Belanja Oleh-oleh Sepuasnya di Kebun Kurma Ar-Raddadi

Jum'at, 29 September 2017 - 08:28 WIB
Belanja Oleh-oleh Sepuasnya di Kebun Kurma Ar-Raddadi
Belanja Oleh-oleh Sepuasnya di Kebun Kurma Ar-Raddadi
A A A
MADINAH - Wisata ziarah ke situs sejarah Islam menjadi agenda wajib jamaah haji Indonesia saat berada di Kota Mekkah, Arab Saudi. Nah di sela-sela waktu ziarah itu, jamaah haji singgah ke perkebunan kurma.

Tujuannya apa lagi kalau bukan belanja! Salah satu kebun kurma yang kerap dikunjungi adalah kebun milik keluarga Ar-Raddadi. Kebun yang terletak di Jalan Uyun ini ramai dikunjungi jamaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Biasanya jemaah akan mampir ke kebun ini seusai ziarah ke Jabal Uhud. M Nasrul Hamdi, Manajer Kebun ar-Raddadi Madinah menuturkan, kebun kurma tersebut dibuka bagi jamaah sejak lima tahun terakhir. Awalnya, kebun ini hanya kebun biasa yang tertutup buat orang luar.

Namun atas masukan jamaah haji, keluarga ar-Raddadi akhirnya memutuskan kebun kurmanya terbuka untuk umum. Ar-Raddadi juga membangun toko sebagai pusat penjualan hasil kebun di dalam kompleks kebuhnya.

“Selain menikmati wisata kebun kurma, jamaah juga dapat langsung membeli kurma hasil kebun ini,” ajak Hamdi, orang kepercayaan keluarga ar-Raddadi.

Kebun seluas dua hektare itu hampir tiap hari didatangi pengunjung atau pembeli kurma. Jumlah mereka bakal melonjak di musim haji seperti sekarang.

Terdapat 400 pohon kurma dari 20 jenis di kebun milik keluarga Badui bernama Muhammad Hasan ar-Raddadi tersebut. Tak hanya satu kebun, keluarga ar-Raddadi juga punya kebun-kebun kurma lain di luar Kota Madinah. Keluarga ini diklaim termasuk keluarga hartawan dan terpandang di Madinah.

Menurut Hamdi, yang paling laris dan paling diminati jamaah haji adalah kurma ajwa atau kurma “Nabi”. Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mengonsumsi kurma ini dengan jumlah ganjil tiap hari.

Selain itu, kurma Ajwa diyakini dapat dapat dijadikan obat. “Diyakini dapat menangkal sihir dan racun,” kata lelaki kelahiran Pulau Lombok itu seraya menyitir hadis Nabi, “Barang siapa yang makan kurma Ajwa tujuh butir sehari, maka dia akan terlindung dari sihir dan racun.”

Jamaah memang sengaja membeli kurma ajwa untuk dijadikan obat. Hamdi menceritakan, pernah ada jamaah umrah Indonesia yang jadi korban santet. Dia dan adiknya datang ke kebun untuk membeli kurma ajwa.

Si jamaah kemudian diminta memakan kurma dalam jumlah ganjil. “Baru makan tiga butir saja yang bersangkutan langsung teriak-teriak. Badannya panas. Itu pertanda kurma ajwa bereaksi terhadap santet,” klaimnya.

Bahkan ada seorang jamaah Malaysia ngamuk-ngamuk begitu tiba di kebun. Ketika diberi kurma ajwa, dia langsung diam. “Soal khasiat kurma ini ada di hadis shahih, jadi tak perlu diragukan lagi,” tegasnya.

Kebun kurma tersebut memperkerjakan 30 orang dan 10 di antaranya adalah warga Indonesia. Sisanya, tujuh dari India, Pakistan dan yang lain adalah pekerja lokal atau warga Saudi.

Sekadar informasi, kurma termasuk salah satu tumbuhan yang jarang berbuah. Dia hanya bisa dipanen setahun sekali. Kurma di kebun ar-Raddadi pun demikian, hanya dipanen saat bulan Ramadan. Per pohon menghasilkan 25–30 kilogram kurma.

Sebagaimana halnya tanaman lain, pohon kurma juga harus mendapatkan perawatan khusus. Setelah selesai musim haji selesai, pekerja di kebun akan rutin menyiram dan memupuki pohon kurma. Dan saat pohon mulai berbuah, mereka menyemprotkan pembasmi hama untuk menjaga buah kurma tetap ranum dan segar.

Harga per kilo kurma di kebun atau toko ar-Raddadi bervariasi, tergantung jenisnya. Kurma ajwa misalnya, dijual mulai 50-80 riyal Arab Saudi. Jenis lain juga sama harganya, mulai 30-50 riyal. Kurma produksi kebun ini diekspor ke sejumlah negara Timur Tengah dan Asia, termasuk Indonesia.


Kunjungan Menyenangkan


Jamaah haji Kloter SOC 69, Muhammad Rohaini mengaku senang dengan kegiatan wisata tersebut. Dikatannya, kunjungan wisata dari satu kebun ke kebun lain di Madinah sangat menarik.

"Sebab kurma menjadi oleh-oleh favorit jamaah. Rata-rata jemaah membeli kurma sebanyak 5-50 kilogram dari satu kebun kurma," ujarnya.

Tetapi ada kendala di bagian pengiriman. Jamaah hanya dibatasi membawa maksimal 20 kilogram kurma. Jika tak dibatasi, mereka pasti membeli kurma dalam jumlah lebih banyak.

Dia juga berharap Pemerintah Arab Saudi mau membuka lagi kebun-kebun kurma yang lain untuk dikunjungi peziarah atau jamaah haji. Tak hanya satu atau dua kebun saja.

Kebetulan jamaah SOC 69 mengunjungi dua kebun kurma. Kedatangan ke kebun ar-Raddadi adalah kunjungan kedua. "Jamaah kami sangat puas dengan kunjungan ini. Dan mereka kami pasti membeli kurma dari kebun-kebun yang dikunjungi," bebernya.

Selain kurma, toko ar-Raddadi juga menjual aneka cokelat dan manisan. Sejumlah jamaah haji Indonesia tampak sibuk memilih aneka cokelat yang tersaji di atas meja.

Hj Erna, jemaah asal Banten, misalnya. Dia termasuk salah satu yang terlihat sibuk memilih dan menawar cokelat dari penjaga toko. "Tempatnya bagus. Senang bisa milih dan nyicipin. Harganya juga masih standar," katanya.

Erna dan suami sengaja membeli kurma dan cokelat sebagai oleh-oleh buat keluarga dan kerabat di Tanah Air. Selain jamaah haji Indonesia, jemaah haji dari negara lain seperti Pakistan, Afghanistan, India, Bangladesh, dan Malaysia juga tampak mengerubungi kebun dan toko kurma ar-Raddadi.

Abdul Lathif Muhammad, jamaah haji asal Kuala Lumpur, Malaysia merasa senang bisa mampir ke kebun kurma yang sejuk nan rindang. Lelaki Melayu ini tak menyangka jika di kawasan tandus Arabia terdapat kebun-kebun kurma yang adem. Tak ubahnya kebun-kebun di Malaysia atau Indonesia.

Lathif pun berniat membeli kurma dalam jumlah banyak namun khawatir tak bisa dibawa naik pesawat. "Kata ustaz, kami bisa bawa 30–50 kilogram. Tapi tak tahu juga. Masih belum dikonfirmasi berapa sebenarnya yang boleh dibawa. Kami masih menunggu dulu," ujarnya.

Jamaah yang berkunjung ke kebun bersama istrinya itu memang berharap membawa kurma dalam jumlah banyak. “Sementara kami beli 5 kilogram kurma dulu. Tak hanya ajwa, tapi campur-campur. Kalau sudah ada kepastian soal maksimal berat kargo, baru kami beli lagi,” tambahnya.

Dikatakannya, jamaah Malaysia hanya tinggal 39 hari di Tanah Suci, di Mekkah dan Madinah. Cuma beda sehari dengan jemaah Indonesia yang berada di Tanah Suci hingga 40 hari. "Kami tinggal hingga 31 hari di Mekkah, sementara di Madinah hanya delapan hari," katanya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8368 seconds (0.1#10.140)