Kazakhstan Tertarik Pola Penanganan Terorisme ala BNPT
A
A
A
JAKARTA - Khazakhstan tertarik dengan pola penanganan terorisme yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Penanganan terorisme yang dilakukan BNPT selama ini adalah pola pendekatan lunak (soft approach).
Hal itu dikatakan Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius mengungkapkan pertemuannya Deputi Chairman National Security Committee (NSC) Kazakhstan, Nurgali Dauletbekovich Billsbekov dalam acara working dinner di Astana, ibu kota Kazakhstan, Rabu 24 Januari 2018.
Pertemuan tersebut dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan kerja sama penanggulangan terorisme antara Indonesia dan Kazakhstan. “Dalam pertemuan tersebut secara khusus kami memberikan penjelasan secara utuh mengenai apa yang sudah dikerjakan oleh Indonesia dalam kaitannya mengenai counter terrorism. Kami sampaikan bahwa kami melakukan pendekatan soft approach dalam penanganan terorime di Indonesia. Atas penejelasan kami tersebut Deputi Chairman NSC terlihat terkesan,” ujar Suhardi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (29/1/2018).
Dia menjelaskan, pendekatan lunak itu dilakukan BNPT, salah satunya menggandeng para mantan pimpinan kelompok teroris yang telah bertobat sebagai pembicara untuk program deradikalisasi.
Pendekatan ini dinilainya efektif karena mantan teroris telah menunjukkan dan mengungkapkan pengalaman mereka sebelumnya. Suhardi juga menceritakan BNPT juga melibatkan organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
“Dari penjelasan itu tadi maka pola soft approach inilah yang menjadi poin besar buat mereka juga, tidak selamanya pola penanganan dengan metode hard approach itu bisa menghasilkan suatu solusi tapi juga harus mengidentifikasi akar masalah,” ujar mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri ini.
Dalam pertemuan dengan pihak Kazakhstan, Suhardi juga menjelaskan menjelaskan mengenai pendekatan BNPT dalam menangani kasus radikalisasi melalui media sosial dan dunia maya.
“Kami sampaikan dalam menangani radikalisme melalui dunia maya ini kami merekrut generasi penggiat media sosial dan internet untuk menjadi duta damai di duna maya. Mereka bertugas menyebarkan pesan-pesan damai dan positif dengan bahasa anak muda di media sosial dan internet,” tuturnya.
Dalam kunjungannya tersebut Kepala BNPT di dampingi Deputi III bidang Kerjasama International BNPT, Inspektur Jenderal Polisi Hamidin dan pejabat dari Direktorat Kerja Sama Bilateral BNPT lainnya. Hadir juga dalam working dinner tersebut Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan, H.E Rahmat Pramono dan Deputy Menlu Kazakhstan.
Dalam kunjugan kerja ke Kazakhstan tersebut Kepala BNPT juga bertemu dengan Wakil Menteri Agama Kazakhstan. Dalam pertemuan tersebut kedua pejabat ini saling bertukar pengalaman dalam Countering Violent Extremism.
Hal itu dikatakan Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius mengungkapkan pertemuannya Deputi Chairman National Security Committee (NSC) Kazakhstan, Nurgali Dauletbekovich Billsbekov dalam acara working dinner di Astana, ibu kota Kazakhstan, Rabu 24 Januari 2018.
Pertemuan tersebut dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan kerja sama penanggulangan terorisme antara Indonesia dan Kazakhstan. “Dalam pertemuan tersebut secara khusus kami memberikan penjelasan secara utuh mengenai apa yang sudah dikerjakan oleh Indonesia dalam kaitannya mengenai counter terrorism. Kami sampaikan bahwa kami melakukan pendekatan soft approach dalam penanganan terorime di Indonesia. Atas penejelasan kami tersebut Deputi Chairman NSC terlihat terkesan,” ujar Suhardi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (29/1/2018).
Dia menjelaskan, pendekatan lunak itu dilakukan BNPT, salah satunya menggandeng para mantan pimpinan kelompok teroris yang telah bertobat sebagai pembicara untuk program deradikalisasi.
Pendekatan ini dinilainya efektif karena mantan teroris telah menunjukkan dan mengungkapkan pengalaman mereka sebelumnya. Suhardi juga menceritakan BNPT juga melibatkan organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
“Dari penjelasan itu tadi maka pola soft approach inilah yang menjadi poin besar buat mereka juga, tidak selamanya pola penanganan dengan metode hard approach itu bisa menghasilkan suatu solusi tapi juga harus mengidentifikasi akar masalah,” ujar mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri ini.
Dalam pertemuan dengan pihak Kazakhstan, Suhardi juga menjelaskan menjelaskan mengenai pendekatan BNPT dalam menangani kasus radikalisasi melalui media sosial dan dunia maya.
“Kami sampaikan dalam menangani radikalisme melalui dunia maya ini kami merekrut generasi penggiat media sosial dan internet untuk menjadi duta damai di duna maya. Mereka bertugas menyebarkan pesan-pesan damai dan positif dengan bahasa anak muda di media sosial dan internet,” tuturnya.
Dalam kunjungannya tersebut Kepala BNPT di dampingi Deputi III bidang Kerjasama International BNPT, Inspektur Jenderal Polisi Hamidin dan pejabat dari Direktorat Kerja Sama Bilateral BNPT lainnya. Hadir juga dalam working dinner tersebut Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan, H.E Rahmat Pramono dan Deputy Menlu Kazakhstan.
Dalam kunjugan kerja ke Kazakhstan tersebut Kepala BNPT juga bertemu dengan Wakil Menteri Agama Kazakhstan. Dalam pertemuan tersebut kedua pejabat ini saling bertukar pengalaman dalam Countering Violent Extremism.
(dam)