Generasi Muda Miliki 3 Potensi Utama untuk Membangun Desa
A
A
A
JAKARTA - Perkembangan tren dunia makin menuntut tingkat kompetisi yang semakin tinggi. Dalam menghadapi hal tersebut, pemuda dan mahasiswa harus terut meningkatkan kapasitasnya. Tiga potensi utama yang mereka miliki harus dimanfaatkan dengan baik.
"Ingat ini, pemuda memiliki tiga potensi, energik, intelektual, dan inovatif. Kalian asah tiga potensi itu. Setelahnya, jangan lupakan desa, setelah belajar dari universitas anda punya modal yang sangat cukup kembali ke desa, sayangi desa anda dan majukanlah desa anda," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Anwar Sanusi saat memberikan Kuliah Umum bertema “Pemuda Membangun Desa” di Sampoerna University, Jakarta, Jumat (5/11/2018).
Dirinya melanjutkan, saat ini laju penurunan kemiskinan di perdesaan lebih cepat dibanding perkotaan. Dari tahun 2009-2017, perdesaan berhasil menurunkan kemiskinan 3,88%. Sedangkan perkotaan 3,46%. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pada periode Maret 2017-September 2017, jumlah penduduk miskin di perkotaan turun sebanyak 402,28 ribu orang, sementara di perdesaan turun sebanyak 786,95 ribu orang.
“Fakta ini membuat kita semakin optimistis pertumbuhan di perdesaan akan makin pesat. Kalian perlu ikut berperan dalam pembangunan desa, salah satunya melalui kewirausahaan. Saat ini jumlah wirausaha Indonesia hanya 1,65% atau 253,61 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia,” jelasnya.
Dirinya mencontohkan keunggulan desa-desa seperti Ponggok, Pujon dan desa wisata lainnya yang mampu menggerakkan perekonomian di desanya karena kreativitas. Dirinya berharap para pemuda dan mahasiswa juga mampu menonjolkan kreatifitasnya.
"Desa kalau kita kelola dengan baik akan memberikan rahmat anugerah yang luar biasa. Kerja tidak harus pekerjaan formal, punya kantor, seragam, tapi di rumah juga bisa, hanya terikat waktu kerja saja, yang penting output," sambungnya.
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, lanjut Anwar, para pemuda juga perlu memahami empat kunci menghadapi perkembangan tren dunia, yakni sumber daya manusia yang inovatif dan cepat merespon perubahan, daya saing dan promosi produk unggulan, standardisasi produk barang dan jasa, serta iklim investasi yang kondusif.
"Kita memiliki bonus demografi. Penduduk usia produktif Indonesia mencapai 170 juta jiwa. Ada 4,91 juta mahasiswa di 4.314 perguruan tinggi. Jika betul-betul berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga lainnya, saya yakin problematika perdesaan bisa cepat selesai," kata Anwar.
Sementara itu, Rektor Sampoerna University, Wahdi Salasi April Yudhi mengatakan, rata-rata mahasiswa di kampus yang dipimpinnya berasal dari perdesaan. Oleh sebab itu, dirinya berpesan untuk tidak melupakan tentang perdesaan.
"KKN (Kuliah Kerja Nyata) harus ke desa-desa. Apa yang bisa kita kontribusikan keahlian kita di perdesaan sebagai pemuda. Misalnya dari Fakultas Teknik menerapkan teknologi tepat guna seperti mengangkat air dari bawah tanah hingga ke permukaan. Dari fakultas bisnis berkontribusi dalam bidang kewirausahaan ekonomi desa, dari fakuktas pendidikan bagaimana meningkatkan kualitas guru di daerah-daerah," pungkasnya.
"Ingat ini, pemuda memiliki tiga potensi, energik, intelektual, dan inovatif. Kalian asah tiga potensi itu. Setelahnya, jangan lupakan desa, setelah belajar dari universitas anda punya modal yang sangat cukup kembali ke desa, sayangi desa anda dan majukanlah desa anda," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Anwar Sanusi saat memberikan Kuliah Umum bertema “Pemuda Membangun Desa” di Sampoerna University, Jakarta, Jumat (5/11/2018).
Dirinya melanjutkan, saat ini laju penurunan kemiskinan di perdesaan lebih cepat dibanding perkotaan. Dari tahun 2009-2017, perdesaan berhasil menurunkan kemiskinan 3,88%. Sedangkan perkotaan 3,46%. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pada periode Maret 2017-September 2017, jumlah penduduk miskin di perkotaan turun sebanyak 402,28 ribu orang, sementara di perdesaan turun sebanyak 786,95 ribu orang.
“Fakta ini membuat kita semakin optimistis pertumbuhan di perdesaan akan makin pesat. Kalian perlu ikut berperan dalam pembangunan desa, salah satunya melalui kewirausahaan. Saat ini jumlah wirausaha Indonesia hanya 1,65% atau 253,61 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia,” jelasnya.
Dirinya mencontohkan keunggulan desa-desa seperti Ponggok, Pujon dan desa wisata lainnya yang mampu menggerakkan perekonomian di desanya karena kreativitas. Dirinya berharap para pemuda dan mahasiswa juga mampu menonjolkan kreatifitasnya.
"Desa kalau kita kelola dengan baik akan memberikan rahmat anugerah yang luar biasa. Kerja tidak harus pekerjaan formal, punya kantor, seragam, tapi di rumah juga bisa, hanya terikat waktu kerja saja, yang penting output," sambungnya.
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, lanjut Anwar, para pemuda juga perlu memahami empat kunci menghadapi perkembangan tren dunia, yakni sumber daya manusia yang inovatif dan cepat merespon perubahan, daya saing dan promosi produk unggulan, standardisasi produk barang dan jasa, serta iklim investasi yang kondusif.
"Kita memiliki bonus demografi. Penduduk usia produktif Indonesia mencapai 170 juta jiwa. Ada 4,91 juta mahasiswa di 4.314 perguruan tinggi. Jika betul-betul berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga lainnya, saya yakin problematika perdesaan bisa cepat selesai," kata Anwar.
Sementara itu, Rektor Sampoerna University, Wahdi Salasi April Yudhi mengatakan, rata-rata mahasiswa di kampus yang dipimpinnya berasal dari perdesaan. Oleh sebab itu, dirinya berpesan untuk tidak melupakan tentang perdesaan.
"KKN (Kuliah Kerja Nyata) harus ke desa-desa. Apa yang bisa kita kontribusikan keahlian kita di perdesaan sebagai pemuda. Misalnya dari Fakultas Teknik menerapkan teknologi tepat guna seperti mengangkat air dari bawah tanah hingga ke permukaan. Dari fakultas bisnis berkontribusi dalam bidang kewirausahaan ekonomi desa, dari fakuktas pendidikan bagaimana meningkatkan kualitas guru di daerah-daerah," pungkasnya.
(kri)