Kepala BNPT Ungkap Tiga Kunci Penanggulangan Terorisme
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius menegaskan ada tiga elemen kunci keberhasilan penangggulangan terorisme di Indonesia.
Ketiga elemen yang dimaksud, yakni penguatan Pancasila, sinergi seluruh elemen bangsa, dan penguatan nilai-nilai kearifan lokal.
Menurut dia, bila ketiga elemen itu berjalan baik maka penanggulangan terorisme akan lebih efektif dan efisien.
Hal itu ditegaskan Suhardi saat memimpin saat memimpin Apel Kebangsaan bertema Menjadi Indonesia di halaman Rektorat IAIN Bengkulu, Rabu 11 April 2018, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.
Menurut dia, langkah-langkah strategis itu terus dioptimalkan BNPT, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi saat ini. BNPT ditegaskannya tidak bisa sendirian melakukan penanggulangan terorisme.
“Kami butuh keterlibatan semua pihak. Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di setiap daerah inilah yang menjadi penyambung sinergitas dengan daerah-daerah untuk bersama-sama memberantas paham radikal dan terorisme di seluruh pelosok negeri,” kata Suhardi.
Selain itu, kata dia, penguatan nilai-nilai lokal juga harus digalakkan dalam menghadapi ancaman ideologi transnasional.
Menurut dia, kearifan lokal memiliki kekuatan pada tokoh agama dan tokoh adat. Karena itu, sambung dia, pemerintah sangat mengapresiasi semua elemen bangsa yang turut serta dalam keterlibatanya untuk menanggulangi paham radikal dan terorisme.
Dia mengungkapkan, kelompok radikal terorisme selalu membuat kekacauan. Mereka bekerja secara statis, terus menerus dan menggunakan berbagai cara untuk merekrut anak-anak muda bergabung menjadi kelompoknya.
"Ini yang harus kita cegah agar generasi muda kita tidak terpapar paham radikal terorisme. Keterlibatan tokoh adat dan ulama sangat penting untuk membentengi generasi muda ini,” tandas mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
Dia mengapresiasi kegiatan workshop video pendek bersama pelajar dan generasi muda yang digelar FKPT Bengkulu.
Menurut dia, kegiatan ini menjadi terobosan yang baik, karena kelompok radikal teroris juga menggunakan media sosial dan media visual untuk menyebarkan propaganda.
Bahkan, kata Suhardi, Presiden Joko Widodo sangat mengapresiasi kinerja BNPT yang mampu menggerakkan anak-anak muda untuk turut serta melawan paham radikal terorisme melalui duta damai dunia maya dan lomba video pendek ini.
Apalagi, sambung dia, video-video itu nantinya akan diputar di XXI beberapa daerah dan kota. "Lomba video pendek merupakan bagian soft aproach (pendekatan lunak). Kita memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat bahwa betapa radikalisme sangat berbahaya dan dapat menjangkiti siapa saja," ungkap Suhardi.
Selain memimpin Apel Kebangsaan, Kepala BNPT juga memberikan memberikan kuliah umum di hadapan 800 mahasiswa/mahasiswi IAIN Bengkulu.
Suhardi mengajak generasi muda sebagai penerus bangsa untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global.
Dia menambahkan, generasi muda harus terus menggali ilmu agar bisa menjadi manusia unggul sehingga bisa diandalkan dalam membangun dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Persaingan global semakin sengit, kalian harus mempunyai keunggulan. Selain mendapatkan keilmuan umum, kalian juga harus belajar agama, sehingga nantinya dapat diaplikasikan secara baik untuk kemaslahatan masyarakat dan perdamaian,” tuturnya.
Ketiga elemen yang dimaksud, yakni penguatan Pancasila, sinergi seluruh elemen bangsa, dan penguatan nilai-nilai kearifan lokal.
Menurut dia, bila ketiga elemen itu berjalan baik maka penanggulangan terorisme akan lebih efektif dan efisien.
Hal itu ditegaskan Suhardi saat memimpin saat memimpin Apel Kebangsaan bertema Menjadi Indonesia di halaman Rektorat IAIN Bengkulu, Rabu 11 April 2018, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.
Menurut dia, langkah-langkah strategis itu terus dioptimalkan BNPT, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi saat ini. BNPT ditegaskannya tidak bisa sendirian melakukan penanggulangan terorisme.
“Kami butuh keterlibatan semua pihak. Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di setiap daerah inilah yang menjadi penyambung sinergitas dengan daerah-daerah untuk bersama-sama memberantas paham radikal dan terorisme di seluruh pelosok negeri,” kata Suhardi.
Selain itu, kata dia, penguatan nilai-nilai lokal juga harus digalakkan dalam menghadapi ancaman ideologi transnasional.
Menurut dia, kearifan lokal memiliki kekuatan pada tokoh agama dan tokoh adat. Karena itu, sambung dia, pemerintah sangat mengapresiasi semua elemen bangsa yang turut serta dalam keterlibatanya untuk menanggulangi paham radikal dan terorisme.
Dia mengungkapkan, kelompok radikal terorisme selalu membuat kekacauan. Mereka bekerja secara statis, terus menerus dan menggunakan berbagai cara untuk merekrut anak-anak muda bergabung menjadi kelompoknya.
"Ini yang harus kita cegah agar generasi muda kita tidak terpapar paham radikal terorisme. Keterlibatan tokoh adat dan ulama sangat penting untuk membentengi generasi muda ini,” tandas mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
Dia mengapresiasi kegiatan workshop video pendek bersama pelajar dan generasi muda yang digelar FKPT Bengkulu.
Menurut dia, kegiatan ini menjadi terobosan yang baik, karena kelompok radikal teroris juga menggunakan media sosial dan media visual untuk menyebarkan propaganda.
Bahkan, kata Suhardi, Presiden Joko Widodo sangat mengapresiasi kinerja BNPT yang mampu menggerakkan anak-anak muda untuk turut serta melawan paham radikal terorisme melalui duta damai dunia maya dan lomba video pendek ini.
Apalagi, sambung dia, video-video itu nantinya akan diputar di XXI beberapa daerah dan kota. "Lomba video pendek merupakan bagian soft aproach (pendekatan lunak). Kita memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat bahwa betapa radikalisme sangat berbahaya dan dapat menjangkiti siapa saja," ungkap Suhardi.
Selain memimpin Apel Kebangsaan, Kepala BNPT juga memberikan memberikan kuliah umum di hadapan 800 mahasiswa/mahasiswi IAIN Bengkulu.
Suhardi mengajak generasi muda sebagai penerus bangsa untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global.
Dia menambahkan, generasi muda harus terus menggali ilmu agar bisa menjadi manusia unggul sehingga bisa diandalkan dalam membangun dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Persaingan global semakin sengit, kalian harus mempunyai keunggulan. Selain mendapatkan keilmuan umum, kalian juga harus belajar agama, sehingga nantinya dapat diaplikasikan secara baik untuk kemaslahatan masyarakat dan perdamaian,” tuturnya.
(dam)