Merebut Hati Tak Sekadar Menebar Janji
A
A
A
PEDAGANG batu galian itu meraih ambisinya menjadi bupati pada 2008 silam. Kini, setelah mahkota bupati disandang dua periode, ia kepingin naik kelas menjadi gubernur. Dia adalah Wari, nama lengkapnya Saifudin Aswari Rivai. Kini, Bupati Lahat itu menjadi calon Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) dengan nomor urut 2. Ia berpasangan dengan M. Irwansyah, yang saat ini menjabat Wali Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.
Kisah sukses Wari lumayan berliku. Awalnya, ia maju sebagai calon bupati lantaran jengkel dengan pemimpin sebelumnya yang dianggap sombong dan tidak merakyat. Kala itu, usaha batunya di bawah bendera PT Cenderawasih Bungsu sudah cukup moncer. Namun, keinginannya untuk menjadi bupati tak terbendung. Bisnis itu pun hanya jadi bisnis sampingan. Selama tiga tahun, ia terjun dan menjalin silaturahmi di tengah masyarakat.
Ia seringkali menginap di rumah-rumah warga demi menjelaskan niatnya jadi bupati. "Tapi berkali-kali ditolak. Mereka bilang, nanti janji doang, begitu terpilih malah lupa," ucapnya menceritakan sikap warga yang dikunjunginya.
Tekad Wari sudah bulat, meski ia harus melawan enam kandidat lain. Mereka berlatar belakang dari birokrat. "Ada sekretaris daerah, kepala dinas, dan lainnya," ujar pria kelahiran Lahat, 20 Oktober 1963 itu.
Wari maju dengan bermodalkan dukungan Partai Golkar. Kala itu, ia tandem dengan Sukadi Duadji, kakak kandung mantan kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komjen (Purn.) Susno Duadji. Keduanya mengusung slogan "Saatnya berubah!"
Bagaimana semestinya langkah seorang calon kepala daerah untuk merebut hati pemilih? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi No.52/VI/2018 yang terbit Senin (26/2/2018).
Kisah sukses Wari lumayan berliku. Awalnya, ia maju sebagai calon bupati lantaran jengkel dengan pemimpin sebelumnya yang dianggap sombong dan tidak merakyat. Kala itu, usaha batunya di bawah bendera PT Cenderawasih Bungsu sudah cukup moncer. Namun, keinginannya untuk menjadi bupati tak terbendung. Bisnis itu pun hanya jadi bisnis sampingan. Selama tiga tahun, ia terjun dan menjalin silaturahmi di tengah masyarakat.
Ia seringkali menginap di rumah-rumah warga demi menjelaskan niatnya jadi bupati. "Tapi berkali-kali ditolak. Mereka bilang, nanti janji doang, begitu terpilih malah lupa," ucapnya menceritakan sikap warga yang dikunjunginya.
Tekad Wari sudah bulat, meski ia harus melawan enam kandidat lain. Mereka berlatar belakang dari birokrat. "Ada sekretaris daerah, kepala dinas, dan lainnya," ujar pria kelahiran Lahat, 20 Oktober 1963 itu.
Wari maju dengan bermodalkan dukungan Partai Golkar. Kala itu, ia tandem dengan Sukadi Duadji, kakak kandung mantan kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komjen (Purn.) Susno Duadji. Keduanya mengusung slogan "Saatnya berubah!"
Bagaimana semestinya langkah seorang calon kepala daerah untuk merebut hati pemilih? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi No.52/VI/2018 yang terbit Senin (26/2/2018).
(amm)