Hadapi Cuaca Ekstrem, 35 Ribu Tagana Disiagakan
A
A
A
JAKARTA - Sedikitnya 35.766 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) disiagakan Kementerian Sosial menghadapi meningkatnya intensitas curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia.
Tagana yang tersebar di seluruh Indonesia tersebut siap dikerahkan guna membantu evakuasi dan penanganan korban bencana alam akibat cuaca ekstrem.
Selain Tagana, disiagakan juga telah siap sahabat Tagana yang saat ini berjumlah 63.140 orang.
"Tidak ada yang ingin bencana terjadi, tapi bagaimanapun antisipasi dan kewaspadaan harus tetap dilakukan. Tagana selalu siap diterjunkan kapanpun dibutuhkan. Maksimal satu jam setelah kejadian harus sudah berada di lokasi," ungkap Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa di sela-sela pemberian santunan korban meninggal longsor Jember, Jumat (17/11/2017), seperti dalam siaran pers Kementerian Sosial.
Khofifah mengungkapkan, Tagana yang disiagakan Kemensos tidak sekadar memiliki kemampuan evakuasi saat bencana, namun juga layanan psikososial. Tagana Psikososial berjumlah 7.040 orang.
"Untuk para korban juga ada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan trauma healing dan trauma counseling lewat layanan dukungan psikososial tersebut," ujarnya.
Khofifah mengatakan, bencana yang kerap terjadi setiap kali musim penghujan antara lain banjir, angin puting beliung, longsor dan rob.
Dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya. Terlebih bagi mereka yang tinggal di wilayah rawan bencana.
Khofifah menerangkan, Data Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mencatat 323 kabupaten/kota yang berpotensi tinggi atau rawan bencana alam. Sekitar 71 kabupaten di antaranya termasuk zona merah.
Ke-71 zona merah ini menjadi prioritas penanggulangan bencana bagi Kementerian Sosial. Selain itu, tercatat sepanjang 2016 terdapat 2.171 kejadian bencana di Indonesia dan berdasarkan data serta informasi bencana Indonesia disebutkan jumlah korban meninggal mencapai 567 jiwa, 489 jiwa luka-luka. 2.770.814 mengungsi dan 23.628 unit rumah rusak ringan dan 5.750 unit rusak berat.
Khofifah berharap masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan sensitifitas yang tinggi serta tanggap dan bertindak cepat jika bencana alam melanda wilayahnya.
Terkait pemenuhan logistik, Khofifah mendorong pemda tidak menunda mengeluarkan surat keputusan (SK) tanggap darurat untuk mempermudah akses penyaluran bantuan terhadap korban bencana khususnya terkait cadangan beras pemerintah yang syarat mengeluarkannya harus melalui penerbitan SK Tanggap Darurat.
"Jika bupati atau wali kota yang sudah mengeluarkan surat keputusan pernyataan darurat, maka bisa mengeluarkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sampai 100 ton, jika kuota pemerintah kabupaten/kota sudah terpakai dapat ditambah 200 ton atas SK Gubernur dan diatas 200 ton atas SK Mensos," tuturnya.
Sementara itu, Khofifah menyerahkan santunan kematian secara langsung kepada tiga ahli waris korban meninggal atas nama Sauful Bahri (35), Yuliyana (24), dan Faris (5). Masing-masing mendapat santunan sebesar Rp15 juta. Ketiganya adalah warga Desa Jambesari, Kecamatan Sumber Baru, Kabupaten Jember.
Seperti diketahui, longsor terjadi di Dusun Kedungliyer dan Dusun Krajan, Desa Jambesari, Kecamatan Sumber Baru, Jember, 16 Oktober lalu. Titik lokasi berada di lereng Pegunungan Argopuro.
Tagana yang tersebar di seluruh Indonesia tersebut siap dikerahkan guna membantu evakuasi dan penanganan korban bencana alam akibat cuaca ekstrem.
Selain Tagana, disiagakan juga telah siap sahabat Tagana yang saat ini berjumlah 63.140 orang.
"Tidak ada yang ingin bencana terjadi, tapi bagaimanapun antisipasi dan kewaspadaan harus tetap dilakukan. Tagana selalu siap diterjunkan kapanpun dibutuhkan. Maksimal satu jam setelah kejadian harus sudah berada di lokasi," ungkap Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa di sela-sela pemberian santunan korban meninggal longsor Jember, Jumat (17/11/2017), seperti dalam siaran pers Kementerian Sosial.
Khofifah mengungkapkan, Tagana yang disiagakan Kemensos tidak sekadar memiliki kemampuan evakuasi saat bencana, namun juga layanan psikososial. Tagana Psikososial berjumlah 7.040 orang.
"Untuk para korban juga ada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan trauma healing dan trauma counseling lewat layanan dukungan psikososial tersebut," ujarnya.
Khofifah mengatakan, bencana yang kerap terjadi setiap kali musim penghujan antara lain banjir, angin puting beliung, longsor dan rob.
Dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya. Terlebih bagi mereka yang tinggal di wilayah rawan bencana.
Khofifah menerangkan, Data Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mencatat 323 kabupaten/kota yang berpotensi tinggi atau rawan bencana alam. Sekitar 71 kabupaten di antaranya termasuk zona merah.
Ke-71 zona merah ini menjadi prioritas penanggulangan bencana bagi Kementerian Sosial. Selain itu, tercatat sepanjang 2016 terdapat 2.171 kejadian bencana di Indonesia dan berdasarkan data serta informasi bencana Indonesia disebutkan jumlah korban meninggal mencapai 567 jiwa, 489 jiwa luka-luka. 2.770.814 mengungsi dan 23.628 unit rumah rusak ringan dan 5.750 unit rusak berat.
Khofifah berharap masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan sensitifitas yang tinggi serta tanggap dan bertindak cepat jika bencana alam melanda wilayahnya.
Terkait pemenuhan logistik, Khofifah mendorong pemda tidak menunda mengeluarkan surat keputusan (SK) tanggap darurat untuk mempermudah akses penyaluran bantuan terhadap korban bencana khususnya terkait cadangan beras pemerintah yang syarat mengeluarkannya harus melalui penerbitan SK Tanggap Darurat.
"Jika bupati atau wali kota yang sudah mengeluarkan surat keputusan pernyataan darurat, maka bisa mengeluarkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sampai 100 ton, jika kuota pemerintah kabupaten/kota sudah terpakai dapat ditambah 200 ton atas SK Gubernur dan diatas 200 ton atas SK Mensos," tuturnya.
Sementara itu, Khofifah menyerahkan santunan kematian secara langsung kepada tiga ahli waris korban meninggal atas nama Sauful Bahri (35), Yuliyana (24), dan Faris (5). Masing-masing mendapat santunan sebesar Rp15 juta. Ketiganya adalah warga Desa Jambesari, Kecamatan Sumber Baru, Kabupaten Jember.
Seperti diketahui, longsor terjadi di Dusun Kedungliyer dan Dusun Krajan, Desa Jambesari, Kecamatan Sumber Baru, Jember, 16 Oktober lalu. Titik lokasi berada di lereng Pegunungan Argopuro.
(dam)