Mulai Besok Jamaah Gelombang Dua Didorong ke Madinah
A
A
A
MEKKAH - Jamaah haji gelombang pertama sudah mulai dipulangkan ke Tanah Air mulai 6 September lalu. Sementara jamaah haji gelombang kedua yang tiba di Arab Saudi melalui Bandara King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah digeser ke Madinah mulai besok, Selasa (12/9/2017).
Petugas Daerah Kerja (Daker) Mekkah pun menggelar rapat guna mengecek kesiapan akhir persiapan pemberangkatan jamaah ke Bumi Nabi. Kadaker Mekkah, Nasrullah Jasam mengatakan, rapat digelar untuk memastikan semua Kepala Sektor sudah mendapatkan jadwal keberangkatan ke Madinah.
“Rapat juga untuk memastikan kembali semua nomor kontrak, baik kontrak bus maupun kontrak hotel di Madinah, sudah ter-input sehingga ketika menjelang keberangkatan tidak ada kendala lagi,” kata Nasrullah di Mekkah, Senin (11/9/2017).
Menurut Nasrullah, ada perbedaan antara pemberangkatan jamaah dari Mekkah ke Jeddah dan ke Madinah. Kalau ke Jeddah, petugas hanya fokus pada penyiapan dokumen jamaah. “Jika dokumen lengkap, tanpa ada akad akomodasi, jamaah bisa berangkat ke Jeddah,” ujarnya.
Namun kalau ke Madinah, di samping dokumen juga harus dipastikan sistim e-Hajj di Muassasah Adilla harus sudah disetujui. Kalau mereka sudah menyetujui dan sistimnya sudah memungkinkan, maka jamaah bisa berangkat ke Madinah.
Sistem yang dimaksud terkait layanan akomodasi dan transportasi. Jika keduanya sudah disetujui, berarti sudah jelas bus yang akan membawa jamaah menuju Madinah. Begitu juga dengan hotel yang akan menjadi tempat tinggal jamaah selama di Madinah, sebelum didorong ke Tanah Air.
Hal lain yang menjadi fokus bahasan rapat adalah terkait akurasi keberangkatan. Nasrullah mengatakan, pemberangkatan ke Madinah harus benar-benar tepat waktu, tidak boleh terlalu cepat dan juga tidak boleh terlambat. “Kalau terlalu cepat, bisa jadi hotelnya belum siap. Tapi kalau terlambat, bisa jadi berakibat pada proses arbain yang kurang,” ujarnya.
Sebab check out hotel di Madinah berdasarkan keberangkatan ke Tanah Air. Sekitar 4-5 jam sebelum take off, jamaah sudah harus keluar dari hotel. “Dalam konteks pelaksanaan arbain, maka harus dipaskan betul keberangkatan dari Mekkah menuju Madinah,” tuturnya.
Jamaah haji Indonesia akan berada di Madinah selama 8–9 hari guna menjalani ibadah arbain, yaitu salat wajib 40 wajib waktu berjamaah di Masjid Nabawi secara berturut-turut.
Sebanyak 16 kloter dijadwalkan akan tiba di Madinah pada 12 September mendatang, yaitu tiga kloter dari Embarkasi Surabaya (SUB 44–46), dan empat kloter Embarkasi Solo (SOC 48–51). Selanjutnya empat kloter Embarkasi Jakarta–Bekasi (JKS 48–51), masing-masing satu kloter dari Embarkasi Batam (BTH 14), Embarkasi Palembang (PLM 09), Jakarta–Pondok Gede (JKG 30), Embarkasi Padang (PDG 14), dan Embarkasi Lombok (LOP 01).
Petugas Daerah Kerja (Daker) Mekkah pun menggelar rapat guna mengecek kesiapan akhir persiapan pemberangkatan jamaah ke Bumi Nabi. Kadaker Mekkah, Nasrullah Jasam mengatakan, rapat digelar untuk memastikan semua Kepala Sektor sudah mendapatkan jadwal keberangkatan ke Madinah.
“Rapat juga untuk memastikan kembali semua nomor kontrak, baik kontrak bus maupun kontrak hotel di Madinah, sudah ter-input sehingga ketika menjelang keberangkatan tidak ada kendala lagi,” kata Nasrullah di Mekkah, Senin (11/9/2017).
Menurut Nasrullah, ada perbedaan antara pemberangkatan jamaah dari Mekkah ke Jeddah dan ke Madinah. Kalau ke Jeddah, petugas hanya fokus pada penyiapan dokumen jamaah. “Jika dokumen lengkap, tanpa ada akad akomodasi, jamaah bisa berangkat ke Jeddah,” ujarnya.
Namun kalau ke Madinah, di samping dokumen juga harus dipastikan sistim e-Hajj di Muassasah Adilla harus sudah disetujui. Kalau mereka sudah menyetujui dan sistimnya sudah memungkinkan, maka jamaah bisa berangkat ke Madinah.
Sistem yang dimaksud terkait layanan akomodasi dan transportasi. Jika keduanya sudah disetujui, berarti sudah jelas bus yang akan membawa jamaah menuju Madinah. Begitu juga dengan hotel yang akan menjadi tempat tinggal jamaah selama di Madinah, sebelum didorong ke Tanah Air.
Hal lain yang menjadi fokus bahasan rapat adalah terkait akurasi keberangkatan. Nasrullah mengatakan, pemberangkatan ke Madinah harus benar-benar tepat waktu, tidak boleh terlalu cepat dan juga tidak boleh terlambat. “Kalau terlalu cepat, bisa jadi hotelnya belum siap. Tapi kalau terlambat, bisa jadi berakibat pada proses arbain yang kurang,” ujarnya.
Sebab check out hotel di Madinah berdasarkan keberangkatan ke Tanah Air. Sekitar 4-5 jam sebelum take off, jamaah sudah harus keluar dari hotel. “Dalam konteks pelaksanaan arbain, maka harus dipaskan betul keberangkatan dari Mekkah menuju Madinah,” tuturnya.
Jamaah haji Indonesia akan berada di Madinah selama 8–9 hari guna menjalani ibadah arbain, yaitu salat wajib 40 wajib waktu berjamaah di Masjid Nabawi secara berturut-turut.
Sebanyak 16 kloter dijadwalkan akan tiba di Madinah pada 12 September mendatang, yaitu tiga kloter dari Embarkasi Surabaya (SUB 44–46), dan empat kloter Embarkasi Solo (SOC 48–51). Selanjutnya empat kloter Embarkasi Jakarta–Bekasi (JKS 48–51), masing-masing satu kloter dari Embarkasi Batam (BTH 14), Embarkasi Palembang (PLM 09), Jakarta–Pondok Gede (JKG 30), Embarkasi Padang (PDG 14), dan Embarkasi Lombok (LOP 01).
(poe)