Guntur Klaim Perjuangkan KH Saleh Lateng Pahlawan Nasional
A
A
A
JAKARTA - Kader Muda Nahdlatul Ulama, M Guntur Romli akan memperjuangkan Kiai Haji Muhammad Saleh yang lebih dikenal KH Saleh Lateng, salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dari Banyuwangi sebagai Pahlawan Nasional.
Pernyataan ini disampaikan oleh Guntur Romli dalam acara Peringatan Isra' dan Mi'raj di Masjid KH Saleh Lateng, Banyuwangi Jumat 13 April 2018.
"KH Saleh Lateng salah seorang pendiri NU, terlibat dalam perumusan Komite Hijaz tanggal 31 Januari 1926 yang menjadi hari lahir NU, beliau juga ulama pejuang yang melakukan konfrontasi terhadap penjajah, baik secara fisik atau secara budaya," tutur Guntur Romli dalam siaran pers, Sabtu (14/4/2018).
Tokoh asal Situbondo ini mengutip cerita yang pernah disampaikan oleh KHR As'ad Syamsul Arifin, Pahlawan Nasional dari Situbondo terkait perlawan budaya KH Saleh Lateng saat itu.
"KH Saleh Lateng melarang para santri dan umat saat itu memakai celana, jas, dasi, tetap memakai kopyah dan sarung sebagai perlawanan kultural terhadap Pemerintah Kolonial, ini juga diperintahkan oleh Hadlratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari, Rais Akbar NU saat itu." Kata Guntur Romli dalam Masjid yang masih satu komplek dengan Makam KH Saleh Lateng.
"Dalam konfrontasi fisik KH Saleh Lateng juga terlibat dalam perumusan Resolusi Jihad 21-22 Oktober 1945 yang melahirkan Pertempuran 10 November 1945 dan terlibat dalam pertempuran itu," lanjut Guntur Romli.
"Sebagai seorang yang alim dan menguasai kitab-kitab, diceritakan KH Wahid Hasyim yang pada masanya menjadi menteri agama mencari-cari sebuah kitab, yang ternyata dikoleksi oleh KH Saleh Lateng, ini menunjukkan penguasaan beliau atas keilmuan Islam," kata tokoh muda NU yang kini mencalonkan sebagai anggota legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Warisan yang paling nyata dari KH Saleh Lateng adalah Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang berdiri di Masjid ini, pada tanggal 24 April 1934, di tengah Muktamar NU ke-9 tanggal 21-26 April 1934, yang waktu itu bernama ANO, Ansor Nahdlatoel Oelama, pada tanggal 24 bulan ini GP Ansor akan merayakan hari lahir ke 84 tahun." Beber Guntur Romli yang juga aktif di GP Ansor.
"Sudah semestinya Negara ini memberikan penghormatan terhadap KH Saleh Lateng sebagai Pahlawan Nasional, bangsa ini membutuhkan banyak tauladan tokoh dari ulama yang memadukan antara perjuangan keagamaan dengan perjuangan kebangsaan, yang setia dan komitmen pada Islam dan NKRI, di tengah merebaknya paham radikal yang mau membenturkan antara agama dengan bangsa dan negara, bangsa ini bisa melihat "bintang Timur" dari Pulau Jawa ini, KH Saleh Lateng yang menyinari perjuangan agama sekaligus negara" tegas Guntur Romli.
Dalam kesempatan hadir juga Pengurus Takmir Masjid KH Saleh Lateng dan keluarga KH Saleh Lateng, Ustadz Rachman Zainudin yang mendukung pernyataan Mohamad Guntur Romli.
"Tempat ini bersejarah, masjid yang sebelumnya musola tempat Mbah Buyut Kiai Saleh menyebarkan ilmu ini juga menjadi tempat keputusan-keputusan penting NU dan Ansor serta komitmen terhadap perjuangan umat Islam dan bangsa ini lahir" kata Rachman Zainudin.
Setelah acara, bersama Keluarga KH Saleh Lateng, Guntur Romli diajak melihat-lihat bangunan rumah pribadi KH Saleh Lateng dan bangunan pesantrennya yang kondisinya memprihatinkan.
"Ini semua bangunan tua, tahun 1918, ada janji dari mau menjadikan ini sebagai museum, tapi belum terlaksana sampai sekarang," kata Rachman Zainuddin.
Pernyataan ini disampaikan oleh Guntur Romli dalam acara Peringatan Isra' dan Mi'raj di Masjid KH Saleh Lateng, Banyuwangi Jumat 13 April 2018.
"KH Saleh Lateng salah seorang pendiri NU, terlibat dalam perumusan Komite Hijaz tanggal 31 Januari 1926 yang menjadi hari lahir NU, beliau juga ulama pejuang yang melakukan konfrontasi terhadap penjajah, baik secara fisik atau secara budaya," tutur Guntur Romli dalam siaran pers, Sabtu (14/4/2018).
Tokoh asal Situbondo ini mengutip cerita yang pernah disampaikan oleh KHR As'ad Syamsul Arifin, Pahlawan Nasional dari Situbondo terkait perlawan budaya KH Saleh Lateng saat itu.
"KH Saleh Lateng melarang para santri dan umat saat itu memakai celana, jas, dasi, tetap memakai kopyah dan sarung sebagai perlawanan kultural terhadap Pemerintah Kolonial, ini juga diperintahkan oleh Hadlratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari, Rais Akbar NU saat itu." Kata Guntur Romli dalam Masjid yang masih satu komplek dengan Makam KH Saleh Lateng.
"Dalam konfrontasi fisik KH Saleh Lateng juga terlibat dalam perumusan Resolusi Jihad 21-22 Oktober 1945 yang melahirkan Pertempuran 10 November 1945 dan terlibat dalam pertempuran itu," lanjut Guntur Romli.
"Sebagai seorang yang alim dan menguasai kitab-kitab, diceritakan KH Wahid Hasyim yang pada masanya menjadi menteri agama mencari-cari sebuah kitab, yang ternyata dikoleksi oleh KH Saleh Lateng, ini menunjukkan penguasaan beliau atas keilmuan Islam," kata tokoh muda NU yang kini mencalonkan sebagai anggota legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Warisan yang paling nyata dari KH Saleh Lateng adalah Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang berdiri di Masjid ini, pada tanggal 24 April 1934, di tengah Muktamar NU ke-9 tanggal 21-26 April 1934, yang waktu itu bernama ANO, Ansor Nahdlatoel Oelama, pada tanggal 24 bulan ini GP Ansor akan merayakan hari lahir ke 84 tahun." Beber Guntur Romli yang juga aktif di GP Ansor.
"Sudah semestinya Negara ini memberikan penghormatan terhadap KH Saleh Lateng sebagai Pahlawan Nasional, bangsa ini membutuhkan banyak tauladan tokoh dari ulama yang memadukan antara perjuangan keagamaan dengan perjuangan kebangsaan, yang setia dan komitmen pada Islam dan NKRI, di tengah merebaknya paham radikal yang mau membenturkan antara agama dengan bangsa dan negara, bangsa ini bisa melihat "bintang Timur" dari Pulau Jawa ini, KH Saleh Lateng yang menyinari perjuangan agama sekaligus negara" tegas Guntur Romli.
Dalam kesempatan hadir juga Pengurus Takmir Masjid KH Saleh Lateng dan keluarga KH Saleh Lateng, Ustadz Rachman Zainudin yang mendukung pernyataan Mohamad Guntur Romli.
"Tempat ini bersejarah, masjid yang sebelumnya musola tempat Mbah Buyut Kiai Saleh menyebarkan ilmu ini juga menjadi tempat keputusan-keputusan penting NU dan Ansor serta komitmen terhadap perjuangan umat Islam dan bangsa ini lahir" kata Rachman Zainudin.
Setelah acara, bersama Keluarga KH Saleh Lateng, Guntur Romli diajak melihat-lihat bangunan rumah pribadi KH Saleh Lateng dan bangunan pesantrennya yang kondisinya memprihatinkan.
"Ini semua bangunan tua, tahun 1918, ada janji dari mau menjadikan ini sebagai museum, tapi belum terlaksana sampai sekarang," kata Rachman Zainuddin.
(maf)