Inspiratif, Kakek Ini Berhaji Berkat Nabung dari Narik Becak 20 Tahun
A
A
A
MEKKAH - Punya banyak uang dan badan sehat bukan jaminan seseorang bisa berhaji. Ini karena haji adalah panggilan. Demikian pesan bijak yang sering didengar.
Jadi orang tak mampu secara materi, tapi punya niat kuat bertamu ke Baitullah, bukan tidak mungkin menerima undangan-Nya. Salah satunya adalah Maksum Sapii Bunet bin Wahab.
Secara materi, kakek 79 tahun asal Madura, Jawa Timur (Jatim) ini jauh dari kesan mampu. Maklum, profesinya adalah tukang becak dengan penghasilan harian yang tidak menentu. Adakalanya sampai Rp50.000, tapi tdak jarang juga jauh dari jumlah tu.
Kondisi ini tidak menyurutkan niatnya untuk berhaji. Pelajaran rukun iman yang didapatnya sewaktu kecil, menjadi pondasi dasar akan keyakinannya untuk menunaikan rukun Islam kelima ini.
"Saya dulu ngaji arkanul iman (rukun iman). Satu, harus percaya kepada Allah, baik dan buruknya takdir Allah," ujarnya saat ditemui di hotel 605 tempatnya menginap yang berada di wilayah Syisyah, Mekkah, kemarin.
Kedua, dirinya meyakini pesan ayat Surat Yasin, innama amruhu idza arada syaian an yaquula lahu kun fayakun. "Kalau Allah menghendaki, tidak ada yang bisa menghalangi. Saya percaya itu," sambungnya
Dia menegaskan, kuncinya adalah percaya kepada Allah, lalu berusaha sambil meminta. "Kalau Allah menakdirkan, saya yakin. Kalau Allah menghendaki, saya akan berangkat," katanya lagi.
Kepercayaan akan kekuasaan Allah adalah pondasi utama. Selanjutnya, Maksum berusaha untuk mewujudkan niatnya berhaji di Baitullah. Dengan becak, Maksum mencari nafkah untuk dirinya yang kini sudah tidak lagi direpoti anak-anaknya.
Enam dari 14 anaknya yang masih hidup sudah mempunyai kehidupan sendiri-sendiri. Maka jika masih ada sisa dari hasil menarik becak, Maksum mengumpulkannya sampai 20 tahun hingga dia bisa mendaftar haji pada 2010 lalu.
"Saya nabung sedikit demi sedikit. Sebab, pendapatannya tidak tentu, kadang dapat Rp50.000, kadang kurang," kenangnya.
Maksum biasa narik becak di Pasar Atum Surabaya, Jatim. "Nariknya tiap hari, tapi kalau nabungnya tidak tentu," ujarnya.
Setelah menunggu selama tujuh tahun, Maksum bisa berangkat haji tahun ini. Tergabung dalam 77 Kloter 6 Embarkasi Surabaya (SUB 06), dia mengaku bahagia dan kaget bisa memenuhi panggilan Allah, sesuai yang dicitakannya sejak lama.
"Alhamdulillah. Sampai di sini juga. Saya merasa kagum dan kaget," tuturnya dalam bahasa Jawa.
Maksum mengaku sampai sekarang masih menarik becak, meski usianya sudah mulai senja. Sepulang haji, dia juga mengaku ingin terus menarik becak, karena profesi itu yang selama ini dijalaninya.
"Setelah haji, tetap narik becak. Kalau masih kuat kerja, masih pengin terus agar tidak merepotkan anak. Kita ke sini kehendak Allah. Kalau Allah tidak menghendaki ya tidak bisa,” tutupnya.
Selamat menunaikan ibadah haji. Semoga Maksum beroleh haji mabrur. Amin.
Jadi orang tak mampu secara materi, tapi punya niat kuat bertamu ke Baitullah, bukan tidak mungkin menerima undangan-Nya. Salah satunya adalah Maksum Sapii Bunet bin Wahab.
Secara materi, kakek 79 tahun asal Madura, Jawa Timur (Jatim) ini jauh dari kesan mampu. Maklum, profesinya adalah tukang becak dengan penghasilan harian yang tidak menentu. Adakalanya sampai Rp50.000, tapi tdak jarang juga jauh dari jumlah tu.
Kondisi ini tidak menyurutkan niatnya untuk berhaji. Pelajaran rukun iman yang didapatnya sewaktu kecil, menjadi pondasi dasar akan keyakinannya untuk menunaikan rukun Islam kelima ini.
"Saya dulu ngaji arkanul iman (rukun iman). Satu, harus percaya kepada Allah, baik dan buruknya takdir Allah," ujarnya saat ditemui di hotel 605 tempatnya menginap yang berada di wilayah Syisyah, Mekkah, kemarin.
Kedua, dirinya meyakini pesan ayat Surat Yasin, innama amruhu idza arada syaian an yaquula lahu kun fayakun. "Kalau Allah menghendaki, tidak ada yang bisa menghalangi. Saya percaya itu," sambungnya
Dia menegaskan, kuncinya adalah percaya kepada Allah, lalu berusaha sambil meminta. "Kalau Allah menakdirkan, saya yakin. Kalau Allah menghendaki, saya akan berangkat," katanya lagi.
Kepercayaan akan kekuasaan Allah adalah pondasi utama. Selanjutnya, Maksum berusaha untuk mewujudkan niatnya berhaji di Baitullah. Dengan becak, Maksum mencari nafkah untuk dirinya yang kini sudah tidak lagi direpoti anak-anaknya.
Enam dari 14 anaknya yang masih hidup sudah mempunyai kehidupan sendiri-sendiri. Maka jika masih ada sisa dari hasil menarik becak, Maksum mengumpulkannya sampai 20 tahun hingga dia bisa mendaftar haji pada 2010 lalu.
"Saya nabung sedikit demi sedikit. Sebab, pendapatannya tidak tentu, kadang dapat Rp50.000, kadang kurang," kenangnya.
Maksum biasa narik becak di Pasar Atum Surabaya, Jatim. "Nariknya tiap hari, tapi kalau nabungnya tidak tentu," ujarnya.
Setelah menunggu selama tujuh tahun, Maksum bisa berangkat haji tahun ini. Tergabung dalam 77 Kloter 6 Embarkasi Surabaya (SUB 06), dia mengaku bahagia dan kaget bisa memenuhi panggilan Allah, sesuai yang dicitakannya sejak lama.
"Alhamdulillah. Sampai di sini juga. Saya merasa kagum dan kaget," tuturnya dalam bahasa Jawa.
Maksum mengaku sampai sekarang masih menarik becak, meski usianya sudah mulai senja. Sepulang haji, dia juga mengaku ingin terus menarik becak, karena profesi itu yang selama ini dijalaninya.
"Setelah haji, tetap narik becak. Kalau masih kuat kerja, masih pengin terus agar tidak merepotkan anak. Kita ke sini kehendak Allah. Kalau Allah tidak menghendaki ya tidak bisa,” tutupnya.
Selamat menunaikan ibadah haji. Semoga Maksum beroleh haji mabrur. Amin.
(maf)