Safari Ramadan, HT Ajak Mahasiswa Jadi Pengusaha

Rabu, 07 Juni 2017 - 15:49 WIB
Safari Ramadan, HT Ajak Mahasiswa Jadi Pengusaha
Safari Ramadan, HT Ajak Mahasiswa Jadi Pengusaha
A A A
YOGYAKARTA - Chairman & Ceo MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengajak mahasiswa tidak hanya berpikir kritis, tapi juga menjadi pengusaha. Dari 260 juta penduduk Indonesia saat ini, hanya sebagian kecil yang menjadi pengusaha.

"Bangsa kita saat ini butuh entrepreneur," kata HT saat menjadi pembicara dalam kuliah umum bertema kewirausahaan dan pembangunan ekonomi Indonesia di Kampus AMIKOM, Yogyakarta, Rabu (7/6/2017).

HT tidak melarang mahasiswa memiliki cita-cita seperti ingin menjadi pegawai negeri atau swasta di sebuah perusahaan. Namun, dia hanya memberi nasihat agar jangan memilih profesi itu kalau ingin hidup mapan.

"Kalau saya menyarankan, Anda jangan menjadi pegawai negeri atau pegawai setelah lulus nanti, jadilah entrepreneur," ucapnya.

Dia tidak bisa menyebut jenis usaha apa yang digeluti. Begitu juga dengan model usaha yang digemari. Namun, usaha apapun yang saat ini terjadi harus go publik.

"Sukses itu suatu proses yang diperjuangkan terus menerus, tidak berhenti, dan harus dikembangkan, hingga saat ini," katanya.

Jika sudah pada zona nyaman berhenti dalam usaha, menurutnya akan tergilas dengan perusahaan lain. Kompetisi diera digital saat ini sangat ketat.

"Sebagai contoh, nokia, dulu perusahan besar sekali. Mereka tidak melakukan langkah inovasi, terlena pada zona aman, sehingga perusahan lain bergerak maju. Akhirnya nokia kini sudah tidak ada lagi," tuturnya.

Selain dikerjakan terus menerus, kata dia, kesuksesan juga tidak mengenal usia dan waktu. Usia seseorang tidak bisa menentukan kesuksesan. HT memberi contoh kesuksesan pendiri akun media sosial facebook.

"Facebook dibangun tahun 2004. Baru 13 tahun berjalan sekarang. Perusahaan itu memiliki kekayaan nomor 5 di dunia," ungkap HT.

Tak usah pergi jauh ke negeri orang, kata HT, perusahaan layanan transportasi 'online' seperti Gojek juga sukses dalam usaha. Perusahaan yang mengadopsi aplikasi itu tidak mengeluarkan modal besar karena motor dan peralatan pendukungnya milik orang lain, bukan investasi perusahaan.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5982 seconds (0.1#10.140)