Bahas Pertanian, Puluhan Profesor IPB Diterjunkan ke Malaysia
A
A
A
BOGOR - Setelah mandek selama lebih dari tiga tahun, Ikatan Profesor Indonesia-Malaysia (IPIMA) akan kembali menggelar konferensi dan diskusi meja bundar di Serdang, Selangor, Malaysia selama tiga hari, 6-9 November 2017.
Ketua Dewan Guru Besar IPB yang juga Ketua Pengarah Panitia Forum Pertanian IPIMA 2017 Prof Dr M Yusran Massijiya menjelaskan forum ini digelar untuk kedua kalinya.
"Dewan Guru Besar IPB merupakan bagian dari kluster pertanian Asosiasi Profesor Indonesia (API) dan kluster pertanian makanan Majelis Profesor Negara (MPN) Malaysia, pada IPIMA 2013 yang digelar di Bogor sepakat mengangkat kembali rencana aksi hasil dari resolusi forum ini," kata Prof Yusram, di ruang sidang Majelis Wali Amanat (MWA), di Kampus IPB, Bogor, Jawa Barat, Kamis (02/10).
Dia menjelaskan penyelenggaraan diskusi meja bundar ini diharapkan menghasilkan agenda pembangunan pertanian berkelanjutan untuk mencapai kesejahteraan bangsa Indonesia dan Malaysia.
"Rencananya acara ini akan diikuti 16 perguruan tinggi Indonesia dengan total peserta dari Indonesia 119 orang, di mana 86 di antaranya adalah para guru besar (profesor). IPB sendiri menurunkan sekitar 48 profesor, 23 dosen dan mahasiswa," ungkapnya.
Menurut dia, pertemuan dua perhimpunan profesor Indonesia (API) dan Malaysia (MPN) sangat penting/
"Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara penghasil utama kelapa sawit, karet dan cokelat dunia. Kedua negara ini menyumbang hampir 90 persen dari jumlah produksi kelapa sawit dunia dan 32 persen dari jumlah produksi minyak dan lemak dunia," tuturnya.
Selain itu, isu penting yang akan diangkat dalam kerja sama ini antara lain adalah pertukaran ilmuwan (dosen, peneliti dan mahasiswa), konferensi bersama, kerja sama penelitian terkait perubahan iklim, pengembangan teknologi, sosial, ekonomi dan ekologi manusia.
Ketua API Prof Sofian Effendi PhD mengharapkan kedua himpunan profesor dari dua negara serumpun ini secara bersama, baik sebagai pakar maupun sebagai anggota masyarakat dapat berkontribusi dalam memecahkan permasalahan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia-Malaysia.
"IPIMA diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahkan berperan strategis dalam aksi nyata memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan nasional kedua bangsa," tandasnya.
Menurut dia, sejauh ini Indonesia dan Malaysia menghadapai permasalahan yang sama, yaitu bagaimana membuat pertanian sebagai suatu usaha menarik.
"Sehingga dapat mengurangi terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota dan sekaligus menjaga agar usaha pertanian tetap menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan bagi sumberdaya alam dan kearifan lokal," ungkapnya.
Ketua Dewan Guru Besar IPB yang juga Ketua Pengarah Panitia Forum Pertanian IPIMA 2017 Prof Dr M Yusran Massijiya menjelaskan forum ini digelar untuk kedua kalinya.
"Dewan Guru Besar IPB merupakan bagian dari kluster pertanian Asosiasi Profesor Indonesia (API) dan kluster pertanian makanan Majelis Profesor Negara (MPN) Malaysia, pada IPIMA 2013 yang digelar di Bogor sepakat mengangkat kembali rencana aksi hasil dari resolusi forum ini," kata Prof Yusram, di ruang sidang Majelis Wali Amanat (MWA), di Kampus IPB, Bogor, Jawa Barat, Kamis (02/10).
Dia menjelaskan penyelenggaraan diskusi meja bundar ini diharapkan menghasilkan agenda pembangunan pertanian berkelanjutan untuk mencapai kesejahteraan bangsa Indonesia dan Malaysia.
"Rencananya acara ini akan diikuti 16 perguruan tinggi Indonesia dengan total peserta dari Indonesia 119 orang, di mana 86 di antaranya adalah para guru besar (profesor). IPB sendiri menurunkan sekitar 48 profesor, 23 dosen dan mahasiswa," ungkapnya.
Menurut dia, pertemuan dua perhimpunan profesor Indonesia (API) dan Malaysia (MPN) sangat penting/
"Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara penghasil utama kelapa sawit, karet dan cokelat dunia. Kedua negara ini menyumbang hampir 90 persen dari jumlah produksi kelapa sawit dunia dan 32 persen dari jumlah produksi minyak dan lemak dunia," tuturnya.
Selain itu, isu penting yang akan diangkat dalam kerja sama ini antara lain adalah pertukaran ilmuwan (dosen, peneliti dan mahasiswa), konferensi bersama, kerja sama penelitian terkait perubahan iklim, pengembangan teknologi, sosial, ekonomi dan ekologi manusia.
Ketua API Prof Sofian Effendi PhD mengharapkan kedua himpunan profesor dari dua negara serumpun ini secara bersama, baik sebagai pakar maupun sebagai anggota masyarakat dapat berkontribusi dalam memecahkan permasalahan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia-Malaysia.
"IPIMA diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahkan berperan strategis dalam aksi nyata memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan nasional kedua bangsa," tandasnya.
Menurut dia, sejauh ini Indonesia dan Malaysia menghadapai permasalahan yang sama, yaitu bagaimana membuat pertanian sebagai suatu usaha menarik.
"Sehingga dapat mengurangi terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota dan sekaligus menjaga agar usaha pertanian tetap menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan bagi sumberdaya alam dan kearifan lokal," ungkapnya.
(dam)