PDIP: Ide, Gagasan dan Cita-cita Kartini Membebaskan
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto menilai ide, cita-cita dan gagasan RA Kartini tentang emansipasi perempuan yang disuarakan dalam keseluruhan alam pikir untuk kemerdekaan kaum perempuan Indonesia, meski disuarakan pada akhir abad 19 selalu relevan hingga sekarang.
“Pemikiran Kartini sebagai awal gerakan emansipasi perempuan Indonesia, telah mendobrak alam pikir feodal, dan merubah pandangan masyarakat Belanda terhadap wanita Pribumi, berkat kumpulan surat menyurat Kartini yang dikumpulkan oleh Menteri Kebudayaan Belanda, JH Abdendanon,” ujarnya melalui rilis yang diterima SINDOnews, Sabtu (21/4/2018).
Menurutnya, pemikiran Kartini meski bersifat progresif, namun disampaikan dalam tata cara yang berkebudayaan. Karena itulah gagasan Kartini tentang emansipasi perempuan dan mimpinya agar perempuan berdaulat di dalam menentukan arah dan perjalanan hidupnya justru dapat ditangkap dengan baik, karena tutur katanya yang berbudi pekerti.
Hasto berpandangan, apa yang disampaikan Kartini tentang mimpi besar terhadap kaum perempuannya, tentang kebudayaan nusantara, tentang kesetaraan warga negara, seharusnya mengilhami para elite bangsa, untuk belajar tentang kearifan sikap, tutur kata yang halus, dan sikap yang memberi keteladanan.
“Saat ini begitu mudah orang mencela pemimpinnya, padahal dirinya sendiri miskin berprestasi. Kecenderungan obral kata yang memecah belah, kasar, menghakimi pihak lain dan menganggap dirinya paling benar, adalah gambaran keprihatinan melunturnya budi pekerti. Kartini pasti menangis melihat perilaku elite yang nihil keteladanan seperti itu,” tuturnya.
Dia menambahkan, kita peringati Hari Kartini dalam kepeloporan Kartini yang mampu membangun harapan perjuangan emansipasi perempuan, dengan gerak kebudayaannya agar bangsanya hadir sebagai bangsa merdeka yang berbudi pekerti.
“Pemikiran Kartini sebagai awal gerakan emansipasi perempuan Indonesia, telah mendobrak alam pikir feodal, dan merubah pandangan masyarakat Belanda terhadap wanita Pribumi, berkat kumpulan surat menyurat Kartini yang dikumpulkan oleh Menteri Kebudayaan Belanda, JH Abdendanon,” ujarnya melalui rilis yang diterima SINDOnews, Sabtu (21/4/2018).
Menurutnya, pemikiran Kartini meski bersifat progresif, namun disampaikan dalam tata cara yang berkebudayaan. Karena itulah gagasan Kartini tentang emansipasi perempuan dan mimpinya agar perempuan berdaulat di dalam menentukan arah dan perjalanan hidupnya justru dapat ditangkap dengan baik, karena tutur katanya yang berbudi pekerti.
Hasto berpandangan, apa yang disampaikan Kartini tentang mimpi besar terhadap kaum perempuannya, tentang kebudayaan nusantara, tentang kesetaraan warga negara, seharusnya mengilhami para elite bangsa, untuk belajar tentang kearifan sikap, tutur kata yang halus, dan sikap yang memberi keteladanan.
“Saat ini begitu mudah orang mencela pemimpinnya, padahal dirinya sendiri miskin berprestasi. Kecenderungan obral kata yang memecah belah, kasar, menghakimi pihak lain dan menganggap dirinya paling benar, adalah gambaran keprihatinan melunturnya budi pekerti. Kartini pasti menangis melihat perilaku elite yang nihil keteladanan seperti itu,” tuturnya.
Dia menambahkan, kita peringati Hari Kartini dalam kepeloporan Kartini yang mampu membangun harapan perjuangan emansipasi perempuan, dengan gerak kebudayaannya agar bangsanya hadir sebagai bangsa merdeka yang berbudi pekerti.
(kri)