Rencana Kirim TNI ke Filipina Harus Fokus pada Urban Warfare
A
A
A
JAKARTA - Pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati memberi tanggapan terkait rencana Pemerintah mengirim prajurit TNI ke Filipina sesuai permintaan Presiden Filipina, Duterte, untuk mengatasi konflik di sana.
Menurutnya, kesiapan prajurit TNI yang dikirim harus meliputi kemahiran perang ala urban warfare sesuai dengan kondisi geososial dan geografis Filipina.
"Saya khusus mengulas sejauh mana hadapi urban warfare itu. Urban warfare adalah peperangan kota. Para prajurit bertempur melawan insurgencies yang berbaur dengan masyarakat umum," kata Susaningtyas dalam siaran pers, Minggu (2/7/2017).
Nuning, begitu sapaan akrabnya menilai, peperangan seperti ini berlangsung di kota atau perkampungan padat penduduk, di mana insurgencies melakukan penyamaran dan menyerang pasukan saat lengah.
Diakuinya, taktik tempur sama dengan peperangan gerilya dan anti-gerilya. Bedanya dengan gerilya adalah medan tempur di hutan. "Urban warfare sangat mengandalkan akurasi intelijen untuk bisa mendeteksi posisi insurgencies yang tersebar," ucapnya.
(Baca juga: Serangan ISIS di Filipina Harus Jadi Pelajaran bagi Indonesia)
Anggota DPR RI periode 2009-2014 ini mengungkapkan, pasukan pemerintah harus bisa merebut hati rakyat agar berpihak sepenuhnya kepada pasukan pemerintah yang sah. Urban warfare juga harus bisa memutus garis logistik insurgencies dengan cepat dan tepat, sehingga kemampuan tempur insurgencies bisa dipatahkan.
"Jadi pokoknya urban warfare itu medan tempurnya di kota. Jadi perlu latihan khusus karena standar prajurit bertempur di hutan atau pegunungan yang sepi penduduk. Sedangkan TNI dikenal pakarnya gerilya, karena kita dulu yang mengajarkan ke tentara Vietnam tahun 1950-an," ungkapnya.
Dia menegaskan, dimintanya TNI oleh Presiden Filipina Duterte, dalam mengatasi konflik di wilayahnya, karena Duterte mengerti sejarah TNI dan bukan tentara dari negara lain.
"TNI punya taktik yang lebih hebat karena konsepnya adalah urban warfare diubah menjadi jungle warfare. Insurgencies harus bisa didesak keluar kota atau perkampungan baru bisa diselesaikan. Konsep itu yang jadi unggulan kita," tandasnya.
Menurutnya, kesiapan prajurit TNI yang dikirim harus meliputi kemahiran perang ala urban warfare sesuai dengan kondisi geososial dan geografis Filipina.
"Saya khusus mengulas sejauh mana hadapi urban warfare itu. Urban warfare adalah peperangan kota. Para prajurit bertempur melawan insurgencies yang berbaur dengan masyarakat umum," kata Susaningtyas dalam siaran pers, Minggu (2/7/2017).
Nuning, begitu sapaan akrabnya menilai, peperangan seperti ini berlangsung di kota atau perkampungan padat penduduk, di mana insurgencies melakukan penyamaran dan menyerang pasukan saat lengah.
Diakuinya, taktik tempur sama dengan peperangan gerilya dan anti-gerilya. Bedanya dengan gerilya adalah medan tempur di hutan. "Urban warfare sangat mengandalkan akurasi intelijen untuk bisa mendeteksi posisi insurgencies yang tersebar," ucapnya.
(Baca juga: Serangan ISIS di Filipina Harus Jadi Pelajaran bagi Indonesia)
Anggota DPR RI periode 2009-2014 ini mengungkapkan, pasukan pemerintah harus bisa merebut hati rakyat agar berpihak sepenuhnya kepada pasukan pemerintah yang sah. Urban warfare juga harus bisa memutus garis logistik insurgencies dengan cepat dan tepat, sehingga kemampuan tempur insurgencies bisa dipatahkan.
"Jadi pokoknya urban warfare itu medan tempurnya di kota. Jadi perlu latihan khusus karena standar prajurit bertempur di hutan atau pegunungan yang sepi penduduk. Sedangkan TNI dikenal pakarnya gerilya, karena kita dulu yang mengajarkan ke tentara Vietnam tahun 1950-an," ungkapnya.
Dia menegaskan, dimintanya TNI oleh Presiden Filipina Duterte, dalam mengatasi konflik di wilayahnya, karena Duterte mengerti sejarah TNI dan bukan tentara dari negara lain.
"TNI punya taktik yang lebih hebat karena konsepnya adalah urban warfare diubah menjadi jungle warfare. Insurgencies harus bisa didesak keluar kota atau perkampungan baru bisa diselesaikan. Konsep itu yang jadi unggulan kita," tandasnya.
(maf)