Begini Wajah Perbudakan di Indonesia
A
A
A
SEJARAH mencatat bahwa perbudakan juga terjadi di Indonesia. Perbudakan tidak hanya ada ketika zaman pemerintahan Hindia Belanda, tapi sejatinya juga berlangsung hingga kini. Berikut ini wajah perbudakan di Indonesia:
1. Jual beli manusia era Belanda
Jual beli manusia pada zaman penjajahan Belanda sudah menjadi hal biasa. Saat abad ke-17 banyak sekali budak didatangkan dari Asia Selatan, khususnya India. Pengiriman budak di Indonesia akhirnya terhenti karena India tak lagi dikuasai oleh Belanda. Akhirnya mereka menggunakan penduduk lokal Indonesia sebagai barang dagangan. Budak-budak ini dijual kepada keluarga Belanda kaya di Indonesia dengan harga 90 real. Sebagai perbandingan, harga sepikul beras hanya 2 real. Artinya nyawa manusia hanya dihargai 45 pikul beras.
2. Fenomena gundik
Tak semua petinggi Belanda di Indonesia membawa serta anak dan istrinya. Banyak dari mereka yang datang sendirian hingga sampai Indonesia akan kebingungan menyalurkan hasrat biologisnya. Akhirnya mereka mengangkat wanita sebagai gundik. Budak nafsu yang harus melayani sang tuan sampai kapan pun. Pada masa penjajahan Jepang, menggunakan perbudakan wanita sebagai pemuas nafsu yang terkenal dengan sebutan Jugun Ianfu.
3. Budak kerja paksa zaman Belanda dan Jepang
Di zaman Belanda kita mengenal dengan kerja rodi. Masyarakat dipaksa membangun banyak sekali jalanan dan infrastruktur pendukung Belada. Salah satu yang paling terkenal adalah pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer sampai Panarukan. Sementara di era penjajagan Jepang, para budak disuruh membuat jalanan, parit, dan banyak hal dengan perlakukan yang kejam.
4. Perbudakan modern dengan modus TKI
Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika banyak dari TKI atau tenaga kerja Indonesia yang akhirnya menjadi budak di dalam atau luar negeri. Mereka dipaksa bekerja dengan keras namun tidak mendapatkan apa yang menjadi hak mereka. Justru mereka disuruh membayar banyak hal hingga gaji terus dipotong. Di luar negeri pun mereka juga kerap mendapatkan perlakukan tak menyenangkan dari orang yang dianggap sebagai majikan.
5. Perbudakan pabrik kuali dan perbudakan nelayan
Pada 2013, Indonesia heboh lantaran ada praktik perbudakan terhadap 25 buruh di Tangerang. Mereka bekerja dari subuh hingga tengah malam tanpa diizinkan beristirahat. Bahkan makan pun mereka dijatah sangat sedikit. Selama tiga bulan bahkan mereka tidak mandi dan tidur di ruangan yang sangat sempit. Polisi akhirnya berhasil mengeluarkan 25 orang ini dengan kondisi yang mengenaskan. Sedangkan pada 2015, sebuah kasus perbudakan terjadi di Maluku. Korbannya adalah orang-orang dari Myanmar yang dipaksa melakuan illegal fishing. Mereka disuruh bekerja lebih dari 20 jam sehari dan tidak diberi makan dan tempat istirahat yang sesuai.
Faktor pendorong terjadinya perbudakan modern
1. Jual beli manusia era Belanda
Jual beli manusia pada zaman penjajahan Belanda sudah menjadi hal biasa. Saat abad ke-17 banyak sekali budak didatangkan dari Asia Selatan, khususnya India. Pengiriman budak di Indonesia akhirnya terhenti karena India tak lagi dikuasai oleh Belanda. Akhirnya mereka menggunakan penduduk lokal Indonesia sebagai barang dagangan. Budak-budak ini dijual kepada keluarga Belanda kaya di Indonesia dengan harga 90 real. Sebagai perbandingan, harga sepikul beras hanya 2 real. Artinya nyawa manusia hanya dihargai 45 pikul beras.
2. Fenomena gundik
Tak semua petinggi Belanda di Indonesia membawa serta anak dan istrinya. Banyak dari mereka yang datang sendirian hingga sampai Indonesia akan kebingungan menyalurkan hasrat biologisnya. Akhirnya mereka mengangkat wanita sebagai gundik. Budak nafsu yang harus melayani sang tuan sampai kapan pun. Pada masa penjajahan Jepang, menggunakan perbudakan wanita sebagai pemuas nafsu yang terkenal dengan sebutan Jugun Ianfu.
3. Budak kerja paksa zaman Belanda dan Jepang
Di zaman Belanda kita mengenal dengan kerja rodi. Masyarakat dipaksa membangun banyak sekali jalanan dan infrastruktur pendukung Belada. Salah satu yang paling terkenal adalah pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer sampai Panarukan. Sementara di era penjajagan Jepang, para budak disuruh membuat jalanan, parit, dan banyak hal dengan perlakukan yang kejam.
4. Perbudakan modern dengan modus TKI
Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika banyak dari TKI atau tenaga kerja Indonesia yang akhirnya menjadi budak di dalam atau luar negeri. Mereka dipaksa bekerja dengan keras namun tidak mendapatkan apa yang menjadi hak mereka. Justru mereka disuruh membayar banyak hal hingga gaji terus dipotong. Di luar negeri pun mereka juga kerap mendapatkan perlakukan tak menyenangkan dari orang yang dianggap sebagai majikan.
5. Perbudakan pabrik kuali dan perbudakan nelayan
Pada 2013, Indonesia heboh lantaran ada praktik perbudakan terhadap 25 buruh di Tangerang. Mereka bekerja dari subuh hingga tengah malam tanpa diizinkan beristirahat. Bahkan makan pun mereka dijatah sangat sedikit. Selama tiga bulan bahkan mereka tidak mandi dan tidur di ruangan yang sangat sempit. Polisi akhirnya berhasil mengeluarkan 25 orang ini dengan kondisi yang mengenaskan. Sedangkan pada 2015, sebuah kasus perbudakan terjadi di Maluku. Korbannya adalah orang-orang dari Myanmar yang dipaksa melakuan illegal fishing. Mereka disuruh bekerja lebih dari 20 jam sehari dan tidak diberi makan dan tempat istirahat yang sesuai.
Faktor pendorong terjadinya perbudakan modern
- Korupsi: Faktor ini sangat berpengaruh pada tumbuhnya praktik perbudakan modern. Korupsi membuat polisi dan para penegak hukum enggan menegakkan hukum meski hampir semua negara menetapkan perbudakan sebagai sebuah pelanggaran hukum.
- Ledakan populasi: Jumlah pekerja dengan lapangan pekerjaan yang terbatas tentu membuat orang tak punya pilihan dalam melakukan pekerjaan, termasuk saat ia dijadikan buruh paksa.
- Kemiskinan : Mereka yang tidak punya pekerjaan dan miskin akan sangat rentan menjadi korban perbudakan modern.
(wib)