Pengamat: Ada 4 Makna di Balik Kartu Kuning BEM UI ke Presiden Jokowi
A
A
A
JAKARTA - Nama Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa mendadak menjadi buah bibir setelah aksinya mengacungkan kartu kuning dalam kegiatan Dies Natalis di kampusnya. Tak tanggung-tanggung yang diberikan kartu orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, ada empat hal untuk mencermati aksi Zaadit tersebut. Pertama, aksi kartu kuning untuk Jokowi mesti dimaknai biasa-biasa saja karena objek kritikan mahasiswa soal gizi buruk di Asmat sedang dalam proses penanganan pemerintah.
Sementara, Menkes dan Mensos bersama departemen terkait sudah mondar-mandir ke Asmat mencari upaya menyelesaikan persoalan. Menurutnya, tentu tak bisa buru-buru karena medan yang ditempuh cukup terisolasi.
"Sebab itu, kartu kuning itu bisa dimaknasi sebagai pengingat bagi pemerintah untuk menuntaskan gizi buruk di Asmat," ujar Adi saat dihubungi Sindonews, Selasa (6/2/2018).
Kedua, kata Adi, aksi kartu kuning ini jadi gaduh karena menyangkut etika dan kepantasan dalam menyampaikan protes di forum terhormat di UI. Aksi protes itu dinggap melecehkan forum sakral dies natalis UI yg dihadiri hampir semua Guru Besar UI, Tamu Undangan, Alumni, dan tentu Presiden.
Apalagi, Jokowi sudah menjanjikan berdiskusi hangat penuh dialektika dengan BEM UI selepas acara formal dies natalis. Acara dialog terpaksa dibatalkan karena insden kartu kuning tersebut.
Ketiga, lanjut dia, pelaku protes kartu kuning ini juga tak perlu disanjung berlebihan sebagai pahlawan kaum aktivis. Karena Zaadit Taqwa tak memiliki rekam jejak sebagai aktivis. Baginya, Zaadit hanya pengurus BEM yang banyak main di kampus.
Menurutnya, tak mudah untuk menyandang gelar aktivis tulen. Aktivis adalah mereka yang keseharian hidupnya dihabiskan melakukan advokasi kebijakan yang dianggap tak populis di mana gerakan yang dibangun simultan dan berkelanjutan, bukan spontanitas.
Dia menilai, jangan hanya sekali acungkan kartu kuning lantas disanjung sebagai pahlawan. Menurut dia, aktivis itu butuh proses panjang, bukan cuma sekali seumur hidup protesnya.
"Keempat, kartu kuning mahasiswa UI bisa bermakna ganda. Satu sisi sebagai kritik ke pemerintah. Namun di balik kartu itu pula tersimpan dukung penuh dari almamaater UI untuk dukung jokowi 2 periode," pungkasnya.
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, ada empat hal untuk mencermati aksi Zaadit tersebut. Pertama, aksi kartu kuning untuk Jokowi mesti dimaknai biasa-biasa saja karena objek kritikan mahasiswa soal gizi buruk di Asmat sedang dalam proses penanganan pemerintah.
Sementara, Menkes dan Mensos bersama departemen terkait sudah mondar-mandir ke Asmat mencari upaya menyelesaikan persoalan. Menurutnya, tentu tak bisa buru-buru karena medan yang ditempuh cukup terisolasi.
"Sebab itu, kartu kuning itu bisa dimaknasi sebagai pengingat bagi pemerintah untuk menuntaskan gizi buruk di Asmat," ujar Adi saat dihubungi Sindonews, Selasa (6/2/2018).
Kedua, kata Adi, aksi kartu kuning ini jadi gaduh karena menyangkut etika dan kepantasan dalam menyampaikan protes di forum terhormat di UI. Aksi protes itu dinggap melecehkan forum sakral dies natalis UI yg dihadiri hampir semua Guru Besar UI, Tamu Undangan, Alumni, dan tentu Presiden.
Apalagi, Jokowi sudah menjanjikan berdiskusi hangat penuh dialektika dengan BEM UI selepas acara formal dies natalis. Acara dialog terpaksa dibatalkan karena insden kartu kuning tersebut.
Ketiga, lanjut dia, pelaku protes kartu kuning ini juga tak perlu disanjung berlebihan sebagai pahlawan kaum aktivis. Karena Zaadit Taqwa tak memiliki rekam jejak sebagai aktivis. Baginya, Zaadit hanya pengurus BEM yang banyak main di kampus.
Menurutnya, tak mudah untuk menyandang gelar aktivis tulen. Aktivis adalah mereka yang keseharian hidupnya dihabiskan melakukan advokasi kebijakan yang dianggap tak populis di mana gerakan yang dibangun simultan dan berkelanjutan, bukan spontanitas.
Dia menilai, jangan hanya sekali acungkan kartu kuning lantas disanjung sebagai pahlawan. Menurut dia, aktivis itu butuh proses panjang, bukan cuma sekali seumur hidup protesnya.
"Keempat, kartu kuning mahasiswa UI bisa bermakna ganda. Satu sisi sebagai kritik ke pemerintah. Namun di balik kartu itu pula tersimpan dukung penuh dari almamaater UI untuk dukung jokowi 2 periode," pungkasnya.
(pur)