Mengenal MV Iriana, Kapal Canggih yang Terinspirasi Ibu Negara
A
A
A
JAKARTA - Indonesia patut bangga memiliki lautan yang luas. Beragam kapal berlabuh dan melintas di perairan negeri ini.
Berdasarkan atas fakta tersebut, tidak heran Presiden Jokowi kemudian mencanangkan Indonesia sebagai poros maritim dunia
Menyikapi hal itu, pada tahun 2016 lalu pengusaha pelayaran dan galangan kapal, Haneco W Laurenzi membuat kapal vehicle atau kapal listrik pertama di Indonesia.
Adapun kapal tersebut bernama MV Iriana, kapal yang mengangkut semen curah pertama di Indonesia. "Di dunia cuma ada tiga negara yang punya, Japan dan Taiwan. Indonesia sendiri patut bangga karena menjadi salah satunya," tutur Haneco saat ditemui di Pecenongan, Jakarta Pusat, Senin 7 Agustus 2017 siang.
CEO PT Andhalas Bahtera Baruna ini memaparkan kapal ini sudah lebih dari setahun berlayar di perairan Indonesia. Kapal ini diluncurkan pertama kali 25 Maret 2016. Berbagai tempat telah disinggahi kapal ini, antara lain Batam, Tuban, hingga Tanjung Priok.
Kapal yang saat ini dalam perjalanan menuju Tuban ini telah dikontrak salah satu produsen semen, PT Holchim. Sejak awal dibuat, Haneco mengatakan pihaknya telah merancang kapal itu menggunakan listrik. Selain dianggap lebih efisien, penggunaan listrik ini mampu mengurangi biaya operasional serta dinilai cukup ramah lingkungan.
Bila disandingkan dengan kendaraan darat, Haneco menyakini kapal ini seperti teknologi hybrid pada mobil. "Jadi kita gunakan genset yang mengalirkan listrik, listrik kemudian menjadi motor menggerakan turbin. Kalau kapal lain kan menggunakan piston," tutur pria asal Padang ini menjelaskan.
Untuk proses pembangunan dan perakitan, Haneco mengaku membutuhkan waktu lebih dari satu tahun dengan nilai investasi USD20 juta dan mengerahkan 800 tenaga kerja WNI kapal ini kemudian siap berlabuh melalui galangan kapal di Batam. Sejauh ini belum ada satu kecelakaan yang dialami kapal ini.
Penggunaan nama iriana
Mengenai penamaan kapal tersebut, Haneco mengungkapkan nama Iriana tercetus karena melihat sosok Ibu Negara Iriana Jokowi yang berperan cukup baik mendampingi Presiden.
Terlebih selama ini dirinya kerap menggunakan nama perempuan di sejumlah kapal kapalnya. "Yang paling sentral adalah pengaruh para pembuat kapal yang menyodorkan saya nama Iriana. Setelah melakukan berbagai pertimbangan, akhirnya saya putuskan pakai nama itu," tuturnya.
Kapal ini memiliki panjang sekitar 117 meter dengan lebar 25 meter dan draft 6,5 meter. Sementara untuk daya angkut bisa mencapai 10 ribu ton. Artinya efektivitas akan lebih di jamin bila menggunakan angkutan truk darat.
"Coba kalau angkut semen sebanyak itu, berapa truk yang harus dikonvoi," ucapnya.
Pertimbangan lain menyandangkan nama Iriana untuk kapal tersebut adalah sebagai bentuk terima kasih kepada kebijakan Presiden yang concern terhadap maritim Indonesia. Terlebih dalam beberapa kebijakannya, Jokowi menciptakan tol laut yang kemudian memangkas ongkos transportasi antarpulau.
Pada Hari Kemerdekaan RI yang ke-72. Haneco berharap pemerintah lebih serius dalam mengembangkan kemaritiman. Selain memberikan kemudahan dalam perizinan pelayaran, menurut dia, perlu ada regenerasi dan peremajaan kapal-kapal tongkang yang di antaranya berusia hampir 30 tahun.
"Jangan sampai mengalami kecelakaan, baru dilakukan perubahan," katanya.
Berdasarkan atas fakta tersebut, tidak heran Presiden Jokowi kemudian mencanangkan Indonesia sebagai poros maritim dunia
Menyikapi hal itu, pada tahun 2016 lalu pengusaha pelayaran dan galangan kapal, Haneco W Laurenzi membuat kapal vehicle atau kapal listrik pertama di Indonesia.
Adapun kapal tersebut bernama MV Iriana, kapal yang mengangkut semen curah pertama di Indonesia. "Di dunia cuma ada tiga negara yang punya, Japan dan Taiwan. Indonesia sendiri patut bangga karena menjadi salah satunya," tutur Haneco saat ditemui di Pecenongan, Jakarta Pusat, Senin 7 Agustus 2017 siang.
CEO PT Andhalas Bahtera Baruna ini memaparkan kapal ini sudah lebih dari setahun berlayar di perairan Indonesia. Kapal ini diluncurkan pertama kali 25 Maret 2016. Berbagai tempat telah disinggahi kapal ini, antara lain Batam, Tuban, hingga Tanjung Priok.
Kapal yang saat ini dalam perjalanan menuju Tuban ini telah dikontrak salah satu produsen semen, PT Holchim. Sejak awal dibuat, Haneco mengatakan pihaknya telah merancang kapal itu menggunakan listrik. Selain dianggap lebih efisien, penggunaan listrik ini mampu mengurangi biaya operasional serta dinilai cukup ramah lingkungan.
Bila disandingkan dengan kendaraan darat, Haneco menyakini kapal ini seperti teknologi hybrid pada mobil. "Jadi kita gunakan genset yang mengalirkan listrik, listrik kemudian menjadi motor menggerakan turbin. Kalau kapal lain kan menggunakan piston," tutur pria asal Padang ini menjelaskan.
Untuk proses pembangunan dan perakitan, Haneco mengaku membutuhkan waktu lebih dari satu tahun dengan nilai investasi USD20 juta dan mengerahkan 800 tenaga kerja WNI kapal ini kemudian siap berlabuh melalui galangan kapal di Batam. Sejauh ini belum ada satu kecelakaan yang dialami kapal ini.
Penggunaan nama iriana
Mengenai penamaan kapal tersebut, Haneco mengungkapkan nama Iriana tercetus karena melihat sosok Ibu Negara Iriana Jokowi yang berperan cukup baik mendampingi Presiden.
Terlebih selama ini dirinya kerap menggunakan nama perempuan di sejumlah kapal kapalnya. "Yang paling sentral adalah pengaruh para pembuat kapal yang menyodorkan saya nama Iriana. Setelah melakukan berbagai pertimbangan, akhirnya saya putuskan pakai nama itu," tuturnya.
Kapal ini memiliki panjang sekitar 117 meter dengan lebar 25 meter dan draft 6,5 meter. Sementara untuk daya angkut bisa mencapai 10 ribu ton. Artinya efektivitas akan lebih di jamin bila menggunakan angkutan truk darat.
"Coba kalau angkut semen sebanyak itu, berapa truk yang harus dikonvoi," ucapnya.
Pertimbangan lain menyandangkan nama Iriana untuk kapal tersebut adalah sebagai bentuk terima kasih kepada kebijakan Presiden yang concern terhadap maritim Indonesia. Terlebih dalam beberapa kebijakannya, Jokowi menciptakan tol laut yang kemudian memangkas ongkos transportasi antarpulau.
Pada Hari Kemerdekaan RI yang ke-72. Haneco berharap pemerintah lebih serius dalam mengembangkan kemaritiman. Selain memberikan kemudahan dalam perizinan pelayaran, menurut dia, perlu ada regenerasi dan peremajaan kapal-kapal tongkang yang di antaranya berusia hampir 30 tahun.
"Jangan sampai mengalami kecelakaan, baru dilakukan perubahan," katanya.
(dam)