Kemenag Ajak Umat Islam Salat Gerhana, Berikut Tata Caranya
A
A
A
JAKARTA - Malam ini akan terjadi gerhana bulan parsial (sebagian) pada hari Senin (8/9/2017). Kementerian Agama (Kemenag) mengajak seluruh umat Islam di Indonesia untuk mendirikan salat khusuf.
Dirjen Bimas Islam, Muhammadiyah Amin, menjelaskan, awal gerhana diperkirakan terjadi pukul 02:22 WIT, 01.22 WITA, atau 00.22 WIB. Sedangkan puncak gerhana terjadi pada pukul 03.21 WIT, 02.21 WITA, atau 01.21 WIB.
“Gerhana akan berakhir pada pukul 04:18 WIT, 03:18 WITA, atau 02.18 WIB,” kata Amin dalam pernyataan resminya di situs Kemenag RI.
Sehubungan itu, Muhammadiyah Amin mengajak umat Islam untuk melaksanakan salat gerhana atau salat khusuf. Menurutnya, Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama telah menerbitkan seruan kepada para kepala kanwil kemenag untuk menginstruksikan kepada kepala bidang urusan agama Islam/kepala bidang bimas Islam/pembimbing syariah, kepala kemenag kabupaten/kota, dan kepala KUA untuk bersama para ulama, pimpinan ormas Islam, imam masjid, aparatur pemerintah daerah dan masyarakat untuk melaksanakan shlat gerhana bulan parsial di wilayahnya masing-masing.
“Pelaksanaan shalat gerhana disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing,” katanya.
Adapun Tatacara Salat Gerhana sebagai berikut:
1. Berniat di dalam hati (niat salat khusuf).
Ushallii sunnatal khusuufil-qomari rak’ataini lillahi ta’alaa. (Saya niat melaksanakan) salat sunnah gerhana bulan dua rakaat karena Allah ta’ala).
2. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana salat biasa.
3. Membaca doa iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: “Nabi Muhammad SAW menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari No 1065 dan Muslim No 901);
4. Kemudian rukuk sambil memanjangkannya.
5. Kemudian bangkit dari rukuk (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”.
6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
7. Kemudian rukuk kembali (rukuk kedua) yang panjangnya lebih pendek dari rukuk sebelumnya.
8. Kemudian bangkit dari rukuk (i’tidal).
9. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana rukuk, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
10. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
11. Salam.
Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdoa, beristighfar dan bersedekah.
Dirjen Bimas Islam, Muhammadiyah Amin, menjelaskan, awal gerhana diperkirakan terjadi pukul 02:22 WIT, 01.22 WITA, atau 00.22 WIB. Sedangkan puncak gerhana terjadi pada pukul 03.21 WIT, 02.21 WITA, atau 01.21 WIB.
“Gerhana akan berakhir pada pukul 04:18 WIT, 03:18 WITA, atau 02.18 WIB,” kata Amin dalam pernyataan resminya di situs Kemenag RI.
Sehubungan itu, Muhammadiyah Amin mengajak umat Islam untuk melaksanakan salat gerhana atau salat khusuf. Menurutnya, Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama telah menerbitkan seruan kepada para kepala kanwil kemenag untuk menginstruksikan kepada kepala bidang urusan agama Islam/kepala bidang bimas Islam/pembimbing syariah, kepala kemenag kabupaten/kota, dan kepala KUA untuk bersama para ulama, pimpinan ormas Islam, imam masjid, aparatur pemerintah daerah dan masyarakat untuk melaksanakan shlat gerhana bulan parsial di wilayahnya masing-masing.
“Pelaksanaan shalat gerhana disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing,” katanya.
Adapun Tatacara Salat Gerhana sebagai berikut:
1. Berniat di dalam hati (niat salat khusuf).
Ushallii sunnatal khusuufil-qomari rak’ataini lillahi ta’alaa. (Saya niat melaksanakan) salat sunnah gerhana bulan dua rakaat karena Allah ta’ala).
2. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana salat biasa.
3. Membaca doa iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: “Nabi Muhammad SAW menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari No 1065 dan Muslim No 901);
4. Kemudian rukuk sambil memanjangkannya.
5. Kemudian bangkit dari rukuk (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”.
6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
7. Kemudian rukuk kembali (rukuk kedua) yang panjangnya lebih pendek dari rukuk sebelumnya.
8. Kemudian bangkit dari rukuk (i’tidal).
9. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana rukuk, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
10. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
11. Salam.
Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdoa, beristighfar dan bersedekah.
(rhs)