Polemik Penunjukan Mekeng, GMPG Pertanyakan Jargon Golkar Bersih
A
A
A
JAKARTA - Pergantian Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) DPR RI dari Robert J Kardinal kepada Melchias Marcus Mekeng memantik polemik di tubuh partai berlambang pohon beringin.
Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) menilai, pergantian tersebut menimbulkan spekulasi adanya upaya Ketua Umun Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam melindungi Mekeng dari kasus mega skandal korupsi e-KTP.
"Ini dapat merusak citra Partai Golkar kembali," tegas Inisiator GMPG Sirajudin Abdul Wahab dalam keterangan tertulis, Senin (12/3/2018).
Menurut dia, pergantian tersebut merupakan murni keinginan Airlangga, karena terkesan mendadak dan tanpa melalui mekanisme dan prosedur rapat internal DPP Partai Golkar sebagaimana diatur dalam peraturan organisasi.
"Hal itu juga menunjukkan bahwa kepemimpinan Golkar di bawah Airlangga sama sekali tidak mencerminkan adanya perubahan dalam tata kelola organisasi menjadi lebih baik dan sehat," papar Sirajudin.
Ia melihat, Airlangga masih melestarikan budaya pendekatan kekuasaan oligarkis dalam membangun partai dengan hanya menempatkan orang-orang dekatnya saja pada jabatan-jabatan strategis. Lebih jauh lagi, Sirajudin melihat, bahwa pergantian itu juga menambah keyakinan publik bahwa Airlangga tidak konsisten dan telah keluar dari janjinya membangun Golkar Bersih, sebagaimana yang dia janjikan pada kampanye Munaslub Partai Golkar.
"Mungkin karena keinginan Airlangga untuk menempatkan Mekeng itulah yang menyebabkan kata Golkar Bersih dihilangkan dalam slogan Partai Golkar saat ini," tandasnya.
Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) menilai, pergantian tersebut menimbulkan spekulasi adanya upaya Ketua Umun Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam melindungi Mekeng dari kasus mega skandal korupsi e-KTP.
"Ini dapat merusak citra Partai Golkar kembali," tegas Inisiator GMPG Sirajudin Abdul Wahab dalam keterangan tertulis, Senin (12/3/2018).
Menurut dia, pergantian tersebut merupakan murni keinginan Airlangga, karena terkesan mendadak dan tanpa melalui mekanisme dan prosedur rapat internal DPP Partai Golkar sebagaimana diatur dalam peraturan organisasi.
"Hal itu juga menunjukkan bahwa kepemimpinan Golkar di bawah Airlangga sama sekali tidak mencerminkan adanya perubahan dalam tata kelola organisasi menjadi lebih baik dan sehat," papar Sirajudin.
Ia melihat, Airlangga masih melestarikan budaya pendekatan kekuasaan oligarkis dalam membangun partai dengan hanya menempatkan orang-orang dekatnya saja pada jabatan-jabatan strategis. Lebih jauh lagi, Sirajudin melihat, bahwa pergantian itu juga menambah keyakinan publik bahwa Airlangga tidak konsisten dan telah keluar dari janjinya membangun Golkar Bersih, sebagaimana yang dia janjikan pada kampanye Munaslub Partai Golkar.
"Mungkin karena keinginan Airlangga untuk menempatkan Mekeng itulah yang menyebabkan kata Golkar Bersih dihilangkan dalam slogan Partai Golkar saat ini," tandasnya.
(kri)