Umat Kristen Berperan Penting Dalam Pemilu
A
A
A
JAKARTA - Keterlibatan umat Kristen dalam dunia politik menjadi keharusan karena segala sesuatu yang berurusan dengan penyelenggaraan negara bahkan yang mengatur kehidupan sehari-hari warga negara adalah politik. Keterlibatan orang Kristen tersebut bertujuan sebagai pembawa terang. Semakin banyak terang dalam dunia politik maka semakin teranglah politik itu.
Umat Kristen selama ini juga dinilai memiliki peran penting dalam pemilu di Indonesia. Politik umat Kristiani bertujuan membawa terang, tidak dalam rangka merebut kekuasaan.
Kesimpulan ini mengemuka dalam Seminar Politik Peran Politik Umat Kristen dalam Pembangunan Bangsa: "Bagaimana Sikap Politik Kristen Menuju Pemilu 2019" yang diselenggarakan Gerakan Kasih Indonesia (Gerkindo) di kampus IBM-ASMI, Jakarta, kemarin.
Ketua Umum Gerakan Kasih Indonesia (Gerkindo) Pdt Yerry Tawalujan yang menjadi moderator mengatakan, orang Kristen yang terlibat dalam politik adalah pelayan dengan etika politik Kristiani yang tinggi. Kekuasaan bukan tujuan utamanya.
Dia menuturkan, politik itu suci sebab medan atau area politik adalah siasat. Bagaimana bersiasat untuk kepentingan umum demi mencapai tujuan negara.
“Orang Kristen jangan pernah merasa sebagai minoritas, baik dari segi politik maupun agama. Karena NKRI itu tidak akan lengkap tanpa adanya orang Kristen,” kata dia.
Yerry melanjutkan, didalam pemilu suara Kristen harus bulat dan bersatu supaya peran politik kekristenan semakin berpengaruh dan diperhitungkan. Dia pun meminta kader-kader politisi Kristen harus ikut mencalonkan diri dalam pemilu 2019. Meski disisi lain perlu perumusan apa sesungguhnya aspirasi politik orang Kristen.
Seminar yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan ini turut mengundang Peneliti Senior CSIS J Kristiadi, Pengamat Politik UKI Merphin Panjaitan dan Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua Angelica Tengker.
Peneliti Senior CSIS J Kristiadi berpendapat, politik bukanlah medan perjuangan orang menjadi suci, namun medan penuh dengan siasat. Pada dasarnya politik itu mulia, meski menurut dia penetrasinya sangat berat. Akan tetapi dengan iman yang kuat umat Kristen harus ikut politik untuk ikut mengkoreksi atau membuat perubahan agar produk atau lembaga negara yang berideologi Pancasila ini tidak semakin lama semakin memburuk.
Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua Angelica Tengker berbicara dalam perspektif peran perempuan dalam politik. Dia menerangkan, keterwakilan perempuan di legislatif masih rendah yakni baru 17,3 % yang seharusnya 30 %. Selain itu juga perempuan masih menghadapi kurangnya pendidikan politik dan masih lemahnya kaderisasi perempuan. (Neneng Zubaidah)
Umat Kristen selama ini juga dinilai memiliki peran penting dalam pemilu di Indonesia. Politik umat Kristiani bertujuan membawa terang, tidak dalam rangka merebut kekuasaan.
Kesimpulan ini mengemuka dalam Seminar Politik Peran Politik Umat Kristen dalam Pembangunan Bangsa: "Bagaimana Sikap Politik Kristen Menuju Pemilu 2019" yang diselenggarakan Gerakan Kasih Indonesia (Gerkindo) di kampus IBM-ASMI, Jakarta, kemarin.
Ketua Umum Gerakan Kasih Indonesia (Gerkindo) Pdt Yerry Tawalujan yang menjadi moderator mengatakan, orang Kristen yang terlibat dalam politik adalah pelayan dengan etika politik Kristiani yang tinggi. Kekuasaan bukan tujuan utamanya.
Dia menuturkan, politik itu suci sebab medan atau area politik adalah siasat. Bagaimana bersiasat untuk kepentingan umum demi mencapai tujuan negara.
“Orang Kristen jangan pernah merasa sebagai minoritas, baik dari segi politik maupun agama. Karena NKRI itu tidak akan lengkap tanpa adanya orang Kristen,” kata dia.
Yerry melanjutkan, didalam pemilu suara Kristen harus bulat dan bersatu supaya peran politik kekristenan semakin berpengaruh dan diperhitungkan. Dia pun meminta kader-kader politisi Kristen harus ikut mencalonkan diri dalam pemilu 2019. Meski disisi lain perlu perumusan apa sesungguhnya aspirasi politik orang Kristen.
Seminar yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan ini turut mengundang Peneliti Senior CSIS J Kristiadi, Pengamat Politik UKI Merphin Panjaitan dan Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua Angelica Tengker.
Peneliti Senior CSIS J Kristiadi berpendapat, politik bukanlah medan perjuangan orang menjadi suci, namun medan penuh dengan siasat. Pada dasarnya politik itu mulia, meski menurut dia penetrasinya sangat berat. Akan tetapi dengan iman yang kuat umat Kristen harus ikut politik untuk ikut mengkoreksi atau membuat perubahan agar produk atau lembaga negara yang berideologi Pancasila ini tidak semakin lama semakin memburuk.
Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua Angelica Tengker berbicara dalam perspektif peran perempuan dalam politik. Dia menerangkan, keterwakilan perempuan di legislatif masih rendah yakni baru 17,3 % yang seharusnya 30 %. Selain itu juga perempuan masih menghadapi kurangnya pendidikan politik dan masih lemahnya kaderisasi perempuan. (Neneng Zubaidah)
(nfl)