Belajar Agama dari Internet Bikin Mudah Ikuti Ajaran Sesat
A
A
A
TIM Densus 88 Antiteror Mabes Polri bersama Polda Sumatera Selatan (Sumsel) menangkap dua terduga teroris di Palembang.
Kabar penangkapan itu dibenarkan Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara. Para pelaku berinisial HS alias AA, 39, dan HK alias AA, 38, warga Pekanbaru, Riau.
Dari pemeriksaan awal diketahui, keduanya sedang merencanakan aksi penyerangan ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jabar, dan membebaskan para napi teroris yang ditahan. Namun, karena seluruh napi yang mengamuk berhasil dikendalikan, keduanya pun memutuskan ke Palembang untuk kembali menyusun strategi. Rencananya mereka akan menyerang Mako Brimob Sumsel.
Zulkarnain mengaku sempat berbincang dengan dua terduga teroris tersebut. Keduanya mengubah nama setelah masuk dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Dari obrolannya itu, Zulkarnain menyebut kedua pelaku hafal Pancasila, tetapi benci dengan dasar negara itu. Mereka ingin mengubah Pancasila menjadi khilafah sebagai target perjuangannya.
“Saya tanya hafal Pancasila, ya mereka hafal Pancasila, tapi tidak Pancasilais, sangat tidak senang dengan Pancasila. Saya bilang sama mereka sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, artinya kita beragama. Mereka ngotot, jadi saya anggap mereka bebal, mungkin mereka juga anggap saya bebal,” kata Zulkarnain.
Menurut dia, mereka mengaku menganut paham salafiyah melalui pengajian. Mereka juga belajar tentang agama dari internet sehingga mudah mengikuti ajaran sesat. “Mereka pahamnya salafiyah, katanya. Tapi saya kira tidak ada kaitannya dengan agama,” ujar mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini.
Bagi keduanya, semua orang yang di luar kelom poknya adalah kafir. Khusus bagi polisi, mereka anggap sebagai kafir harbi atau kafir musuh uta ma yang harus dimusnahkan. “Tapi mereka beraksi tidak sembunyi-sembunyi, harus ber hadapan, misalnya mau ngebom,” ungkap jenderal bintang dua ini.
Zulkarnain menambahkan, selama ini kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS ini berdiam diri dan tetap seperti warga biasa. Setelah kerusuhan di Mako Brimob, mereka keluar dan bermaksud melakukan amaliah. “Selama ini mereka sleeping sel, senyap, tidak bergerak, tapi menunggu waktu. Begitu Mako Brimob pecah, mereka bergerak,” ucapnya.
Secara umum dia menegaskan, wilayah Sumsel kondisinya aman dan terkendali. Namun, tetap waspada sehingga memang harus siaga dan jangan sampai jebol. Pergerakan teroris susah ditebak dengan menjadi serigala yang berjalan sendiri mencari mangsa. “Sumsel masih ada sel-sel kelompok JAD. Karena kita ketahui ada tahun 2016 ada dua atau tiga orang yang diamankan serta tahun 2017 ada delapan diamankan. Jadi kita tetap siaga,” ujarnya.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengungkapkan, Tim Densus 88 masih memburu delapan orang kelompok JAD Sumsel. Setyo mengatakan, anggota Densus 88 Antiteror Mabes Polri meringkus dua anggota JAD Sumatera Selatan dari target delapan orang.
Diungkapkan Setyo, jaringan JAD Sumsel merencanakan penyerangan ke Markas Polda saat terjadi kerusuhan narapidana teroris di Rumah Tahanan Cabang Salemba Kelapa Dua Depok, Jawa Barat. “Ada delapan orang yang masih diburu di Sumsel, mereka masuk jaringan kelompok JAD,” katanya. (Okezone/M Yamin)
Kabar penangkapan itu dibenarkan Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara. Para pelaku berinisial HS alias AA, 39, dan HK alias AA, 38, warga Pekanbaru, Riau.
Dari pemeriksaan awal diketahui, keduanya sedang merencanakan aksi penyerangan ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jabar, dan membebaskan para napi teroris yang ditahan. Namun, karena seluruh napi yang mengamuk berhasil dikendalikan, keduanya pun memutuskan ke Palembang untuk kembali menyusun strategi. Rencananya mereka akan menyerang Mako Brimob Sumsel.
Zulkarnain mengaku sempat berbincang dengan dua terduga teroris tersebut. Keduanya mengubah nama setelah masuk dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Dari obrolannya itu, Zulkarnain menyebut kedua pelaku hafal Pancasila, tetapi benci dengan dasar negara itu. Mereka ingin mengubah Pancasila menjadi khilafah sebagai target perjuangannya.
“Saya tanya hafal Pancasila, ya mereka hafal Pancasila, tapi tidak Pancasilais, sangat tidak senang dengan Pancasila. Saya bilang sama mereka sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, artinya kita beragama. Mereka ngotot, jadi saya anggap mereka bebal, mungkin mereka juga anggap saya bebal,” kata Zulkarnain.
Menurut dia, mereka mengaku menganut paham salafiyah melalui pengajian. Mereka juga belajar tentang agama dari internet sehingga mudah mengikuti ajaran sesat. “Mereka pahamnya salafiyah, katanya. Tapi saya kira tidak ada kaitannya dengan agama,” ujar mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini.
Bagi keduanya, semua orang yang di luar kelom poknya adalah kafir. Khusus bagi polisi, mereka anggap sebagai kafir harbi atau kafir musuh uta ma yang harus dimusnahkan. “Tapi mereka beraksi tidak sembunyi-sembunyi, harus ber hadapan, misalnya mau ngebom,” ungkap jenderal bintang dua ini.
Zulkarnain menambahkan, selama ini kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS ini berdiam diri dan tetap seperti warga biasa. Setelah kerusuhan di Mako Brimob, mereka keluar dan bermaksud melakukan amaliah. “Selama ini mereka sleeping sel, senyap, tidak bergerak, tapi menunggu waktu. Begitu Mako Brimob pecah, mereka bergerak,” ucapnya.
Secara umum dia menegaskan, wilayah Sumsel kondisinya aman dan terkendali. Namun, tetap waspada sehingga memang harus siaga dan jangan sampai jebol. Pergerakan teroris susah ditebak dengan menjadi serigala yang berjalan sendiri mencari mangsa. “Sumsel masih ada sel-sel kelompok JAD. Karena kita ketahui ada tahun 2016 ada dua atau tiga orang yang diamankan serta tahun 2017 ada delapan diamankan. Jadi kita tetap siaga,” ujarnya.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengungkapkan, Tim Densus 88 masih memburu delapan orang kelompok JAD Sumsel. Setyo mengatakan, anggota Densus 88 Antiteror Mabes Polri meringkus dua anggota JAD Sumatera Selatan dari target delapan orang.
Diungkapkan Setyo, jaringan JAD Sumsel merencanakan penyerangan ke Markas Polda saat terjadi kerusuhan narapidana teroris di Rumah Tahanan Cabang Salemba Kelapa Dua Depok, Jawa Barat. “Ada delapan orang yang masih diburu di Sumsel, mereka masuk jaringan kelompok JAD,” katanya. (Okezone/M Yamin)
(nfl)