Pesawat N219 Akan Diproduksi Akhir 2018

Sabtu, 11 November 2017 - 10:10 WIB
Pesawat N219 Akan Diproduksi Akhir 2018
Pesawat N219 Akan Diproduksi Akhir 2018
A A A
JAKARTA - Pemerintah melalui PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan mengakselerasi produksi pesawat N219 setelah kemarin resmi diberi nama Nurtanio oleh Presiden Joko Widodo.

N219 menjadi simbol kebangkitan kedua industri dirgantara nasional pasca-N250. Pesawat penghubung wilayah terpencil ini merupakan hasil pengembangan kerja sama PTDI dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Produksi massal Pesawat Nurtanio ditargetkan dimulai akhir tahun depan setelah mendapat sertifikasi dari Kementerian Perhubungan. Setidaknya pesawat turboprop (baling-baling) bermesin ganda yang mampu lepas landas di runway sepanjang 500 meter ini harus menjalani tiga rang kaian tes hingga 2018.

Ketiga tes tersebut adalah flight test (tes penerbangan) selama 500-600 jam, static test (tes olah gerak) unt uk mengetahui kemampuan membawa beban maksimal, dan fatigue test (tes ketahanan tekanan) untuk memproyeksi usia ekonomis pesawat sebagai acuan bagi maskapai yang berminat membeli Pesawat Nurtanio. Berat beban maksimum pesawat ini saat take off mencapai 7.030 kg. Banyaknya jam terbang yang harus ditempuh selama rangkaian tes membuat Pesawat Nurtanio diperki ra kan baru bisa mendapat sertifikat pada September 2018. Setelah itulah produksi massal pesawat berkapasitas 19 penumpang ini bisa dikebut.

“Sesuai amanat Presiden, Pesawat Nur tanio harus segera dapat dipasarkan. Jadi kapasitas produksi akan di tingkatkan,” ujar Menteri Riset dan Teknologi Mohammad Nasir kepada wartawan seusai Presiden meresmikan nama Nurtanio untuk pesawat N219 di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta, kemarin.

Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu menyebutkan, beberapa perusahaan dan instansi dari dalam negeri telah berminat memesan Pesawat Nurtanio. Jumlah totalnya sekitar 200 unit. Pembeli dari Meksiko dan Thailand pun pernah mengungkapkan ketertarikannya.

Setelah Pesawat Nurtanio, PTDI dan Lapan saat ini sedang mengembangkan pesawat N219 Amfibi, N245 dan N270. Varian N219 versi amfibi merupakan saran dari Kementerian Perhubungan untuk memaksimalkan jangkauan pesawat ini kewilayah kepulauan terpencil yang tidak memiliki bandara besar seperti di wilayah Papua. Sementara itu Presiden Joko Widodo saat meresmikan nama Nurtanio untuk N219 mengatakan, Pesawat Nurtanio harus dapat dipasarkan dengan baik agar industri dirgantara Indonesia juga mampu berkembang pesat.

“Proses berikutnya adalah proses bisnis. Harus bisa masuk komersial, harus bisa masuk dunia industri,” tegas Presiden. Menurut Presiden, Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo adalah pahlawan bangsa yang telah berjuang dalam dunia dirgantara Indonesia. Nurtanio membuat pesawat pertama Indonesia berjenis antigerilya, Sikumbang, pada 1954. Dia gugur pada 21 Maret 1966 saat berumur 42 tahun dalam penerbang an uji coba pesawat Arev (Api Revolusi) yang dibuatnya dari rongsokan pesawat Super Aero buatan Cekoslowakia.

Purwarupa pertama Pesawat Nurtanio menjalani terbang perdana pada Agustus 2017 dengan rute Bandung- Jakarta. Kemarin merupakan penerbangan ketujuh pesawat tersebut. Pesawat diterbangkan dari Bandung.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang hadir mendampingi Presiden Joko Widodo menyatakan, Pesawat Nurtanio akan menjadi andalan penerbangan perintis, khususnya di daerah pegunungan, sebagai angkutan logistik dan angkutan penumpang. Akses transportasi yang semakin baik diyakini dapat menekan tingginya harga berbagai komoditas di wilayah terpencil. “Pesawat N219 dapat menjadi solusi distribusi logistik nasional untuk mendukung program jembatan udara logistik kita,” kata Rini.

Dia menilai, dengan hadirnya Pesawat Nurtanio, distribusi logistik nasional bisa berjalan lebih optimal berdampingan dengan tol laut dan infrastruktur darat. Program pembangunan N219 menandai kembalinya peran Lapan dalam dunia penerbangan. Hampir 40 tahun setelah program XT-400 (pesawat pertama Lapan), lembaga ini tidak terdengar dalam dunia penerbangan. Pengembangan N219 dimulai awal 2006 hingga 2008.

Sebelumnya Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menyatakan, N219 menjadi cikal bakal kemandirian teknologi dari bahan lokal pada masamasa mendatang. Pihaknya bersama PTDI dan berbagai pihak terkait akan bersinergi untuk mempercepat penguasaan teknologi dan produksi teknologi-teknologi kedirgantaraan.

Tenaga ahli pengembangan pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia Andi Alisjahbana mengungkapkan, pihaknya akan memproduksi dua unit purwarupa Pesawat Nurtanio untuk kepentingan uji sertifikasi. Dia belum bisa menyebutkan harga pesawat ini karena diperkirakan baru bisa dijual pada 2019.(Neneng Zubaedah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1686 seconds (0.1#10.140)