Jika Rizal Ramli Berdebat dengan Sri Mulyani, Siapa Untung?
A
A
A
JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli menantang Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk melakukan debat terbuka tentang utang negara. Wacana tentang debat publik keduanya pun semakin kencang.
Direktur Eksekutif Emrus Corner, Emrus Sihombong menilai, perdebatan akan menarik jika mereka berdua memakai paradigma yang sama tentang skema utang pemerintah.
Dengan demikian, lanjut dia, publik dapat memberi penilaian, apakah pandangan SM atau pandangan RR yang lebih solutif untuk bangsa dan negara.
Lain halnya, kata Emrus, jika mereka berdua menggunakan paradigma yang berbeda tentang skema utang pemerintah tersebut. "Saya berpendapat pandangan mereka berdua bisa dibenarkan walaupun argumentasi yang mereka berdua bangun berseberangan satu dengan lainnya," kata Emrus dalam siaran persnya kepada SINDOnews, Minggu 29 April 2018.
Dia menegaskan berani mempekirakan jika benar terjadi perdebatan, Rizal dan Sri Mulyani cenderung berangkat dari paradigma yang berbeda tentang skema utang pemerintah.
"Sangat kecil kemungkinan, bahkan kemungkinannya 0 persen, mereka berdua menggunakan paradigma yang sama. Selain itu, saat ini posisi mereka berdua sangat berbeda dalam pemerintahan sekarng. posisi dan kepentingan seorang aktor sosial akan menentukan tindakan komunikasi politiknya," tutur pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan ini.
Menurut dia, jika mereka berdua berangkat dari paradigma yang berbeda,maka perdebatan tidak begitu produktif untuk kepentingan bangsa dan negara.
"Dengan demikian, yang diuntungkan dari perdebatan tersebut, ya mereka berdua, yaitu Sri Mulyani dan Rizal Ramli. Setidaknya mereka berdua semakin populer, yang bisa mereka gunakan menjadi modal komunikasi pemasaran politik untuk menjadi bakal capres atau cawapres pada Pilpres 2019," tuturnya.
Namun jika keduanya enggunakan paradigma yang berbeda, kata dia, sebaiknya berdebatan ini dibatalkan.
Direktur Eksekutif Emrus Corner, Emrus Sihombong menilai, perdebatan akan menarik jika mereka berdua memakai paradigma yang sama tentang skema utang pemerintah.
Dengan demikian, lanjut dia, publik dapat memberi penilaian, apakah pandangan SM atau pandangan RR yang lebih solutif untuk bangsa dan negara.
Lain halnya, kata Emrus, jika mereka berdua menggunakan paradigma yang berbeda tentang skema utang pemerintah tersebut. "Saya berpendapat pandangan mereka berdua bisa dibenarkan walaupun argumentasi yang mereka berdua bangun berseberangan satu dengan lainnya," kata Emrus dalam siaran persnya kepada SINDOnews, Minggu 29 April 2018.
Dia menegaskan berani mempekirakan jika benar terjadi perdebatan, Rizal dan Sri Mulyani cenderung berangkat dari paradigma yang berbeda tentang skema utang pemerintah.
"Sangat kecil kemungkinan, bahkan kemungkinannya 0 persen, mereka berdua menggunakan paradigma yang sama. Selain itu, saat ini posisi mereka berdua sangat berbeda dalam pemerintahan sekarng. posisi dan kepentingan seorang aktor sosial akan menentukan tindakan komunikasi politiknya," tutur pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan ini.
Menurut dia, jika mereka berdua berangkat dari paradigma yang berbeda,maka perdebatan tidak begitu produktif untuk kepentingan bangsa dan negara.
"Dengan demikian, yang diuntungkan dari perdebatan tersebut, ya mereka berdua, yaitu Sri Mulyani dan Rizal Ramli. Setidaknya mereka berdua semakin populer, yang bisa mereka gunakan menjadi modal komunikasi pemasaran politik untuk menjadi bakal capres atau cawapres pada Pilpres 2019," tuturnya.
Namun jika keduanya enggunakan paradigma yang berbeda, kata dia, sebaiknya berdebatan ini dibatalkan.
(dam)