Pesan PDIP Jelang Peringatan Hari Pancasila 1 Juni
A
A
A
JAKARTA - Peringatan tahun ini berbeda dengan peringatan Hari Pancasila sebelumnya. Tanggal 1 Juni 2017 selain sebagai peringatan Hari Pancasila, pemerintah juga menetapkan sebagai hari libur nasional.
Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di MPR, Ahmad Basarah mengatakan, dari rumusan Pancasila yang dipidatokan Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 terdapat dimensi Ketuhanan yang menjadi salah satu prinsip bagi dasar Indonesia merdeka. Bahkan, kata dia dalam penjelasan tentang sila Ketuhanan tersebut, Bung Karno menjabarkan bahwa hendaknya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bertuhan dan wajib menjalankan perintah enam tuhannya dengan cara yang leluasa dan saling hormat menghormati.
"Dari pandangan dan sikap Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945 tersebut sangat jelas bahwa Bung Karno menolak konsep atheisme dan menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang religius," ujar Basarah di Jakarta, Selasa (30/5/2017).
Dia menambahkan, pembentukan Panitia 9 di masa reses sidang BPUPKI yang menghasilkan naskah Piagam Djakarta adalah atas prakarsa dan inisiatif pribadi Bung Karno sebagai bentuk niat baik dan penghormatan beliau untuk menjaga keseimbangan antara Golongan Islam dan Golongan Kebangsaan pada waktu itu. Dia menambahkan, pada naskah Piagam Djakarta yang disepakati dalam Panitia 9 juga diketuai oleh Bung Karno, sila Ketuhanan sudah berubah menjadi sila pertama, bahkan dengan ditambah tujuh kata yaitu menjalankan kewajiban syariat Islam bagi para pemeluknya. (Baca: 1 Juni Hari Lahir Pancasila, Pemberlakuan Libur Tahun Berikutnya)
"Dengan demikian, Bung Karno adalah asbabun nuzul atau penyebab utama bagi lahirnya naskah Piagam Djakarta itu," ucapnya.
Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di MPR, Ahmad Basarah mengatakan, dari rumusan Pancasila yang dipidatokan Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 terdapat dimensi Ketuhanan yang menjadi salah satu prinsip bagi dasar Indonesia merdeka. Bahkan, kata dia dalam penjelasan tentang sila Ketuhanan tersebut, Bung Karno menjabarkan bahwa hendaknya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bertuhan dan wajib menjalankan perintah enam tuhannya dengan cara yang leluasa dan saling hormat menghormati.
"Dari pandangan dan sikap Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945 tersebut sangat jelas bahwa Bung Karno menolak konsep atheisme dan menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang religius," ujar Basarah di Jakarta, Selasa (30/5/2017).
Dia menambahkan, pembentukan Panitia 9 di masa reses sidang BPUPKI yang menghasilkan naskah Piagam Djakarta adalah atas prakarsa dan inisiatif pribadi Bung Karno sebagai bentuk niat baik dan penghormatan beliau untuk menjaga keseimbangan antara Golongan Islam dan Golongan Kebangsaan pada waktu itu. Dia menambahkan, pada naskah Piagam Djakarta yang disepakati dalam Panitia 9 juga diketuai oleh Bung Karno, sila Ketuhanan sudah berubah menjadi sila pertama, bahkan dengan ditambah tujuh kata yaitu menjalankan kewajiban syariat Islam bagi para pemeluknya. (Baca: 1 Juni Hari Lahir Pancasila, Pemberlakuan Libur Tahun Berikutnya)
"Dengan demikian, Bung Karno adalah asbabun nuzul atau penyebab utama bagi lahirnya naskah Piagam Djakarta itu," ucapnya.
(kur)