Perguruan Tinggi Dituntut Bersiap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Minggu, 20 Mei 2018 - 05:30 WIB
Perguruan Tinggi Dituntut...
Perguruan Tinggi Dituntut Bersiap Hadapi Revolusi Industri 4.0
A A A
JAKARTA - Lulusan perguruan tinggi harus memiliki jiwa kewirausahaan untuk menciptakan lapangan kerja baru. Di era Revolusi Industri 4.0 ini akan semakin banyak lapangan pekerjaan yang bisa diciptakan oleh mahasiswa.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir mengatakan, dampak era Revolusi Industri 4.0 akan luas dan mempengarungi segala aspek kehidupan manusia dan menentukan perkembangan ekonomi ke depan secara global.

Di sisi lain tantangan bagi lulusan perguruan tinggi di era Revolusi Industri 4.0 semakin meningkat. Oleh karena itu, setiap lulusannya harus memiliki kompetensi yang mumpuni untuk bersaing secara global.

Lulusan perguruan tinggi dituntut tidak hanya mampu bekerja di perusahaan dan instansi lainnya, namun juga memiliki jiwa kewirausahaan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan memanfaatkan peluang yang muncul dari Revolusi Industri 4.0.

"Perguruan tinggi dihadapkan dengan tantangan untuk mempersiapkan dan melengkapi SDM dengan kompetensi serta keterampilan yang tepat untuk menghadapi revolusi industri ke-4, agar terus mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa," ujar Menristek saat Orasi Ilmiah Wisuda ke-71 Universitas Tarumanegara (Untar), Jakarta, Sabtu 19 Mei 2018.

Manurut mantan rektor Universitas Diponegoro ini sistem dan program pendidikan tinggi perlu disesuaikan agar relevan dengan Revolusi Industri 4.0. Perlu dilakukan rekonstruksi kurikulum yang dapat memberikan mahasiswa kompetensi yang lebih luas dan baru seperti ilmu coding, big data, artificial intelligence dan lainnya.

Selain itu menggunakan format baru dalam proses pembelajaran mulai dari face to face, blended learning, maupun full online learning.

Guru Besar bidang Akuntansi Universitas Diponegoro ini menambahkan, tantangan ekonomi digital sudah di depan mata. Berdasarkan kajian World Bank 2017, diperkirakan 75-375 juta tenaga kerja global akan beralih profesi dimana 65% jenis pekerjaan masa depan belum ditemukan.

Munculnya jenis pekerjaan baru ini akibat revolusi industri 4.0. Artinya perguruan tinggi harus mampu mengantisipasi peralihan jenis pekerjaan di era ekonomi digital ini dengan menyiapkan kompetensi dosen dan kurikulum yang tepat.

Karenanya, perguruan tinggi semakin dituntut untuk mempersiapkan para mahasiswanya akan pekerjaan yang belum ada, selain menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa di era revolusi industri 4.0.

Secara khusus dia meminta agar semakin banyak pewirausaha dari Untar sehingga bisa menjadi contoh baik untuk kampus lainnya di Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Untar Agustinus Purna Irawan meminta para lulusan perguruan tinggi yang dipimpinnya untuk selalu terus meningkatkan kompetensi dan kemampuan di berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi.

"Alumni Untar harus mampu meningkatkan kompetensi di berbagai bidang sesuai kebutuhan Revolusi Industri 4.0 agar tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi dan peradaban di bidang yang ditekuni," ucap Agustinus.

Agustinus menjelaskan, mayoritas latar belakang mahasiswa yang kuliah di Untar itu memang enterpreneur. Mereka adalah anak dari orang tua yang sudah memiliki usaha dan diharapkan melanjutkan usaha keluarga itu.

Maka itu, jika mahasiswa dari jurusan keinsinyuran tidak bekerja di bidangnya tatapi melanjutkan usaha orang tuanya, hal itu tidak menjadi masalah. Sebab, pola pikir keinsinyuran itu tetap bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4627 seconds (0.1#10.140)