandeng Pusat Studi Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang (PSIF UMM).
Salah satu bentuk mencetak kader intelektual yang inovatif ini diwujudkan JIMM dan PSIF UMM, dengan menggelar Tadarus Pemikiran Nasional bertemakan Rebranding Muhammadiyah: Dialetika Otentisitas dan Perubahan dalam Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah di RSS UMM.
Rektor UMM Fauzan menilai kegiatan intelektual seperti ini sangat penting bagi Muhammadiyah, karena dalam internal persyarikatan selalu muncul perdebatan tentang hal-hal yang bersifat ideologi, baik berkaitan dengan pemikiran maupun gerakan.
“Muhammadiyah membutuhkan kegiatan intelektual seperti ini. Sebaiknya acara seperti ini sering-sering diadakan, jangan hanya ketika Ramadhan,” katanya, Rabu 23 Mei 2018.
Salah satu pembicara utama, Sudarnorto Abdul Hakim dari Majelis Dikti PP Muhammadiyah menyampaikan, dalam mengawal masa depan, Muhammadiyah, khususnya para pemudanya harus menyiapkan berbagai bekal.
Meski demikian, nilai-nilai kemurnian lembaga harus terus dipegang.“Otentik atau authenticity merupakan bagian penting yang dimiliki organisasi Muhammadiyah. Otentik secara harfiah berarti orisinal, keaslian, dan kemurnian,” sampainya.
Sudarnorto mengatakan, hal berikutnya yang perlu menjadi fokus adalah bagaimana Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dapat memberikan kontribusi inovatif terutama dalam menghadapi problem-problem atau tantangan-tantangan besar yang menerpa masyarakat.
“Baik itu menerpa umat, bangsa bahkan masyarakat internasional,”tegasnya.
Sudarnorto menggaris bawahi bahwa saat ini banyak organisasi atau gerakan Islam yang minimalis dan sekadar mencukupkan diri untuk survive sehingga hanya menggelar acara rutin-rutin saja. Kebanyakan diantara mereka, tidak memiliki hal-hal baru yang bisa dikontribusikan ke masyarakat.
“Bahkan kita pernah mencatat juga banyak organisasi-organisasi kemasyarakatan bahkan politik tiba-tiba bangkrut dan tidak lagi muncul lagi,”pungkasnya.
Tercatat 218 peserta mengikuti acara ini dan 32 di antaranya akan mempresentasikan makalah. Mereka berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua hingga Sulawesi. Sementara itu, topik-topik yang diangkat antara lain, Era Baru Gerakan Muhammadiyah: Peluang dan Tantangan, Muhammadiyah dan Internasionalisasi Pemikiran Islam, Gerakan Perdamaian dan Kontra-Radikalisme, serta Aktualisasi Jihad Digital Muhammadiyah di Era Kekinian.
(dam)