Politikus PKS: Politik Negara Lahir Sejak Tumbangnya Orde Baru
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan, dirinya tidak memiliki pengalaman berpolitik. Pengalaman politiknya adalah politik bernegara. Hal itu disampaikan Gatot dalam sambutan Hari Jadi TNI ke-72 beberapa waktu lalu.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasir Djamil menilai, politik negara hadir pasca tumbangnya rezim Orde Baru. Menurutnya, saat Reformasi 98, militer atau TNI tidak lagi memiliki fungsi politik alias Dwi Fungsi.
"Masuk profesional. Kita punya pengalaman buruk dengan dwifungsi. Mereka berkuasa dan menguasai, itu menimbulkan dampak buruk dalam demokratisasi di Indonesia," ujar Nasir dalam diskusi Polemik SindoTrijaya FM, di Cikini, Jakarta, Sabtu (7/10/2017).
Menurut Nasir, terkait sepak terjang Panglima TNI memang ada kesan melakukan manuver politik. Maklum, Panglima merupakan figur pemegang komando. Sehingga apa yang menjadi ucapan dan perhatian kerap menjadi perhatian publik.
Apalagi, sambung anggota Komisi III ini, Gatot pernah hadir dalam sejumlah aksi yang dilakukan umat Islam, di samping juga ikut mengomentari fenomena politik yang terjadi saat itu.
"Dalam pandangan saya apa yang dilakukan panglima sebenarnya bukan sesuatu yang asing. Sebagai bagian dari tanggungjawabnya sebagai warga negara di samping sebagai prajurit dan panglima tentu harus merespons fenomena di negri ini. Jadi tidak cukup kapuspen yang bicara," pungkasnya.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasir Djamil menilai, politik negara hadir pasca tumbangnya rezim Orde Baru. Menurutnya, saat Reformasi 98, militer atau TNI tidak lagi memiliki fungsi politik alias Dwi Fungsi.
"Masuk profesional. Kita punya pengalaman buruk dengan dwifungsi. Mereka berkuasa dan menguasai, itu menimbulkan dampak buruk dalam demokratisasi di Indonesia," ujar Nasir dalam diskusi Polemik SindoTrijaya FM, di Cikini, Jakarta, Sabtu (7/10/2017).
Menurut Nasir, terkait sepak terjang Panglima TNI memang ada kesan melakukan manuver politik. Maklum, Panglima merupakan figur pemegang komando. Sehingga apa yang menjadi ucapan dan perhatian kerap menjadi perhatian publik.
Apalagi, sambung anggota Komisi III ini, Gatot pernah hadir dalam sejumlah aksi yang dilakukan umat Islam, di samping juga ikut mengomentari fenomena politik yang terjadi saat itu.
"Dalam pandangan saya apa yang dilakukan panglima sebenarnya bukan sesuatu yang asing. Sebagai bagian dari tanggungjawabnya sebagai warga negara di samping sebagai prajurit dan panglima tentu harus merespons fenomena di negri ini. Jadi tidak cukup kapuspen yang bicara," pungkasnya.
(pur)