Pemerintah Siapkan Ratusan Miliar Rupiah untuk Vaksin Difteri
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia menyiapkan ratusan miliar rupiah untuk menyediakan dan menyebar vaksin difteri.
Vaksin tersebut untuk mencegah menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheriae itu.
“Untuk ORI, kami harus mengeluarkan anggaran ratusan miliar rupiah untuk menyediakan vaksin difteri,” ucap Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek saat melakukan outbreak response immunization (ORI) di SMAN 33 Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (11/12/2017) pagi. (Baca juga: Waspadai Gejala dan Tanda Penyakit Difteri )
Untuk imunisasi vaksin difteri, Kementerian Kesehatan menyiapkan anggaran Rp70 miliar. Anggaran sebesar itu belum termasuk honor pekerja medis dan lainnya. "Serum yang diberikan untuk tiap penderita difteri biayanya bisa mencapai Rp4 juta,” ucap Nila.
Kemenkes akan melakukan imunisasi secara bertahap dimulai di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Selanjutnya, imunisasi dlakukan di beberapa wilayah, termasuk Jawa Timur.
Pantauan Koran SINDO, kegiatan imunisasi disambut hangat warga. Anak-anak sekolah mengantre sejak pagi menyambut kedatangan Menkes dan Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan. Mereka kemudian berbaris bersiap untuk disuntik vaksin.
Anies mengatakan, penyakit difteri cukup berbahaya. Sekalipun telah divaksin namun bibit bakteri dapat berkembang (inkubasi) dalam kurun waktu 2-3 hari.
Dia menilai Jakarta cukup mudah diserang penyakit, terutama kawasan kumuh. Dia memaparkan ada empat kasus difteri pada 2014. dan naik sembilan kasus pada tahun berikutnya.
Sebanyak 17 kasus terjadi pada 2016. Tahun berikutnya naik menjadi 25 kasus. “Berbahaya karena tiap tahun mengalami kenaikan dan selalu meningkat,” ujar Anies.
Melihat kondisi demikian, Anies mengatakan pihaknya bergerak cepat. Peran Dinas Kesehatan dimaksimalkan untuk mendata warga yang terancam virus ini. "Kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu. Ada 52 persen terbanyak terjadi di Jakarta Utara,” ujar Anies.
Setelah melakukan pendataan, barulah pihaknya akan melakukan memvaksin mulai dari sekolah PAUD hingga SMA di Jakarta, Universitas, hingga pemukiman warga.
Sementara terhadap korbannya, virus difteri menyerang terjadi pada anak usia 5-15 tahun. Virus ini banyak menyerang anak usia di bawah lima tahun dan 16% terjadi pada anak-anak di atas usia 15 tahun.
Menyikapi data tersebut, Anies menegaskan akan melakuan evaluasi dengan menebar vaksin dari 1-19 tahun dengan target 1,2 juta jiwa. “Diharapkan dapat selesai di pertengahan tahun 2018. Kami ingin Jakarta bebas dari difteri dan bebas dari segala macam persoalan kesehatan sebelum digelar pelaksanaan Asian Games,” tutur Anies.
Vaksin tersebut untuk mencegah menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheriae itu.
“Untuk ORI, kami harus mengeluarkan anggaran ratusan miliar rupiah untuk menyediakan vaksin difteri,” ucap Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek saat melakukan outbreak response immunization (ORI) di SMAN 33 Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (11/12/2017) pagi. (Baca juga: Waspadai Gejala dan Tanda Penyakit Difteri )
Untuk imunisasi vaksin difteri, Kementerian Kesehatan menyiapkan anggaran Rp70 miliar. Anggaran sebesar itu belum termasuk honor pekerja medis dan lainnya. "Serum yang diberikan untuk tiap penderita difteri biayanya bisa mencapai Rp4 juta,” ucap Nila.
Kemenkes akan melakukan imunisasi secara bertahap dimulai di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Selanjutnya, imunisasi dlakukan di beberapa wilayah, termasuk Jawa Timur.
Pantauan Koran SINDO, kegiatan imunisasi disambut hangat warga. Anak-anak sekolah mengantre sejak pagi menyambut kedatangan Menkes dan Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan. Mereka kemudian berbaris bersiap untuk disuntik vaksin.
Anies mengatakan, penyakit difteri cukup berbahaya. Sekalipun telah divaksin namun bibit bakteri dapat berkembang (inkubasi) dalam kurun waktu 2-3 hari.
Dia menilai Jakarta cukup mudah diserang penyakit, terutama kawasan kumuh. Dia memaparkan ada empat kasus difteri pada 2014. dan naik sembilan kasus pada tahun berikutnya.
Sebanyak 17 kasus terjadi pada 2016. Tahun berikutnya naik menjadi 25 kasus. “Berbahaya karena tiap tahun mengalami kenaikan dan selalu meningkat,” ujar Anies.
Melihat kondisi demikian, Anies mengatakan pihaknya bergerak cepat. Peran Dinas Kesehatan dimaksimalkan untuk mendata warga yang terancam virus ini. "Kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu. Ada 52 persen terbanyak terjadi di Jakarta Utara,” ujar Anies.
Setelah melakukan pendataan, barulah pihaknya akan melakukan memvaksin mulai dari sekolah PAUD hingga SMA di Jakarta, Universitas, hingga pemukiman warga.
Sementara terhadap korbannya, virus difteri menyerang terjadi pada anak usia 5-15 tahun. Virus ini banyak menyerang anak usia di bawah lima tahun dan 16% terjadi pada anak-anak di atas usia 15 tahun.
Menyikapi data tersebut, Anies menegaskan akan melakuan evaluasi dengan menebar vaksin dari 1-19 tahun dengan target 1,2 juta jiwa. “Diharapkan dapat selesai di pertengahan tahun 2018. Kami ingin Jakarta bebas dari difteri dan bebas dari segala macam persoalan kesehatan sebelum digelar pelaksanaan Asian Games,” tutur Anies.
(dam)