Perindo Mulai Geser Dominasi Partai Mapan

Kamis, 25 Januari 2018 - 11:30 WIB
Perindo Mulai Geser...
Perindo Mulai Geser Dominasi Partai Mapan
A A A
JAKARTA - Partai Persatuan Indonesia (Perindo) terus menunjukkan eksistensi dalam dunia politik Indonesia. Sebagai partai baru, elektabilitas partai besutan pengusaha Hary Tanoesoedibjo ini mulai menggeser dominasi partai-partai lama.

Demikian temuan survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI-Denny JA), dalam rangka memotret peluang partai politik dalam Pemilu 2019. Dalam survei tersebut elektabilitas Perindo mengungguli elektabilitas Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Elektabilitas Perindo mencapai 3,0%, sedangkan PAN hanya 2,0% dan Hanura 0,7%.

"Posisi Partai Perindo yang elektabilitasnya memimpin partai-partai baru, yakni sebesar 3%," ujar peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, saat memaparkan hasil surveinya di Jakarta, Rabu (24/1/2018).

Dia menjelaskan, elektabilitas Perindo ini menyalip partai-partai yang mempunyai kursi di parlemen seperti PAN dan Hanura. Dukungan media menjadi faktor utama untuk menunjang popularitas Perindo. Namun, Rully mengatakan Perindo masih belum aman untuk bisa lolos parliamentary threshold sebesar 4%. Dibutuhkan program kejutan agar partai ini mampu meraih simpati para pemilih.

"Partai baru, termasuk Perindo, terancam tak lolos PT, kecuali ada program big bang yang menarik dan magnet tokoh yang kuat," katanya.

Survei ini dilakukan dengan responden sebanyak 1.200 dipilih berdasarkan multistage random sampling. Wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di 34 provinsi dari tanggal 7 sampai tanggal 14 Januari 2018. Margin of error dari survei ini plus minus 2,9%. Survei dilengkapi riset kualitatif seperti FGD, media analisis, dan depth interview narasumber.

Lebih jauh Rully dalam survei terbaru ini Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar diprediksi bakal bersaing menjadi pemenang di Pemilu 2019, disusul Partai Gerindra yang akan bertengger di posisi tiga. "Dari survei yang kami lakukan, Januari 2018 ini LSI membuat prediksi bahwa PDIP dan Golkar akan bersaing memperebutkan posisi partai nomor satu di tahun 2019 nanti. Namun Gerindra membayangi dan menjadi kuda hitam," katanya.

Berdasarkan temuan LSI, kata Rully, ada lima gejala politik yang terjadi mulai bulan ini hingga Pemilu serentak 2019 mendatang. Pertama, saat ini hanya dua partai politik yang mempunyai peluang untuk bersaing ketat menjadi pemenang pemilu, yakni PDIP dan Partai Golkar. Perolehan suara dua partai tertua di Indonesia tersebut diprediksi akan melebihi perolehan suara pada Pemilu 2014.

"Saat ini, elektabilitas PDIP sebesar 22,2%, lebih besar dari perolehan suaranya di Pemilu 2014, yaitu 18,95%. Elekta bilitas Partai Golkar sebesar 15.5%, lebih besar dari perolehan suaranya di Pemilu 2014, 14.75 %. Elektabilitas partai lainnya rata-rata di bawah perolehan suaranya di pemilu 2014," ungkapnya.

Gejala kedua, kata Rully, soal partai yang menempati tiga besar perolehan suara di pemilu nanti yang akan disebut sebagai partai papan atas. Ketiga partai tersebut adalah PDIP, Partai Golkar, dan Partai Gerindra. "Ketiga partai ini konsisten memperoleh dukungan di atas 10% dalam 5 kali survei terakhir LSI Denny JA," ungkapnya.

Adapun gejala ketiga adalah peluang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrat bersaing di posisi keempat. Rully membeberkan, dari temuan survei elektabilitas Partai Demokrat saat ini sebesar 6,2%, sementara PKB 6,0%. Secara isu, saat ini PKB sedikit lebih diuntungkan dengan isu-isu keislaman yang cenderung naik menjelang pilkada dan pemilu. Namun, jika partai Demokrat menemukan isu baru yang menggugah maka peluang partai ini di atas PKB juga besar.

"Manuver Muhaimin (PKB) dan AHY (Demokrat) sebagai calon presiden/calon wakil presiden di Pemilu 2019 nanti juga akan memengaruhi elektabilitas kedua partai," kata Rully.

Kemudian gejala politik keempat, yakni soal lima partai lama yang belum aman untuk lolos 4% PT. Jika mengacu pada survei LSI Denny JA per Januari 2018, PPP, Nasdem, PAN, PKS, dan Partai Hanura masih dalam posisi belum aman untuk lolos PT. Perolehan dukungannya rata-rata masih di bawah 4%, kecuali Partai Nasdem. "Nasdem di survei ini memperoleh dukungan 4,2%. Namun, karena margin error survei ini 2.9%, Nasdem juga belum aman dari batas minimal PT 4 %," ucapnya.

Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, dalam menyikapi temuan survei, partainya menerapkan dua strategi. Pertama, sebagai motivasi untuk memastikan mesin partai terus bergerak ke bawah. Strategi kedua ialah memosisikannya sebagai tantangan karena dengan posisi di atas maka justru bahaya dan ancaman akan bisa datang setiap saat sehingga dituntut terus waspada dan mawas diri.

"Itu yang selalu kami tekankan. Jangan sampai karena dalam survei kita di atas lalu kita lena tidak mau turun," ungkap Hasto.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1257 seconds (0.1#10.140)