Tak Punya Tiket, 26 Jamaah Haji Umrah Asal Jakarta Tertahan di Jeddah
A
A
A
JEDDAH - Cerita jamaah umrah terlantar kembali terulang. Kali ini menimpa jamaah umrah asal DKI Jakarta. Menurut keterangan Kantor Urusan Haji (KUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), jamaah umrah ini sebenarnya mengalami masalah keberangkatan dari Jakarta.
Mereka beberapa kali mengalami ketidaksesuaian agenda pemberangkatan, tapi tetap melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci karena tekad ibadah dan masih mempercayai itikad baik yang masih terlihat di Tanah Air. Rombongan jamaah yang berjumlah 26 orang ini berangkat dengan perusahaan travel PT HLW.
Berdasarkan keterangan Hendra (41), salah satu jamaah umrah rombongan tersebut seharusnya mereka diberangkatkan pada 29 Maret. Namun mengalami beberapa kali masalah pemberangkatan sehingga beberapa kali tertunda.
“Awalnya kami dijanjikan berangkat pada tanggal 29 Maret, tapi diundur tanggal 31 Maret. Namun gagal berangkat lantaran permasalahan check-in di Terminal 2F Bandara Internasional Soekarno Hatta. Kemudian kami diinapkan di Hotel Bengawan selama dua malam. Lalu mencoba berangkat ke airport kembali tapi gagal karena tidak mendapat kode booking (tiket). Akhirnya menginap di Hotel Eliya Bandara satu malam tanpa fasilitas makan,” cerita Hendra seperti dikutip dari laman Kantor Urusan Haji, Jumat (13/4/2018).
Akhirnya PT HLW memberangkatkan jamaahnya tanggal 4 April dengan menggunakan maskapai Saudi Airlines dengan tujuan Madinah, Arab Saudi. Namun perusahaan travel tersebut masih mengenakan tambahan biaya pada saat pemberangkatan.
Besaran biaya tambahan beragam dengan rincian 22 orang dikenakan Rp3 juta dan 4 orang lainnya Rp7,5 juta. “Kami diberangkatkan tanggal 4 April 2018 dengan menambah dana Rp3 juta per orang untuk 22 jamaah, dan Rp7,5 juta per orang untuk 4 jamaah lainnya. Berangkat dengan Saudi Airlines tujuan Madinah,” sebut Hendra.
Setelah sampai di Kota Suci, Hendra mengaku bersyukur karena ibadah umrahnya telah tertunaikan, perjalanan lancar, dan handling-nya bagus. Hanya masalah kembali datang saat jadwal kembali ke Indonesia, ternyata tiket pulang (return) tidak ada. Agenda perjalanan sementara sampai di Jeddah dan akhirnya mereka menginap di apartemen setempat sejak tanggal 11 hingga hari ini (13/4/2018).
“Tidak ada tiket pulang ke Jakarta dan menginap di apartemen ini sejak tanggal 11 April,” kata Hendra mengisahkan perjalanan umrahnya.
Staf Teknis Haji (STH) 1, Ahmad Dumyathi Bashori beserta tim penanganan kasus umrah menyempatkan hadir mengunjungi jamaah umrah kurang beruntung itu di tempat transit sementaranya. Bersama tim, Ahmad Dumyathi memastikan jamaah dalam kondisi baik dan memberikan arahan bahwa penting untuk memastikan perusahaan travel yang akan digunakan berizin resmi.
“Ke depan yang perlu dipastikan adalah travelnya itu punya izin atau tidak. Kalau tidak punya izin kesulitan itu akan ada. Mau referensinya dari siapa kita harus tau travel itu punya izin atau tidak. Kalau tidak punya izin tidak punya kekuatan hukum. Maka pada akhirnya, pemerintah itu akan memastikan siapa yang memberangkatkan, travel apa, dia punya izin atau tidak, kalau tidak punya izin tidak ada jeratan yang pasti,” papar STH 1 KUH KJRI yang biasa disebut Konsul Haji di wilayah Arab Saudi.
Pada kesempatan yang sama, Konsul Haji juga menyampaikan upaya yang bisa dilakukan oleh timnya dan pihak pemerintah guna menyelesaikan kasus tersebut.
“Maka yang bisa kami lakukan sekarang adalah kita kejar provider visanya, karena provider visanya itu punya jaminan keuangan di kementerian agama. Di sinipun dengan pihak di wilayah Saudi yang akan dikonfirmasi adalah pihak provider visanya juga. Karena provider visa di sini yang punya jaminan keuangan dua juta riyal di Kementerian Haji Kerajaan Arab Saudi."
"Yang itu bisa diambil ketika ia dilaporkan tidak memulangkan jamaahnya. Karena ketika jamaah datang ke sini harus dipastikan aman, aman akomodasinya aman transportasinya, aman kateringnya. Kalau tiga hal ini tidak aman, maka akan diberikan sanksi oleh kementerian haji,” tutur Konsul Haji kepada jemaah tersebut.
Mereka beberapa kali mengalami ketidaksesuaian agenda pemberangkatan, tapi tetap melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci karena tekad ibadah dan masih mempercayai itikad baik yang masih terlihat di Tanah Air. Rombongan jamaah yang berjumlah 26 orang ini berangkat dengan perusahaan travel PT HLW.
Berdasarkan keterangan Hendra (41), salah satu jamaah umrah rombongan tersebut seharusnya mereka diberangkatkan pada 29 Maret. Namun mengalami beberapa kali masalah pemberangkatan sehingga beberapa kali tertunda.
“Awalnya kami dijanjikan berangkat pada tanggal 29 Maret, tapi diundur tanggal 31 Maret. Namun gagal berangkat lantaran permasalahan check-in di Terminal 2F Bandara Internasional Soekarno Hatta. Kemudian kami diinapkan di Hotel Bengawan selama dua malam. Lalu mencoba berangkat ke airport kembali tapi gagal karena tidak mendapat kode booking (tiket). Akhirnya menginap di Hotel Eliya Bandara satu malam tanpa fasilitas makan,” cerita Hendra seperti dikutip dari laman Kantor Urusan Haji, Jumat (13/4/2018).
Akhirnya PT HLW memberangkatkan jamaahnya tanggal 4 April dengan menggunakan maskapai Saudi Airlines dengan tujuan Madinah, Arab Saudi. Namun perusahaan travel tersebut masih mengenakan tambahan biaya pada saat pemberangkatan.
Besaran biaya tambahan beragam dengan rincian 22 orang dikenakan Rp3 juta dan 4 orang lainnya Rp7,5 juta. “Kami diberangkatkan tanggal 4 April 2018 dengan menambah dana Rp3 juta per orang untuk 22 jamaah, dan Rp7,5 juta per orang untuk 4 jamaah lainnya. Berangkat dengan Saudi Airlines tujuan Madinah,” sebut Hendra.
Setelah sampai di Kota Suci, Hendra mengaku bersyukur karena ibadah umrahnya telah tertunaikan, perjalanan lancar, dan handling-nya bagus. Hanya masalah kembali datang saat jadwal kembali ke Indonesia, ternyata tiket pulang (return) tidak ada. Agenda perjalanan sementara sampai di Jeddah dan akhirnya mereka menginap di apartemen setempat sejak tanggal 11 hingga hari ini (13/4/2018).
“Tidak ada tiket pulang ke Jakarta dan menginap di apartemen ini sejak tanggal 11 April,” kata Hendra mengisahkan perjalanan umrahnya.
Staf Teknis Haji (STH) 1, Ahmad Dumyathi Bashori beserta tim penanganan kasus umrah menyempatkan hadir mengunjungi jamaah umrah kurang beruntung itu di tempat transit sementaranya. Bersama tim, Ahmad Dumyathi memastikan jamaah dalam kondisi baik dan memberikan arahan bahwa penting untuk memastikan perusahaan travel yang akan digunakan berizin resmi.
“Ke depan yang perlu dipastikan adalah travelnya itu punya izin atau tidak. Kalau tidak punya izin kesulitan itu akan ada. Mau referensinya dari siapa kita harus tau travel itu punya izin atau tidak. Kalau tidak punya izin tidak punya kekuatan hukum. Maka pada akhirnya, pemerintah itu akan memastikan siapa yang memberangkatkan, travel apa, dia punya izin atau tidak, kalau tidak punya izin tidak ada jeratan yang pasti,” papar STH 1 KUH KJRI yang biasa disebut Konsul Haji di wilayah Arab Saudi.
Pada kesempatan yang sama, Konsul Haji juga menyampaikan upaya yang bisa dilakukan oleh timnya dan pihak pemerintah guna menyelesaikan kasus tersebut.
“Maka yang bisa kami lakukan sekarang adalah kita kejar provider visanya, karena provider visanya itu punya jaminan keuangan di kementerian agama. Di sinipun dengan pihak di wilayah Saudi yang akan dikonfirmasi adalah pihak provider visanya juga. Karena provider visa di sini yang punya jaminan keuangan dua juta riyal di Kementerian Haji Kerajaan Arab Saudi."
"Yang itu bisa diambil ketika ia dilaporkan tidak memulangkan jamaahnya. Karena ketika jamaah datang ke sini harus dipastikan aman, aman akomodasinya aman transportasinya, aman kateringnya. Kalau tiga hal ini tidak aman, maka akan diberikan sanksi oleh kementerian haji,” tutur Konsul Haji kepada jemaah tersebut.
(kri)