Wantimpres Ajak Ulama dan Ponpes Bangkitkan Nilai-nilai Pancasila

Jum'at, 02 Maret 2018 - 12:03 WIB
Wantimpres Ajak Ulama dan Ponpes Bangkitkan Nilai-nilai Pancasila
Wantimpres Ajak Ulama dan Ponpes Bangkitkan Nilai-nilai Pancasila
A A A
JAKARTA - Belakangan ini banyak bermunculan konten negatif (ujaran kebencian dan hoax) yang disebarkan melalui media sosial, seperti facebook, twitter, instagram, hingga group-group WhatsApp.

Hal ini dapat menimbulkan keresahan di masyarakat yang berdampak pada kerukunan umat beragama. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sidarto Danusubroto berpandangan, peran para ulama dan pondok pesantren (ponpes) masih diperlukan.

"Terutama dalam membangun manusia religius yang memiliki spiritualitas, maju, rasional, meritokrasi, demokratis, toleran, bisa menerima perbedaan, dan berkepribadian Indonesia," kata Sidarto di acara Haul Al-Maghfurlah KHR Zamruddin di Pondok Pesantren Al-Falahiyyah, Sleman, Yogyakarta, Rabu 28 Februari 2018.

Karena menurut Sidarto, selain memberikan kekuatan yang menjadi perekat bangsa, juga merefleksikan wajah Islam yang membangun peradaban berazaskan rahmatan lil alamin yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

"Fakta sejarah di Indonesia menunjukkan, selama ini Islam mampu menyatu dengan kearifan lokal tanpa harus mengakibatkan gesekan. Inilah wajah Islam Indonesia yang tumbuh sejak berabad-abad silam, yaitu wajah yang terbuka, toleran, dan sadar akan kemajemukan. Di atas fondasi inilah semestinya dakwah Islam berpijak,” ucapnya.

Sidarto mengatakan, dalam realitas masyarakat yang bercorak multikultural, perihal cara berdakwah ini, Rasulullah telah memberikan tauladan dengan apa yang dalam sejarah Islam disebut sebagai Piagam Madinah.

Kata dia, masa itu masyarakat Madinah terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Dengan piagam itu Rasul berhasil menyatukan masyarakat Madinah yang majemuk. Patut disadari, bahwa akar dari nasionalisme di Indonesia adalah tumbuh dari agama.

"Di negara Barat maju, bukan saja dalam teknologi dan industri, tetapi juga dalam kemanusiaan, mereka memiliki program-program sosial negara kesejahteraan, bagaimana memuliakan semua yang hidup dan menjaga keseimbangan semesta," ujarnya.

Dikatakan Sidarto, Pancasila sebagai nilai yang hidup dan tumbuh (living values) masyarakat Indonesia, ternyata dalam kehidupan sehari-hari masih belum optimal, termasuk dalam kehidupan bernegara saat ini.

"Kita melihat adanya defisit nilai Pancasila yang tercermin dalam hampir setiap aspek politik, hukum, ketatanegaraan, hingga kesejahteraan rakyat. Ini yang sangat perlu kita bangkitkan kembali," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7800 seconds (0.1#10.140)