Cegah Terorisme, Pendidikan Pancasila Harus Intens Diajarkan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Komunikasi BIN, Wawan Hari Purwanto menyatakan, salah satu upaya melawan terorisme adalah dengan memberikan pemahaman pendidikan Pancasila yang baik. Namun beliau merasa heran mengapa di sekolah tidak lagi diajarkan secara intens mengenai Pancasila.
"Bahkan ideologi mengenai Pancasila pun tidak di ajarkan disekolah sekolah. Ini pemahaman yang salah mereka beranggapan model pendidikan sekolah yang lama tidak pas. Padahal yang lama lebih bagus kita pakai," kata Wawan pada talkshow yang diadakan oleh MNC Trijaya Network di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5/2018).
Hal yang sama juga disampaikan Direktur Riset Setara Institute, Halili yang beranggapan bahwa, semua pihak harus memberikan perhatian serius pada dunia pendidikan.
Halili telah melakukan survei pada 171 sekolah dan hasilnya mengkhawatirkan katanya. Ada sekelompok orang dari mereka yang bersekolah di SMA Negeri yang sudah terpapar ideologi terorisme.
"Dari proses melakukan personalisis ada 0,3 % siswa terpapar idelogi teror,
2,4 % siswa terpapar intoleransi aktif sedangkan sisanya 61,6% memiliki toleransi aktif. Dalam konteks ini jumlah 6 % dari jumlah siswa yang terpapar ideologi terorisme dan intoleransi terlalu banyak dan kita harus memberikan fokus pada itu," ungkapnya.
Anggota Komisi III DPR, Arteria Dahlan juga menambahkan paham atau ajaran ideologi radikalisme semakin gampang di akses melalui kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK mempermudah seseorang untuk mendapatkan informasi melalui media massa seperti media sosial.
Oleh karenanya, Arteria bersama pemerintah akan mengusahakan untuk mengatur media media sosial dalam mempersempit ruang untuk menyebarkan paham radikalisme.
"Kemajuan IPTEK harus membangun dengan bangsa. Nah nantinya kita akan membuat MOU dengan semua media sosial dari Facebook, Telegram dan lainnya," ungkap Arteria.
"Bahkan ideologi mengenai Pancasila pun tidak di ajarkan disekolah sekolah. Ini pemahaman yang salah mereka beranggapan model pendidikan sekolah yang lama tidak pas. Padahal yang lama lebih bagus kita pakai," kata Wawan pada talkshow yang diadakan oleh MNC Trijaya Network di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5/2018).
Hal yang sama juga disampaikan Direktur Riset Setara Institute, Halili yang beranggapan bahwa, semua pihak harus memberikan perhatian serius pada dunia pendidikan.
Halili telah melakukan survei pada 171 sekolah dan hasilnya mengkhawatirkan katanya. Ada sekelompok orang dari mereka yang bersekolah di SMA Negeri yang sudah terpapar ideologi terorisme.
"Dari proses melakukan personalisis ada 0,3 % siswa terpapar idelogi teror,
2,4 % siswa terpapar intoleransi aktif sedangkan sisanya 61,6% memiliki toleransi aktif. Dalam konteks ini jumlah 6 % dari jumlah siswa yang terpapar ideologi terorisme dan intoleransi terlalu banyak dan kita harus memberikan fokus pada itu," ungkapnya.
Anggota Komisi III DPR, Arteria Dahlan juga menambahkan paham atau ajaran ideologi radikalisme semakin gampang di akses melalui kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK mempermudah seseorang untuk mendapatkan informasi melalui media massa seperti media sosial.
Oleh karenanya, Arteria bersama pemerintah akan mengusahakan untuk mengatur media media sosial dalam mempersempit ruang untuk menyebarkan paham radikalisme.
"Kemajuan IPTEK harus membangun dengan bangsa. Nah nantinya kita akan membuat MOU dengan semua media sosial dari Facebook, Telegram dan lainnya," ungkap Arteria.
(maf)