Gerindra Beberkan Kesombongan Viktor Laiskodat dan Ahok
A
A
A
JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Nadem, Fiktor Bungtilu Laiskodat memiliki kesamaan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta. Keduanya sama-sama tidak menyesal setelah mengeluarkan pernyataan yang menyinggung khalayak ramai.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Iwan Sumule mengatakan, sikap kedua orang ini sangat disesalkan. Padahal kata maaf adalah satu kata yang sangat berarti dan kadang dapat menghapus amarah dan dapat mendamaikan.
"Tapi ada satu hal yang sangat disayangkan, yaitu tak ada penyesalan atau pun ungkapan penyesalan yang terucap," ujar Iwan kepada SINDOnews, Kamis (10/8/2017).
Dia mengungkapkan, Ahok dalam pidatonya di Pilkada DKI Jakarta menyinggung surat Al Maidah ayat 51. Pernyataan itu sangat menyakiti umat muslim. Sementara Viktor Bungtilu Laiskodat, kata dia dalam acara deklarasi calon Bupati Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) 1 Agustus lalu juga menyakiti sejumlah pihak.
Viktor Bungtilu Laiskodat, kata dia saat pidato menuding sebuah kelompok Islam sebagai kelompok ektrimis yang ingin wujudkan negara khilafah. Viktor Bungtilu Laiskodat lanjut dia juga memfitnah Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai pendukung kelompok ektrimis yang ingin mewujudkan negara khilafah.
Bahkan, tuturnya, masih dalam pidato yang sama Viktor Bungtilu Laiskodat juga menghasut rakyat untuk saling bunuh. Dia juga menyayangkan akibat kesombongan yang mengalahkan kata maaf membuat Partai Nasdem melakukan pembelaan dan pembenaran terhadap pidato kadernya, Viktor Bungtilu Laiskodat. (Baca: Merasa Tak Bersalah, Nasdem Enggan Minta Maaf Soal Pidato Viktor)
"Tapi sangat disayangkan, tak ada juga rasa penyesalan dan ungkapan penyesalan yang terucap seperti halnya Ahok ketika itu," ucapnya.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Iwan Sumule mengatakan, sikap kedua orang ini sangat disesalkan. Padahal kata maaf adalah satu kata yang sangat berarti dan kadang dapat menghapus amarah dan dapat mendamaikan.
"Tapi ada satu hal yang sangat disayangkan, yaitu tak ada penyesalan atau pun ungkapan penyesalan yang terucap," ujar Iwan kepada SINDOnews, Kamis (10/8/2017).
Dia mengungkapkan, Ahok dalam pidatonya di Pilkada DKI Jakarta menyinggung surat Al Maidah ayat 51. Pernyataan itu sangat menyakiti umat muslim. Sementara Viktor Bungtilu Laiskodat, kata dia dalam acara deklarasi calon Bupati Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) 1 Agustus lalu juga menyakiti sejumlah pihak.
Viktor Bungtilu Laiskodat, kata dia saat pidato menuding sebuah kelompok Islam sebagai kelompok ektrimis yang ingin wujudkan negara khilafah. Viktor Bungtilu Laiskodat lanjut dia juga memfitnah Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai pendukung kelompok ektrimis yang ingin mewujudkan negara khilafah.
Bahkan, tuturnya, masih dalam pidato yang sama Viktor Bungtilu Laiskodat juga menghasut rakyat untuk saling bunuh. Dia juga menyayangkan akibat kesombongan yang mengalahkan kata maaf membuat Partai Nasdem melakukan pembelaan dan pembenaran terhadap pidato kadernya, Viktor Bungtilu Laiskodat. (Baca: Merasa Tak Bersalah, Nasdem Enggan Minta Maaf Soal Pidato Viktor)
"Tapi sangat disayangkan, tak ada juga rasa penyesalan dan ungkapan penyesalan yang terucap seperti halnya Ahok ketika itu," ucapnya.
(kur)