Sekjen PAN Tak Sepakat dengan Cara Kerja Menteri Rini
A
A
A
JAKARTA - Langkah Menteri BUMN Rini Suwandi mengganti Drektur Utama PT Waskita Karya (WK) Tbk dengan alasan untuk menyelamatkan proyek-proyek infrastruktur dianggap belum tepat.
Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno melihat persoalan di tubuh Waskita Karya bukan sepenuhnya karena kesalahan direksi lama, tetapi karena orientasi PT Waskita Karya berubah mengikuti arahan pemegang saham.
"Tapi jangan Dirutnya dong dicopot. Kementerian BUMN juga harus tanggung jawab. Waskita beralih peran dari perusahaan konstruksi menjadi operator tol karena arahan pemegang saham", kata Eddy Soeparno dalam siaran pers, Senin (9/4/2018).
"Karena terlalu sibuk membangun dan mengakuisi jalan tol, kompetensi WK di bidang konstruksi justru di nomor duakan. Alhasil banyak terjadi kecelakaan proyek," sambung Eddy.
Menurut Eddy, tetapi yang tidak kurang mengkhawatirkan adalah beban hutang WK yang menggunung akibat investasi besar-besaran di jalan tol. Perusahaan yang sebelumnya sehat, sekarang jadi sesak nafas karena terbebani hutang.
Rini Suwandi mengumumkan penggantian Direktir Utama PT Waskita Karya Tbk M Choliq dan digantikan oleh I Gusti Ngurah Putra yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero).
Rini menempatkan mantan Direktur Hutama Karya Tbk menempati posisi Direktur Utama PT Waskita Karya dengan dalih selama ini Hutama Karya berhasil menjalankan proyek infrastruktur tanpa banyak kecelakaan.
"Jadi kita mau betul-betul menjaga supaya konstruksi-konstruksi Waskita itu betul-betul selamat dan menjaga secara penuh dan bisa diselesaikan dengan tepat waktu, itu yang utama," ujar Rini kepada Media.
Dari total 12 kecelakaan kerja proyek infrastruktur yang terjadi akhir-akhir ini, lima di antaranya adalah proyek yang dihandle oleh PT Waskita Karya.
Tiga dari kasus kecelakaan tersebut merupakan proyek milik Kementerian PUPR yakni Tol Pemalang-Batang, Tol Pasuruan-Probolinggo dan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi. Kecelakaan lain yakni pada pembangunan LRT di Palembang, Tol Paspro (Pasuruan Probolinggo), Tol Jakarta-Cikampek.
Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno melihat persoalan di tubuh Waskita Karya bukan sepenuhnya karena kesalahan direksi lama, tetapi karena orientasi PT Waskita Karya berubah mengikuti arahan pemegang saham.
"Tapi jangan Dirutnya dong dicopot. Kementerian BUMN juga harus tanggung jawab. Waskita beralih peran dari perusahaan konstruksi menjadi operator tol karena arahan pemegang saham", kata Eddy Soeparno dalam siaran pers, Senin (9/4/2018).
"Karena terlalu sibuk membangun dan mengakuisi jalan tol, kompetensi WK di bidang konstruksi justru di nomor duakan. Alhasil banyak terjadi kecelakaan proyek," sambung Eddy.
Menurut Eddy, tetapi yang tidak kurang mengkhawatirkan adalah beban hutang WK yang menggunung akibat investasi besar-besaran di jalan tol. Perusahaan yang sebelumnya sehat, sekarang jadi sesak nafas karena terbebani hutang.
Rini Suwandi mengumumkan penggantian Direktir Utama PT Waskita Karya Tbk M Choliq dan digantikan oleh I Gusti Ngurah Putra yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero).
Rini menempatkan mantan Direktur Hutama Karya Tbk menempati posisi Direktur Utama PT Waskita Karya dengan dalih selama ini Hutama Karya berhasil menjalankan proyek infrastruktur tanpa banyak kecelakaan.
"Jadi kita mau betul-betul menjaga supaya konstruksi-konstruksi Waskita itu betul-betul selamat dan menjaga secara penuh dan bisa diselesaikan dengan tepat waktu, itu yang utama," ujar Rini kepada Media.
Dari total 12 kecelakaan kerja proyek infrastruktur yang terjadi akhir-akhir ini, lima di antaranya adalah proyek yang dihandle oleh PT Waskita Karya.
Tiga dari kasus kecelakaan tersebut merupakan proyek milik Kementerian PUPR yakni Tol Pemalang-Batang, Tol Pasuruan-Probolinggo dan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi. Kecelakaan lain yakni pada pembangunan LRT di Palembang, Tol Paspro (Pasuruan Probolinggo), Tol Jakarta-Cikampek.
(maf)