Menteri Yohana Optimistis Tahun 2030 Indonesia Negara Layak Anak
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise optimistis, Indonesia bisa mencapai status negara layak anak (Indonesia Layak Anak) di tahun 2030.
Menteri Yohana menyampaikan hal itu dalam sambutan perayaan Hari Anak Nasional di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Syaratnya, kata dia pemerintah dan masyarakat harus senantiasa
berjalan bersama sama.
"Saya yakin, jika Pemerintah mampu bekerja bersama masyarakat, maka Indonesia Layak Anak (ILA) akan tercapai pada tahun 2030 dan Kabupaten Biak Numfor menjadi Kabupaten/Kota Layak
Anak," ujar Menteri Yohana di Lapangan Putra Angkasa, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua seperti tertuang dalam rilis kementrian PPPA, Rabu (9/8/2017).
Dalam perayaan itu digelar juga Dialog Penguatan Ketahanan Keluarga dalam Upaya Meningkatkan Ekonomi Keluarga serta Pelatihan Kewirausahaan bagi perempuan lanjut usia.
Bersama anak-anak, Menteri Yohana menari sekaligus menyanyikan lagu Apuse. Lagu khas masyarakat Papua yang bercerita tentang perpisahan seorang anak dari orang tua karena menuntut ilmu.
Untuk mewujudkan perlindungan anak, Yohana menghimbau pemerintah setempat harus senantiasa mempererat kerja sama dengan masyarakat. Kerja sama diharapkan juga mampu meningkatkan ekonomi kekuarga, khususnya bagi perempuan lansia.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan penyerahan penghargaan terkait keberadaan Taman Ramah Anak di Kabupaten Biak. Penghargaan ini merupakan pertama kalinya di wilayah Propinsi Papua.
Secara simbolis juga dilakukan penyerahan sebanyak 2017 akta kelahiran anak. "Ini merupakan beberapa indikator dari sebuah Kabupaten Ramah Anak (KRA)," paparnya.
Yohana juga menyinggung aspirasi yang disampaikan perwakilan Forum Anak Nasional (FAN). Bahwa proses pengambilan keputusan pembangunan yang dilakukan pemerintah, khususnya Biak
Numfor, hendaknya mempertimbangkan suara, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan anak. Diakui hal itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap perencanaan proses pembangunan. Adapun permasalahan yang mendera anak anak berasal dari ketidaksesuaian pola pengasuhan keluarga.
Yohana mengingatkan hal itu kepada para orang tua. Diakui tidak mudah menurunkan angka kekerasan anak, termasuk keterlibatan anak pada minuman keras di Papua. "Namun dengan komitmen dan kerjasama antara Pemerintah dan masyarakat, mata rantai kekerasan pada anak dapat diputuskan," tegasnya.
Menteri Yohana menyampaikan hal itu dalam sambutan perayaan Hari Anak Nasional di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Syaratnya, kata dia pemerintah dan masyarakat harus senantiasa
berjalan bersama sama.
"Saya yakin, jika Pemerintah mampu bekerja bersama masyarakat, maka Indonesia Layak Anak (ILA) akan tercapai pada tahun 2030 dan Kabupaten Biak Numfor menjadi Kabupaten/Kota Layak
Anak," ujar Menteri Yohana di Lapangan Putra Angkasa, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua seperti tertuang dalam rilis kementrian PPPA, Rabu (9/8/2017).
Dalam perayaan itu digelar juga Dialog Penguatan Ketahanan Keluarga dalam Upaya Meningkatkan Ekonomi Keluarga serta Pelatihan Kewirausahaan bagi perempuan lanjut usia.
Bersama anak-anak, Menteri Yohana menari sekaligus menyanyikan lagu Apuse. Lagu khas masyarakat Papua yang bercerita tentang perpisahan seorang anak dari orang tua karena menuntut ilmu.
Untuk mewujudkan perlindungan anak, Yohana menghimbau pemerintah setempat harus senantiasa mempererat kerja sama dengan masyarakat. Kerja sama diharapkan juga mampu meningkatkan ekonomi kekuarga, khususnya bagi perempuan lansia.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan penyerahan penghargaan terkait keberadaan Taman Ramah Anak di Kabupaten Biak. Penghargaan ini merupakan pertama kalinya di wilayah Propinsi Papua.
Secara simbolis juga dilakukan penyerahan sebanyak 2017 akta kelahiran anak. "Ini merupakan beberapa indikator dari sebuah Kabupaten Ramah Anak (KRA)," paparnya.
Yohana juga menyinggung aspirasi yang disampaikan perwakilan Forum Anak Nasional (FAN). Bahwa proses pengambilan keputusan pembangunan yang dilakukan pemerintah, khususnya Biak
Numfor, hendaknya mempertimbangkan suara, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan anak. Diakui hal itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap perencanaan proses pembangunan. Adapun permasalahan yang mendera anak anak berasal dari ketidaksesuaian pola pengasuhan keluarga.
Yohana mengingatkan hal itu kepada para orang tua. Diakui tidak mudah menurunkan angka kekerasan anak, termasuk keterlibatan anak pada minuman keras di Papua. "Namun dengan komitmen dan kerjasama antara Pemerintah dan masyarakat, mata rantai kekerasan pada anak dapat diputuskan," tegasnya.
(maf)