Ingin Lindungi Karya Seni, Menko PMK Kunjungi Google Cultural Institute
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani bertekad melindungi hak cipta karya seni dan warisan budaya di Indonesia.
Salah satu cara yang ditempuh adalah melakukan kerja sama kebudayaan Indonesia dengan Google Cultural Institute.
Puan meninjau langsung kerja sama tersebut di Google Cultural Institute, Paris, Prancis, Senin 9 April 2018 didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Deputi Bidang Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Deputi Wakil Tetap Indonesia di Paris untuk UNESCO, dan Atdikbud RI di Paris.
Kunjungan itu merupakan bagian dari kunjungan kerja Menko PMK selaku Ketua Delegasi Indonesia pada rangkaian sidang Dewan Eksekutif Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB/UNESCO ke-204.
Dalam kunjungannya, Menko PMK mengapresiasi upaya Google Cultural Institute melakukan pengarsipan digital atas karya seni dan warisan budaya dari seluruh dunia. Puan berpesan mengenai perlunya perlindungan hak cipta dari karya-karya seni tersebut.
"Kita memerlukan program afirmasi percepatan penerbitan hak cipta karya seni dan budaya di Indonesia agar karya seni dari Indonesia yang telah diunggah menjadi konten publik di Google Cultural Institute dapat terlindungi hak ciptanya secara baik,” kata Menko PMK.
Kerja sama ini, lanjut Menko PMK, bukan hanya melindungi karya seni dan sastra serta artefak kekayaan budaya Indonesia, tetapi sekaligus mempromosikannya kepada dunia.
"Sehingga bagi generasi muda dan pelajar dapat belajar filosofi dari karya seni dan kebudayaan tersebut. Termasuk misalnya Indonesia dengan keragaman tari daerah, bisa didokumenasikan dengan baik," kata Menko PMK.
Direktur Google Cultural Institute, Laurent Gaveau, dan Manajer Kebijakan Google Cultural Institute, Claire Marie Foulquire, menyambut kunjungan Menko PMK dan rombongan.
Google Cultural Institute telah memiliki lebih dari 300 partner kerja di 44 Negara, termasuk Indonesia, dan telah memublikasikan arsip digital sejarah relief dan stupa yang menghiasi arsitektur Borobudur dan menjadi salah satu warisan budaya dunia UNESCO dari Indonesia.
Indonesia juga dikatakan berkontribusi memperkaya Google Art and Culture melalui residensi seniman dari dalam negeri dan kontribusi beberapa ahli IT Indonesia di Google Institute.
Berdasarkan hasil kajian Google Cultural Institute yang berdiri pada 2011, karya seni dan warisan budaya yang kontennya diunggah di Google Cultural Institute semakin diminati publik serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke lokasi warisan budaya tersebut.
Kajian itu sesuai dengan visi dan misi Google Cultural Institute untuk menciptakan arsip digital dengan resolusi tinggi atas karya seni dan warisan budaya seluruh dunia yang dapat diakses publik secara luas.
Salah satu cara yang ditempuh adalah melakukan kerja sama kebudayaan Indonesia dengan Google Cultural Institute.
Puan meninjau langsung kerja sama tersebut di Google Cultural Institute, Paris, Prancis, Senin 9 April 2018 didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Deputi Bidang Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Deputi Wakil Tetap Indonesia di Paris untuk UNESCO, dan Atdikbud RI di Paris.
Kunjungan itu merupakan bagian dari kunjungan kerja Menko PMK selaku Ketua Delegasi Indonesia pada rangkaian sidang Dewan Eksekutif Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB/UNESCO ke-204.
Dalam kunjungannya, Menko PMK mengapresiasi upaya Google Cultural Institute melakukan pengarsipan digital atas karya seni dan warisan budaya dari seluruh dunia. Puan berpesan mengenai perlunya perlindungan hak cipta dari karya-karya seni tersebut.
"Kita memerlukan program afirmasi percepatan penerbitan hak cipta karya seni dan budaya di Indonesia agar karya seni dari Indonesia yang telah diunggah menjadi konten publik di Google Cultural Institute dapat terlindungi hak ciptanya secara baik,” kata Menko PMK.
Kerja sama ini, lanjut Menko PMK, bukan hanya melindungi karya seni dan sastra serta artefak kekayaan budaya Indonesia, tetapi sekaligus mempromosikannya kepada dunia.
"Sehingga bagi generasi muda dan pelajar dapat belajar filosofi dari karya seni dan kebudayaan tersebut. Termasuk misalnya Indonesia dengan keragaman tari daerah, bisa didokumenasikan dengan baik," kata Menko PMK.
Direktur Google Cultural Institute, Laurent Gaveau, dan Manajer Kebijakan Google Cultural Institute, Claire Marie Foulquire, menyambut kunjungan Menko PMK dan rombongan.
Google Cultural Institute telah memiliki lebih dari 300 partner kerja di 44 Negara, termasuk Indonesia, dan telah memublikasikan arsip digital sejarah relief dan stupa yang menghiasi arsitektur Borobudur dan menjadi salah satu warisan budaya dunia UNESCO dari Indonesia.
Indonesia juga dikatakan berkontribusi memperkaya Google Art and Culture melalui residensi seniman dari dalam negeri dan kontribusi beberapa ahli IT Indonesia di Google Institute.
Berdasarkan hasil kajian Google Cultural Institute yang berdiri pada 2011, karya seni dan warisan budaya yang kontennya diunggah di Google Cultural Institute semakin diminati publik serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke lokasi warisan budaya tersebut.
Kajian itu sesuai dengan visi dan misi Google Cultural Institute untuk menciptakan arsip digital dengan resolusi tinggi atas karya seni dan warisan budaya seluruh dunia yang dapat diakses publik secara luas.
(dam)