Generasi Muda Diingatkan untuk Tidak Mudah Terhasut
A
A
A
JAKARTA - Generasi muda Indonesia diharapkan dapat memaknai peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober sebagai momentum pemuda mempersatukan generasi muda melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar terhindar dari radikalisme dan terorisme.
Generasi muda jangan mudah terhasut terhadap adanya penyebaran paham radikal yang penyebarannya masif. Apalagi sekarang ini isu-isu tentang komunisme, terorisme dan juga narkoba sudah mulai masuk dan menyebar ke tingkat sekolah.
“Inikan bicara generasi masa depan, sebagai persiapan jati diri bangsa. Generasi muda jangan mudah terpengaruh, apalagi dengan paham radikal. Kalau generasi muda kita mudah disusupi paham radikal, terorisme dan bahkan mungkin komunisme bangsa Indonesia ini bisa terpecah,” tutur anggota Komisi III DPR RI, Moreno Suprapto, di Jakarta, Jumat 27 Oktober 2017.
Moreno juga mengatakan peringatan Sumpah Pemuda juga harus dijadikan sebagai momentum bagi pemuda agar bangsa Indonesia ini tidak terpecah belah.
Pada lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, ada sekumpulan pemuda yamg menamakan dirinya young Java, young Ambon, young Sunda, young Kalimantan dan sebagainyasaat itu mereka bisa berkumpul bersama untuk bersatu.
“Dulu itu tidak ada hp (telepon selular), tidak ada aplikasi grup WA dan sebagainya, tapi mereka bisa kumpul di suatu tempat dan mereka bisa bilang dari berbagai macam suku mereka mengucapkan satu bahasa, satu bangsa yakni Indonesia. Itu bukan saja diingat tapi harus dihayati supaya bangsa ini tidak terpecah belah,” tutur mantan pembalap nasional ini
Putra mantan pembalap Tinton Suprapto itu merasa bangga karena generasi muda cukup banyak dan mempunyai potensi-potensi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Untuk itu, dia mengajak para generasi muda Indonesia berperang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
“Seperti saya saat ini berjuang di bidang politik ya berperan di bidang politik, lalu teman-teman ada berjuang di bidang budaya jadi ya berperan di bidang budaya. Jangan lah teman teman yang muda ini melihat orang itu bisa maju dan sukses lalu dia malah mau ‘menggoyang’ untuk dijatuhkan, Itu yang bisa membuat bangsa ini terbelah,” ujar politikus dari Partai Gerindra ini,
Menurut dia, dengan Sumpah Pemuda itu sudah seharusnya bangsa ini terus bersatu, apalagi pada era globalisasi ini kemajuan teknologi sudah berkembang cukup pesat bukan malah digunakan untuk hal-hal negatif yang bisa memecah belah persatuan bangsa.
“Karena dengan berkembangnya era digital yang pesat malah bisa digunakan kelompok-kelompok tertentu untuk memecah belah kita bangsa. Kalau sekarang ini bicaranya masih urusan ribut terus mau dibawa kemana pemuda Indonesia ini nantinya? Akhirnya karakter yang terbentuk ya menggoyang terus,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, peran orang tua dan guru sangat penting guna memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya.
“Paling penting itu adaah peran orang tua dalam lingkup keluarga setelah keluar dari rumah mereka kan sekolah, kan seperti itu intensitasnya. Peran pemerintah juga harus mendukung itu. Salah satunya infastruktur, gurunya juga diperhatikan kesejahteraannya, di sekolah orang tua juga tidak dibebani beli buku yang bermacam macam,” tuturnya.
Generasi muda jangan mudah terhasut terhadap adanya penyebaran paham radikal yang penyebarannya masif. Apalagi sekarang ini isu-isu tentang komunisme, terorisme dan juga narkoba sudah mulai masuk dan menyebar ke tingkat sekolah.
“Inikan bicara generasi masa depan, sebagai persiapan jati diri bangsa. Generasi muda jangan mudah terpengaruh, apalagi dengan paham radikal. Kalau generasi muda kita mudah disusupi paham radikal, terorisme dan bahkan mungkin komunisme bangsa Indonesia ini bisa terpecah,” tutur anggota Komisi III DPR RI, Moreno Suprapto, di Jakarta, Jumat 27 Oktober 2017.
Moreno juga mengatakan peringatan Sumpah Pemuda juga harus dijadikan sebagai momentum bagi pemuda agar bangsa Indonesia ini tidak terpecah belah.
Pada lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, ada sekumpulan pemuda yamg menamakan dirinya young Java, young Ambon, young Sunda, young Kalimantan dan sebagainyasaat itu mereka bisa berkumpul bersama untuk bersatu.
“Dulu itu tidak ada hp (telepon selular), tidak ada aplikasi grup WA dan sebagainya, tapi mereka bisa kumpul di suatu tempat dan mereka bisa bilang dari berbagai macam suku mereka mengucapkan satu bahasa, satu bangsa yakni Indonesia. Itu bukan saja diingat tapi harus dihayati supaya bangsa ini tidak terpecah belah,” tutur mantan pembalap nasional ini
Putra mantan pembalap Tinton Suprapto itu merasa bangga karena generasi muda cukup banyak dan mempunyai potensi-potensi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Untuk itu, dia mengajak para generasi muda Indonesia berperang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
“Seperti saya saat ini berjuang di bidang politik ya berperan di bidang politik, lalu teman-teman ada berjuang di bidang budaya jadi ya berperan di bidang budaya. Jangan lah teman teman yang muda ini melihat orang itu bisa maju dan sukses lalu dia malah mau ‘menggoyang’ untuk dijatuhkan, Itu yang bisa membuat bangsa ini terbelah,” ujar politikus dari Partai Gerindra ini,
Menurut dia, dengan Sumpah Pemuda itu sudah seharusnya bangsa ini terus bersatu, apalagi pada era globalisasi ini kemajuan teknologi sudah berkembang cukup pesat bukan malah digunakan untuk hal-hal negatif yang bisa memecah belah persatuan bangsa.
“Karena dengan berkembangnya era digital yang pesat malah bisa digunakan kelompok-kelompok tertentu untuk memecah belah kita bangsa. Kalau sekarang ini bicaranya masih urusan ribut terus mau dibawa kemana pemuda Indonesia ini nantinya? Akhirnya karakter yang terbentuk ya menggoyang terus,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, peran orang tua dan guru sangat penting guna memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya.
“Paling penting itu adaah peran orang tua dalam lingkup keluarga setelah keluar dari rumah mereka kan sekolah, kan seperti itu intensitasnya. Peran pemerintah juga harus mendukung itu. Salah satunya infastruktur, gurunya juga diperhatikan kesejahteraannya, di sekolah orang tua juga tidak dibebani beli buku yang bermacam macam,” tuturnya.
(dam)