Palagan Terbuka bagi Kaum Hawa
A
A
A
PEREMPUAN berjilbab itu berdiri meriung bersama beberapa laki-laki dan seorang perempuan di depan sebuah ballroom di lantai 6 Hotel Ciputra, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (22/1/2018) pekan lalu. Mereka bercakap-cakap sesekali diiringi gelak tawa. Riungan itu terjadi di tengah hilir mudik peserta rakornas dalam rehat makan siang. Perempuan berjilbab itu adalah Bupati Lebak, Banten, Iti Octavia Jayabaya.
Iti baru saja menghadiri rakornas mengenai hutan adat bersama Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Meskipun berstatus kepala daerah, ia tak sungkan bercengkerama dengan bawahannya di ruang terbuka. Ia tak meminta ruangan khusus. "Ibu belum tidur, hanya tadi di mobil," tutur Eka, salah seorang pejabat Humas Pemkab Lebak saat SINDO Weekly akan "mengganggu".
Namun, Iti tak menunjukkan rasa lelah. Setelah 30 menit berbincang dengan beberapa birokrat Pemkab Lebak, ia menyempatkan diri wawancara dengan SINDO Weekly. "Sekarang perempuan Indonesia semakin berkembang," ujarnya, bangga.
Iti merupakan salah satu kepala daerah perempuan. Namanya sudah mulai dikenal di dunia politik sejak 2009. Awal karier politiknya juga cemerlang. Ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Darah politikus mengalir dari sang ayah yang merupakan Bupati Lebak dua periode dari 2003–2013, Mulyadi Jayabaya. Iti melanjutkan trah kepemimpinan Mulyadi setelah menumbangkan dua pasangan calon lainnya, Amir Hamzah-Kasmin dan Pepep Faisaludin-Aang Rasidi.
Masa awal kepemimpinannya di Lebak sebenarnya jauh dari perhatian. Belakangan, ia menjadi sorotan karena beredarnya dua video yang menunjukkan dirinya sedang marah-marah. Pertama, ia marah karena ada bangunan liar di sekitar Terminal Ciboleger, Baduy, pekan kedua Oktober lalu. "Baduy itu aset, bukan hanya nasional, tapi dunia," ujarnya. Kemudian, perempuan kelahiran 1978 itu kembali murka ketika melihat banyak sampah yang dibuang ke Sungai Ciujung, awal November lalu.
Iti adalah salah satu dari sekian banyak pemimpin perempuan di Indonesia. Bagaimana sebenarnya peluang perempuan untuk merebut kursi orang nomor satu di daerah? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 48/VI/2018 yang terbit Senin (29/1/2018).
Iti baru saja menghadiri rakornas mengenai hutan adat bersama Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Meskipun berstatus kepala daerah, ia tak sungkan bercengkerama dengan bawahannya di ruang terbuka. Ia tak meminta ruangan khusus. "Ibu belum tidur, hanya tadi di mobil," tutur Eka, salah seorang pejabat Humas Pemkab Lebak saat SINDO Weekly akan "mengganggu".
Namun, Iti tak menunjukkan rasa lelah. Setelah 30 menit berbincang dengan beberapa birokrat Pemkab Lebak, ia menyempatkan diri wawancara dengan SINDO Weekly. "Sekarang perempuan Indonesia semakin berkembang," ujarnya, bangga.
Iti merupakan salah satu kepala daerah perempuan. Namanya sudah mulai dikenal di dunia politik sejak 2009. Awal karier politiknya juga cemerlang. Ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Darah politikus mengalir dari sang ayah yang merupakan Bupati Lebak dua periode dari 2003–2013, Mulyadi Jayabaya. Iti melanjutkan trah kepemimpinan Mulyadi setelah menumbangkan dua pasangan calon lainnya, Amir Hamzah-Kasmin dan Pepep Faisaludin-Aang Rasidi.
Masa awal kepemimpinannya di Lebak sebenarnya jauh dari perhatian. Belakangan, ia menjadi sorotan karena beredarnya dua video yang menunjukkan dirinya sedang marah-marah. Pertama, ia marah karena ada bangunan liar di sekitar Terminal Ciboleger, Baduy, pekan kedua Oktober lalu. "Baduy itu aset, bukan hanya nasional, tapi dunia," ujarnya. Kemudian, perempuan kelahiran 1978 itu kembali murka ketika melihat banyak sampah yang dibuang ke Sungai Ciujung, awal November lalu.
Iti adalah salah satu dari sekian banyak pemimpin perempuan di Indonesia. Bagaimana sebenarnya peluang perempuan untuk merebut kursi orang nomor satu di daerah? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 48/VI/2018 yang terbit Senin (29/1/2018).
(amm)